dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerjasama dan bekerja dalam tim.
3. Perbedaan kecerdasan emosional dan kecakapan emosional Goleman 1999:39 membedakan antara kecerdasan emosional
dan kecakapan emosi. Goleman berpendapat bahwa kecakapan emosi adalah kecakapan hasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan
emosional. Inti kecakapan emosi adalah dua kemampuan: empati, yang melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain, dan keterampilan
sosial yang berarti mampu mengelola perasaan orang lain dengan baik. Sedangkan kecerdasan emosional menentukan potensi kita untuk
mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan
dalam membina hubungan dengan sesama. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan kecerdasan
emosional adalah kemampuan individu untuk menyadari perasaan diri pada saat ini, memotivasi diri, berempati, mampu mengatur emosinya dan
mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain. Kelima aspek tersebut akan mendasari penelitian ini.
E. Prestasi Belajar
1. Pengertian prestasi belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990:700, prestasi
adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dsb, sedangkan prestasi belajar adalah penguasaaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan
dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Menurut Arifin 1990:3 prestasi yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan,
keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap W.S
Winkel, 2004:59. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang Hilgard dan Bower dalam Ngalim Purwanto, 1990:84. Belajar merupakan suatu
proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata; proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilaiangka hasil tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam kegiatan yang disebut belajar
akan nampak dalam prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya. Evaluasi merupakan pemberian
keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gagasan, cara kerja, pemecahan metode materiil, dsb Nana Sudjana, 1992:28. Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar, biasanya dilakukan
dengan mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktek yang kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil
dari pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran. Lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Kegiatan penilaian, yaitu suatu tindakan untuk melihat sejauh mana
tujuan instrusional telah dapat dicapai oleh siswa-siswi dalam hasil belajar. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Dimyati dan Mujiono, 1999;235-253:
a. Faktor internal : 1 Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian tentang
sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar.
2 Motivasi belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Motivasi ini dapat menjadi lemah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lemahnya motivasi, atau tiada motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar yang selanjutnya mutu hasil belajar
akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri sendiri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswanya
memiliki hasil belajar yang baik hingga pada akhirnya nanti semakin meningkatkan motivasi berprestasi.
3 Konsentrasi belajar Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnnya. Untuk memperkuat perhatian
pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar
serta selingan istirahat. 4 Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di
berbagai mata pelajaran sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama,
kesenian, serta ketrampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus,
daftar logaritma, atau rumusan matematika. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 Menyimpan perolehan hasil belajar Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan
menyimpan isi pesan dan cara peroleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang
pendek hasil belajar cepat dilupakan dan waktu yang lama hasil belajar tetap dimiliki siswa. Proses belajar terdiri dari
proses penerimaan, pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan.
Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar
terganggu. 6 Kemampuan berprestasi
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan
tugas-tugas belajar atau mentrasfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan,
pra-pengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
7 Cita-cita siswa Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan yang harus
dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud ekplorasi dan emansipasi siswa.
b. Faktor eksternal : 1 Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik
generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan
kebangkitan belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai pengajar, guru bertugas mengelola kegiatan
belajar siswa di sekolah. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi: membangun hubungan baik dengan siswa,
menggairahkan minat, perhatian dan memperkuat motivasi belajar untuk berprestasi, mengorganisasi belajar, melaksanakan
pendekatan pembelajaran secara tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, melaporkan hasil belajar kepada orang
tuawali siswa. 2 Prasarana dan sarana pembelajaran
Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti lengkapnya
prasarana dan sarana menetukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.
3 Faktor keluarga Hubungan yang baik antar anggota keluarga dapat membantu
dalam kegiatan belajar anak, sehingga dimungkinkan prestasi belajar menjadi baik.
4 Faktor lingkungan Lingkungan di mana siswa tinggal yang dapat berpengaruh
terhadap kehidupan siswa. 5 Kurikulum sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah
kurikulum yang disyahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disyahkan oleh suatu yayasan pendidikan dan
disusun berdasarkan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum dapat mempengaruhi: tujuan yang akan dicapai, isi pendidikan,
kegiatan belajar mengajar, evaluasi yang dapat berubah. Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru,
siswa maupun elemen-elemen dalam sekolah dan juga orang tua siswa.
F. Kerangka Teoretik dan Hipotesis