E. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat stres kerja antara guru SD dan guru SMP. Uji hipotesis menghasilkan nilai
signifikansi sebesar 0.011 atau lebih kecil dari 0.05 0.0110.05 yang berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, sehingga hasilnya adalah ada
perbedaan tingkat stres kerja antara guru SD dan guru SMP. Berdasarkan kategorisasi pada penelitian ini ditemukan bahwa dari 100
subjek penelitian ada 45 subjek yang memiliki kategori sangat rendah 45, 47 subjek berada pada kategori rendah atau sebesar 47, subjek yang berada pada
kategori sedang sebanyak 8 subjek atau 8. Secara umum tingkat stres pada seluruh subjek berada pada kategori sangat rendah hingga sedang, hal ini
menunjukkan bahwa secara umum para guru baik guru SD maupun guru SMP tidak memiliki tingkat stres yang tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres guru SD lebih tinggi dari guru SMP. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, faktor kondisi lingkungan
kerja sangat berpengaruh dalam kasus ini. Kecamatan Pakis secara geografis memiliki wilayah yang luas yang terdiri dari desa-desa kecil yang sebagian besar
masyarakatnya menggantungkan hidupnya dalam bidang pertanian. Kecamatan Pakis sendiri terletak di kaki gunung Merbabu, dan sebagian besar penduduknya
kurang memiliki kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Wilayah kecamatan memiliki sekitar 30 Sekolah Dasar yang tersebar di desa-desa kecil. Banyak di
antaranya yang letaknya jauh dari jalan raya, sehingga membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit bagi guru untuk sampai ke sekolah. Di
wilayah Pakis terdapat 6 SMP yang terletak di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh transportasi.
Ditinjau dari segi sosial tentunya beban guru SD lebih berat dari guru SMP. Guru-guru di SD berperan secara langsung di dalam masyarakat karena
letaknya yang berada di lingkungan desa, sehingga harus selalu menjaga hubungan baik dan melayani tuntutan masyarakat secara langsung. Di lingkungan
seperti ini guru masih memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat, oleh karena itu segala sikap dan perilaku guru akan selalu menjadi sorotan bagi
masyarakat. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab guru yang tidak bisa dikatakan sepele.
Daerah tempat kerja yang berada pada lingkungan desa yang masih rendah minat belajarnya, menimbulkan masalah tersendiri. Seringkali guru juga
harus mengejar muridnya agar mau belajar, bersekolah, atau melanjutkan pendidikannya. Kurangnya motivasi, perhatian, dan respon siswa dalam pelajaran
tentunya akan menimbulkan stres pada diri guru. Lingkungan kerja yang jauh dari keramaian tentunya juga menimbulkan
beban lain bagi guru-guru SD di kecamatan Pakis, karena setiap hari mereka harus menempuh perjalanan yang panjang bahkan melewati jalan yang kondisinya
buruk. Hal ini tentunya akan menyulitkan guru itu sendiri dan menyulitkan anak didiknya dalam memperluas pengetahuannya. Misalnya menjadi terhambatnya
informasi atau sarana pendidikan yang sampai ke sekolah mereka. SMP-SMP di kecamatan Pakis di bangun di daerah-daerah yang mudah
dijangkau oleh transportasi, dan semua SMP di kecamatan Pakis berada di tempat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tidak terlalu bising oleh kendaraan. Bangunan gedung-gedung sekolah tergolong bagus, lingkungan sekolah juga tertata rapi serta udara yang sejuk
tentunya sangat membantu dalam proses belajar mengajar. Dalam lingkungan kemasyarakatan, secara sosial guru-guru SMP tidak memiliki peran sedekat guru
SD. Hal ini karena sebagian besar muridnya berasal dari berbagai daerah di wilayah kecamatan Pakis maupun di sekitar wilayah Pakis, atau dengan kata lain
ruang lingkupnya lebih luas, sehingga masyarakat tidak bisa berhubungan sedekat guru-guru SD yang memiliki ruang lingkup yang lebih kecil. Dengan demikian
beban kerja guru SMP yang berasal dari tuntutan masyarakat juga tentunya lebih kecil.
