Siswa biasanya sangat senang karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan.
Karena  bekal  awal  siswa  baru  SMP  pada  umumnya  sangat  beragam, maka  pembelajaran  kooperatif  cooperative  learning  sangat  cocok  untuk
diterapkan.  Pada  pola  ini  siswa  dikelompokkan  dalam  kelompok  setara, tetapi  anggota  masing-masing  kelompok  terdiri  dari  individu  yang
heterogen dilihat dari bekal awalnya. Sederhananya, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang pandai, sedang dan kurang. Selama pembelajaran, setiap
kelompok dirancang untuk bekerjasama dan didorong agar semua  anggota kelompok  memahami  apa  yang  dipelajari.  Penilaian  bukan  hanya
berdasarkan atas pemahaman masing-masing anggota kelompok, tetapi juga pemahaman  kelompok.  Artinya  nilai  kelompok  akan  berpengaruh  terhadap
penilaian  individu  yang  menjadi  anggotanya.  Jadi  siswa  yang  pandai  akan terimbas oleh nilai siswa yang kurang pandai, jika siswa tersebut tetap tidak
paham materi yang dipelajari pada saat penilaian.
3. Materi Pembelajaran Bridging Course
Materi pokok yang diberikan oleh program Bridging Course meliputi 3 materi yang dianggap pokok saat SD yaitu :
a  Bilangan Bulat b Bilangan Pecahan
c  Bangun Datar
Berikut penjelasan mengenai materi Bridging Course :
a Bilangan Bulat
Sub-materi  bilangan  bulat  yang  diajarkan  dalam  Bridging  Course meliputi :
1 Penjumlahan bilangan bulat 2 Pengurangan bilangan bulat
3 Perkalian bilangan bulat 4 Pembagian bilangan bulat
Sebelum memasuki
keempat sub-materi
tersebut, siswa
diperkenalkan  dengan  macam-macam  bilangan  termasuk  mengenal bilangan bulat positif dan negatif serta garis bilangan.
1 Penjumlahan Bilangan Bulat
a  Penjumlahan dengan alat bantu Dalam menghitung hasil penjumlahan dua bilangan bulat,
dapat digunakan dengan menggunakan garis bilangan. Bilangan yang dijumlahkan digambarkan dengan anak panah dengan arah
sesuai  dengan  bilangan  tersebut.  Apabila  bilangan  positif,  anak panah  menunjuk  ke  arah  kanan.  Sebaliknya,  apabila  bilangan
negatif, anak panah menunjuk ke arah kiri. Contoh : 6 + -8 = ...
Gambar 2.1 Penjumlahan 6 + -8 dengan garis bilangan
b  Penjumlahan tanpa alat bantu Penjumlahan  pada  bilangan  yang  bernilai  kecil  dapat
dilakukan  dengan  bantuan  garis  bilangan.  Namun,  untuk bilangan-bilangan  yang  bernilai  besar,  hal  itu  tidak  dapat
dilakukan.  Oleh  karena  itu,  kita  harus  dapat  menjumlahkan bilangan bulat tanpa alat bantu.
-  Kedua bilangan bertanda sama Jika kedua bilangan bertanda sama keduanya bilangan
positif  atau  keduanya  bilangan  negatif,  jumlahkan  kedua bilangan tersebut. Hasilnya berilah tanda sama dengan tanda
kedua bilangan. Contoh:
1  125 + 234 = 359
2 –58 + –72 = –58 + 72 = –130
-  Kedua bilangan berlawanan tanda Jika kedua bilangan berlawanan tanda bilangan positif
dan  bilangan  negatif,  kurangi  bilangan  yang  bernilai  lebih besar  dengan  bilangan  yang  bernilai  lebih  kecil  tanpa
memerhatikan tanda. Hasilnya, berilah tanda sesuai  bilangan yang bernilai lebih besar.
Contoh: 1  75 +
–90 = –90 – 75 = –15 2
–63 + 125 = 125 – 63 = 62
c  Sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat i
Sifat tertutup Pada
penjumlahan bilangan
bulat, selalu
menghasilkan  bilangan  bulat  juga.  Hal  ini  dapat  dituliskan sebagai berikut, untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku
a + b = c, dengan c juga bilangan bulat.
ii Sifat komutatif
Sifat  komutatif  disebut  juga  sifat  pertukaran. Penjumlahan dua bilangan bulat selalu diperoleh hasil yang
sama  walaupun  kedua  bilangan  tersebut  dipertukarkan
tempatnya.  Hal  ini  dapat  dituliskan  sebagai  berikut,untuk setiap bilangan bulat a dan b, selalu berlaku a + b = b + a.
iii Mempunyai unsur identitas
Bilangan  0  nol  merupakan  unsur  identitas  pada penjumlahan.  Artinya,  untuk  sebarang  bilangan  bulat
apabila  ditambah  0  nol,  hasilnya  adalah  bilangan  itu sendiri.  Hal  ini  dapat  dituliskan  sebagai  berikut,  untuk
sebarang bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a
.
iv Sifat asosiatif
Sifat asosiatif disebut juga sifat pengelompokan. Sifat ini  dapat  dituliskan  sebagai  berikut,  untuk  setiap  bilangan
bulat a, b, dan c, berlaku a + b + c = a + b + c. v
Mempunyai invers Invers  suatu  bilangan  artinya  lawan  dari  bilangan
tersebut.  Suatu  bilangan  dikatakan  mempunyai  invers jumlah, apabila hasil penjumlahan bilangan tersebut dengan
inversnya  lawannya  merupakan  unsur  identitas  0  nol. Lawan dari a adalah
–a, sedangkan lawan dari –a adalah a. Dengan  kata  lain,  untuk  setiap  bilangan  bulat  selain  nol
pasti  mempunyai  lawan,  sedemikian  sehingga  berlaku  a  + –a = –a + a = 0.
