Pengertian Stres Kerja Stres

ketidaksesuaian-nyata atau tidak-dengan tuntutan dari situasi dan sumberdaya biologis, psikologi atau sistem sosial. Steers dalam Rasid, 1992 memandang stres sebagai reaksi individu terhadap karakteristik lingkungan yang dirasa menunjukkan suatu ancaman. Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa stres merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap kondisi lingkungan yang menuntut, membebani dan mengancamnya.

2. Pengertian Stres Kerja

Secara umum jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka individu tersebut dikatakan mengalami stres kerja Rini, 2002. Stres kerja adalah kondisi dinamik yang terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan suatu peluang, kendala dan tuntutan yang tidak seimbang di dalam pekerjaannya. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan munculnya ketidakpastian yang dirasakan oleh seseorang dalam kehidupan bekerjanya Robbins, 1997. Ivanchevich dan Matteson dalam Nurofia, 2000 mendefinisikan stres dalam dunia kerja sebagai suatu respon adaptif, yang diantarai oleh perbedaan individual dan atau proses-proses psikologis, yang merupakan konsekuensi dari segala tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang mempunyai tuntutan psikologis atau fisik yang cukup besar bagi diri seseorang. Sedangkan menurut Behr dan Newman dalam Nurofia, 2000 stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul dari interaksi individu dengan pekerjaannya dan dicirikan oleh perubahan-perubahan di dalam individu tersebut yang mendorong timbulnya penyimpangan dari fungsi normal. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah respon penyesuaian yang merupakan hasil interaksi individu dengan pekerjaannya terhadap situasi eksternal peluang, kendala, tuntutan yang tidak seimbang yang menyebabkan timbulnya penyimpangan-penyimpangan fisik, psikologis yang berpengaruh terhadap kognisi dan emosi, serta tingkah laku. 3. Faktor-faktor penyebab stres kerja Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres pada individu disebut sebagai stressor. Rice menggolongkan macam stressor sebagai berikut: a Stressor individu merupakan sumber stres yang berasal dari faktor internal seperti: kepribadian, sikap terhadap stres, dan faktor kognitif penilaian terhadap stres. b Stressor interpersonal adalah sumber stres yang berhubungan dengan proses interaksi dengan orang lain. Proses ini akan menimbulkan masalah yang menyebabkan terjadi ketegangan secara fisik, sehingga memicu sekresi hormon stres dalam tubuh seperti: adrenalin, noradrenalin, dan cortisol. c Stressor sosial merupakan sumber stres yang berasal dari kehidupan sosial, seperti: perubahan sosial yang cepat, kepadatan penduduk, kepadatan pemukiman, keramaian, kemacetan, pertikaian antara kelompok masyarakat, kerusuhan, kenaikan biaya hidup, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan sebagai kaum minoritas. d Stressor lingkungan fisik merupakan sumber stres yang disebabkan oleh kondisi lingkungan fisik disekitar individu. Stressor ini sering dialami oleh individu, sehingga mereka mampu beradaptasi dan melakukan koping stres. Stressor ini seperti: bencana alam, banjir, cuaca, temperatur, kecepatan angin, kebisingan, polusi, dan bencana yang berasal dari teknologi. e Stressor organisasi merupakan sumber stres terjadi pada setting khusus yaitu organisasi atau perusahaan. Jenis stressor yang timbul bisa bersifat struktural maupun kultural seperti stres pada pekerjaan, jadwal kerja padat, struktur tugas berat, kebijakan perusahan yang negatif, dan budaya organisasi yang destruktif. Selain dalam kehidupan secara luas, stres juga dialami di dalam lingkungan kerja. Menurut Smet 1994 ada dua hal yang menyebabkan suatu pekerjaan menjadi stressful. Pertama, tuntutan kerja yang terlalu banyak yang mengharuskan orang untuk bekerja terlalu keras. Kedua, jenis pekerjaannya, misalnya pekerjaan yang memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya supervisi, guru atau dosen. Menurut sarafino dalam Smet, 1994 stres kerja dapat disebabkan oleh: a lingkungan fisik yang terlalu menekan, misalnya kebisingan, udara yang panas, dan penerangan yang kurang terang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b kurangnya kontrol yang dirasakan c kurangnya hubungan interpersonal d kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Sumber stres menurut Cary Cooper dalam Rini, 2002 adalah stres karena kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal, kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi. a Kondisi Pekerjaan 1 Lingkungan Kerja. Keadaan lingkungan kerja yang buruk berpotensi menimbulkan karyawan mudah sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Selain itu kenyamanan kerja karyawan akan terganggu jika ruang kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, dan berisik. 2 Overload Overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Overload secara kuantitatif adalah jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut,sehingga karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi. Overload secara kualitatif adalah bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif karyawan. 3 Deprivational Stress Istilah deprivational stress adalah untuk menjelaskan kondisi pekerjaan yang tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur sosial kurangnya komunikasi sosial. 4 Pekerjaan Berisiko Tinggi Banyak pekerjaan yang memiliki resiko yang tinggi, seperti pekerjaan di pertambangan, tentara, pemadam kebakaran dan lain-lain. Pekerjaan-pekerjaan ini sangat berpotensi menimbulkan stres kerja karena mereka setiap saat dihadapkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan yang mengancam keselamatan mereka. b Konflik Peran Banyak pekerja yang stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen. Hal seperti ini mungkin banyak dialami pekerja di Indonesia, dimana perusahaan atau organisasi tidak punya garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi dan misi yang seringkali tidak dikomunikasikan pada seluruh karyawannya. Akibatnya, sering muncul rasa ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi, bahkan timbul keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Wanita bekerja menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Dalam kebudayaan Indonesia, wanita sangat dituntut perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik dan benar sehingga masih banyak wanita karir yang merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi menyebabkan wanita bekerja mengalami stress. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sehingga wanita yang bekerja mengalami stress lebih tinggi dibandingkan dengan pria. c Pengembangan Karir Ketika mulai bekerja setiap orang pasti memiliki harapan-harapan. Kesuksesan karir menjadi fokus perhatian tujuan seseorang. Namun seringkali prestasi yang mereka capai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini bisa disebabkan karena ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan, atau karena sudah tidak ada kesempatan lagi untuk naik jabatan d Struktur Organisasi Kebanyakan perusahaan di Indonesia masih sangat konvensional dan penuh dengan budaya nepotisme, minim akan kejelasan struktur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab. Selain itu, aturan main yang terlalu kaku atau malah tidak jelas, iklim politik perusahaan yang tidak sehat serta minimnya keterlibatan atasan membuat karyawan jadi stres. Berdasarkan penelitian Arismunandar dan Ardhana, 1998 terungkap bahwa sumber stres kerja guru yang paling dominan adalah potongan gaji, kenaikan pangkat yang tertunda, siswa perorangan yang berkelakuan buruk, konflik dengan personil lain, lingkungan sekolah yang terlalu bising, dan kurangnya motivasi, perhatian, dan respon siswa terhadap pelajaran.