Faktor beban kerja juga mempengaruhi perbedaan tingkat stres guru SD dan guru SMP. Tugas mengajar yang dilakukan oleh guru SD cenderung lebih
besar karena perannya sebagai guru kelas. Menurut Sastraprajadalam Stevanus, 2004, guru kelas adalah guru yang dikuasakan mempertanggung jawabkan murid
sekelas dan memberikan hampir semua mata pelajaran untuk jangka satu tahun pelajaran. Seorang guru SD adalah seorang guru kelas, oleh karena itu guru perlu
menguasai berbagai hal terutama semua mata pelajaran yang ada. Beban mengajar guru SD tidak hanya terbatas pada penguasaan materi pelajaran tetapi seorang
guru SD juga dituntut untuk dapat menguasai berbagai macam ketrampilan yang harus diajarkan kepada muridnya, misalnya membuat kerajinan tangan,
menggambar, dan juga menyanyi. Seorang guru SD juga memiliki waktu mengajar yang lebih panjang
karena sejak jam pelajaran pertama dimulai hingga jam pelajaran terakhir berakhir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seorang guru selalu berada di ruang kelas. Mereka hanya memiliki waktu istirahat sekitar 30 menit setiap harinya. Banyaknya tugas pekerjaan yang harus
ditanggung oleh seseorang mengakibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi Rini, 2002. Hal ini bisa dikatakan sebagai
overload yang dialami oleh seorang guru SD. Beban kerja yang tinggi dan tidak diimbangi oleh gaji yang tinggi pula
mengakibatkan ketidak seimbangan pada diri seseorang. Secara ekonomi guru SD memiliki penghasilan yang lebih rendah dari guru SMP. Hal ini tentunya juga
merupakan salah satu pemicu lebih tingginya tingkat stres pada guru SD dibanding guru SMP.
Penelitian Arismunandar dan Ardhana, 1998 menemukan bahwa stressor kerja lebih tinggi pada guru SD dibandingkan dengan guru SMP dan
SMU. Lebih tingginya stressor kerja pada guru SD tentunya juga berakibat pada lebih tingginya tingkat stres pada guru SD itu sendiri.
Secara Interpersonal, seorang guru SD berhubungan lebih lama dengan murid-muridnya. Jika terdapat permasalahan pada muridnya, seorang guru SD
akan turun tangan secara langsung. Apabila ada murid yang berkelakuan buruk, seorang guru SD akan menanganinya secara langsung, dan jika murid berkelakuan
buruk terus menerus maka akan secara langsung mengganggu proses belajar mengajar secara keseluruhan karena guru harus menanganinya terlebih dahulu.
Jika guru SMP mendapati murid yang berkelakuan buruk, mereka dapat melimpahkannya kepada konselor murid atau guru BK. Ini tentu akan lebih
membantu guru itu sendiri dan murid-muridnya yang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berbeda dari guru SMP yang menghadapi berbagai murid dalam satu hari, guru SD akan menghadapi murid dan kelakuan yang sama dari pagi hingga
siang setiap harinya. Ini tentunya akan menimbulkan kejenuhan dalam diri seseorang yang memicu timbulnya stres.
Dalam pengembangan karir, profesi guru secara keseluruhan tidak terlalu mencolok, sehingga mereka terkadang tidak terlalu mengejar prestasi kerja.
Namun demikian jika kenaikan pangkat atau jabatannya tertunda maka akan menimbulkan permasalahan tersendiri pada diri seseorang.
Berdasarkan data tambahan yaitu jenis kelamin subjek, tampak bahwa tingkat stres kerja guru perempuan lebih besar dari pada guru laki-laki. Mean
yang diperoleh dari subjek perempuan adalah sebesar 95,00 dan mean yang diperoleh dari subjek laki-laki adalah sebesar 83,15. Lebih tingginya tingkat stres
guru perempuan dari guru laki-laki ini disebabkan karena adanya konflik peran sebagai perempuan bekerja dan sekaligus sebagai ibu rumah tangga.
Masing-masing peran yang dihadapi oleh guru perempuan ini memiliki tuntutan yang sama besarnya. Di satu sisi sebagai seorang ibu rumah tangga, dia
harus menyelesaikan seluruh tugas dalam mengurus rumah tangganya yang tidak bisa dikatakan ringan, dan di sisi lain dia juga dituntut untuk mampu
melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru di sekolah. Sebagai contoh seorang guru wanita sebelum berangkat mengajar ia harus bangun pagi-pagi sekali untuk
melakukan tugas rumah tangga seperti mempersiapkan segala kebutuhan suami dan anak-anaknya, memasak, mencuci dan sebagainya. Kemudian dia harus
segera berangkat bekerja. Hal ini tentunya akan menimbulkan kelelahan secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
fisik dan psikis yang kemudian akan menimbulkan stres pada diri seorang perempuan yang bekerja pada umumnya dan guru pada khususnya.
Tingkat stres kerja guru-guru di kecamatan Pakis yang relatif rendah dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kondisi lingkungan terutama udara
yang sejuk dan nyaman, hubungan interpersonal antar guru maupun dengan lingkungan yang terjalin dengan baik, perasaan senang dalam menjalani
profesinya, dan faktor usia yang rata-rata sudah masuk pada usia yang matang sehingga secara umum mereka sudah memiliki kematangan secara emosional.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan