Ekstraksi Kurkuminoid dari Serbuk Rimpang Kunir Putih

33 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ekstraksi Kurkuminoid dari Serbuk Rimpang Kunir Putih

Rimpang kunir putih Curcuma mangga Val. diperoleh dari Merapi Farma, Kaliurang. Sebelum digunakan untuk penelitian, kunir putih perlu dideterminasi untuk memastikan bahwa rimpang yang digunakan berasal dari tanaman kunir putih Curcuma mangga Val.. Hasil determinasi pada tanaman kunir putih dibandingkan dengan pustaka menunjukkan ciri-ciri morfologi yaitu rimpang bercabang, bagian luar berwarna kuning, dan dalamnya kuning muda, panjang daun 30 – 65 cm berwarna hijau berbentuk bulat panjang membujur Anonim, 2005. Tahap awal pembuatan simplisia rimpang kunir putih yaitu proses pencucian dengan air mengalir dan sortasi basah yang dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran seperti tanah, kerikil, pasir atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan. Rimpang yang sudah dicuci bersih kemudian dikupas kulitnya dan dipotong tipis-tipis dengan ketebalan kira-kira 3 mm. Irisan rimpang yang semakin tipis akan mempercepat proses pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air, dimana air merupakan salah satu media pertumbuhan bakteri, jamur dan kapang. Irisan dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam agar bahan aktif dalam simplisia tidak rusak karena reaksi kimia yang disebabkan oleh radiasi matahari, selain itu agar pengeringan berlangsung lebih cepat karena kain berwarna hitam gelap akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 34 lebih efektif menyerap panas dibandingkan kain berwarna terang. Untuk menyempurnakan pengeringan, irisan rimpang dipindahkan ke dalam oven sampai irisan rimpang tersebut mudah dipatahkan. Kemudian dilakukan sortasi kering untuk menghilangkan pengotor yang masih tertinggal pada simplisia kering. Tahap akhir dari pembuatan simplisia adalah pengecilan ukuran partikel dengan membuat serbuk. Serbuk simplisia rimpang kunir putih diayak dengan derajat kehalusan 2030 untuk mengoptimalkan proses maserasi. Semakin kecil ukuran serbuk maka semakin luas pemukaan serbuk yang bersentuhan dengan cairan penyari sehingga proses penyarian lebih efektif, namun jika serbuk terlalu kecil dapat mengakibatkan banyaknya dinding sel yang pecah sehingga zat yang tidak diinginkan juga ikut ke dalam hasil penyarian Anonim, 1986. Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 96 karena kandungan zat aktif dalam rimpang kunir putih yang diharapkan terekstrak yaitu kurkuminoid, bersifat larut dalam alkohol. Keuntungan lain dari etanol adalah sulit ditumbuhi kapang dan kuman, tidak beracun dan netral Anonim, 1986. Perbandingan serbuk dan cairan pelarut dalam penelitian ini adalah 1 : 9 agar serbuk simplisia kunir putih dapat terekstraksi sempurna. Peristiwa yang terjadi pada maserasi serbuk rimpang kunir putih yaitu cairan penyari etanol akan menembus dinding sel rimpang kunir putih dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung senyawa aktif yang diinginkan yaitu kurkuminoid. Kurkuminoid akan larut dan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan kurkuminoid di dalam dan di luar sel maka larutan yang pekat didesak ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 35 luar. Adanya pengadukan terus menerus akan meratakan konsentasi larutan di luar butir serbuk kunir putih, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya perbedaan konsentasi yang sebesar-besarnya antara larutan di dalam sel dan di luar sel. Keuntungan lain dari proses maserasi dengan mesin pengaduk adalah waktu maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam Anonim, 1986. Setelah 24 jam, proses maserasi dihentikan kemudian serbuk dipisahkan dengan cara penyaringan. Ekstrak cair yang diperoleh didiamkan selama 2 hari untuk mengendapkan amilum yang terdispersi koloid dalam ekstrak. Setelah diendapkan, amilum disaring menggunakan corong Buchner. Filtrat yang diperoleh ditambahkan pelarut etanol sampai volumenya setara dengan volume awal. Ekstrak cair yang diperoleh disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk mencegah terjadinya penguapan pelarut selama penyimpanan. Proses maserasi pada penelitian ini cocok diaplikasikan di industri farmasi karena cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Ekstrak cair yang diperoleh lebih mengefisiensikan waktu karena tidak melalui tahap pengeringan ekstrak untuk memperoleh ekstrak kering atau kental. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan cara dingin. Dihindari penggunaan panas pada suhu tinggi karena butiran amilum akan mengembang sehinga mengelilingi dan menutupi pori-pori serbuk, akibatnya proses ekstraksi menjadi kurang efisien. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 36

B. Penetapan Kadar Kurkuminoid Dalam Ekstrak Etanol Kunir Putih