4. Indikator Stres

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Guru-Guru SD di Kecamatan Medan Selayang Terhadap Penatalaksanaan Gigi Avulsi

2 81 66

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA GURU YANG MENGAJAR DI SLB NEGERI SURAKARTA DENGAN GURU YANG MENGAJAR Perbedaan Tingkat Depresi Antara Guru Yang Mengajar Di Slb Negeri Surakarta Dengan Guru Yang Mengajar Di SMP Negeri 1 Surakarta.

0 6 14

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA GURU YANG MENGAJAR DI SLB NEGERI SURAKARTA DENGAN GURU YANG MENGAJAR Perbedaan Tingkat Depresi Antara Guru Yang Mengajar Di Slb Negeri Surakarta Dengan Guru Yang Mengajar Di SMP Negeri 1 Surakarta.

0 3 15

PERBEDAAN TINGKAT STRES ANTARA GURU SEKOLAH LUAR BIASA DI SLB NEGERI SURAKARTA DENGAN GURU REGULER DI SMP NEGERI 1 Perbedaan Tingkat Stres Antara Guru Sekolah Luar Biasa Di SLB Negeri Surakarta Dengan Guru Reguler Di SMP Negeri 1 Surakarta.

0 2 13

PERBEDAAN ETOS KERJA PADA GURU DI SMPN I CEPER DENGAN GURU DI SMP PANCASILA PERBEDAAN ETOS KERJA PADA GURU DI SMPN I CEPER DENGAN GURU DI SMP PANCASILA.

0 0 14

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA GURU MATA PELAJARAN YANG DIUJIKAN DENGAN TIDAK DIUJIKAN DALAM Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Guru Mata Pelajaran yang Diujikan dengan Tidak Diujikan dalam Ujian Nasional Tingkat SMP di Kecamatan Karanganyar.

0 1 14

Hubungan Antara Derajat Stress dan Coping Stress pada Guru di SMP Negeri "X" Bandung.

1 0 42

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Guru-Guru SD di Kecamatan Medan Selayang Terhadap Penatalaksanaan Gigi Avulsi

0 0 12

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Guru-Guru SD di Kecamatan Medan Selayang Terhadap Penatalaksanaan Gigi Avulsi

0 0 12

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA GURU SD DAN GURU SMP di Kecamatan Pakis Magelang

0 0 117