2
Pengurangan Bilangan Bulat
a  Pengurangan  dinyatakan  sebagai  penjumlahan  dengan  lawan bilangan pengurang
Gambar 2.2 Pengurangan 4-3 dan 4+-3
Pada pengurangan bilangan bulat, mengurangi dengan suatu bilangan
sama  artinya  dengan  menambah  dengan  lawan pengurangnya
.  Secara  umum,  dapat  dituliskan  sebagai  berikut, untuk setiap bilangan bulat a dan b, maka berlaku a
– b = a + – b
. b  Pengurangan dengan alat bantu
Contoh : -3 – -5 = ...
Gambar 2.3 pengurangan -3 – -5
3 Perkalian Bilangan Bulat
Gambar 2.4 Definisi Perkalian
a Menghitung hasil perkalian bilangan bulat
Sifat-sifat yang dapat ditemukan pada perkalian antara lain: i  p x q = pq
ii –p x q = - pq = - pq
iii p x -q = - pq = - pq iv -p x -q = p x q = pq
b Sifat-sifat perkalian pada bilangan bulat
i Sifat tertutup
Untuk setiap bilangan bulat p dan q, selalu berlaku p x q
= r, dengan r  juga bilangan bulat.
ii Sifat komutatif
Untuk setiap bilangan bulat p dan q, selalu berlaku p x q
= q x
p .
iii Sifat asosiatif
Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku p x q x
r = p x
q x r
.
iv Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan
Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku p x q
+ r = p x q
+ p x r
. v
Sifat distributif perkalian terhadap penngurangan Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu berlaku p x
q -
r = p x q
- p x r
. vi
Memiliki elemen identitas Untuk setiap bilangan bulat p, selalu berlaku p
x 1 = 1
x p
= p.
Elemen identitas pada perkalian adalah 1.
4 Pembagian Bilangan Bulat
a Pembagian sebagai operasi kebalikan dari perkalian
Jika p, q, dan r bilangan bulat, dengan q faktor p, dan q ≠
maka berlaku p : q = r ⇔
p = q x r.
b Menghitung hasil pembagian bilangan bulat
Mengacu  pada  sifat  perkalian,  maka  dapat  disimpulkan  : Untuk setiap p, q, r bilangan bulat, q
≠ 0 dan memenuhi p : q = r
berlaku : i  Jika p, q bertanda sama, r adalah bilangan bulat positif;
ii  Jika p, q berlainan tanda, r adalah bilangan bulat negatif. c
Pembagian dengan bilangan nol Untuk setiap bilangan bulat a, berlaku 0 : a = 0; a
≠ 0. Hal ini
tidak berlaku jika a = 0, karena 0 : 0 = tidak terdefinisi.
d Sifat pembagian pada bilangan bulat
Sifat yang terdapat dalam pembagian bilangan bulat : i  Pembagian bilangan bulat tidak bersifat tertutup.
ii  Pembagian bilangan bulat tidak berlaku sifat komutatif. iii Pembagian bilangan bulat tidak berlaku sifat asosiatif.
b Bilangan Pecahan
Materi bilangan pecahan yang diajarkan dalam Bridging Course meliputi 1
Memahami konsep pecahan menggunakan batang pecahan. 2
Menyebutkan macam-macam pecahan 3
Menentukan FPB dan KPK 4
Menentukan pecahan senilai 5
Mengubah pecahan ke bentuk lain 6
Menjumlahkan dan mengurangkan pecahan dengan teliti 7
Mengalikan pecahan dengan teliti 8
Membagi pecahan dengan teliti Dari 8 indikator diatas, masih ada sub-indikator di dalam indikator
5  yang  meliputi  menyederhanakan  pecahan,  mengubah  pecahan  ke bentuk persen  permil, mengubah pecahan ke bentuk desimal, mengubah
pecahan  campuran  menjadi  pecahan  biasa  dan  sebaliknya,  menentukan letak pecahan dan menyebutkan beberapa pecahan diantara 2 pecahan.
1 Memahami Konsep Pecahan Menggunakan Batang Pecahan.
Gambar 2.5 Batang Pecahan
Gambar  di  atas  adalah  batang  pecahan  yang  terdiri  dari  lima bagian  yang  sama.  Ada  satu  bagian  yang  diarsir.  Kita  dapat
mengatakan  bahwa  ada  satu  bagian  yang  diarsir  dari  lima  bagian yang  sama.  Gambar  tersebut  menunjukkan  seperlima  bagian  dari
keseluruhan.  Lambang  seperlima  adalah  .  Angka  1  menyatakan banyaknya  bagian  yang  diarsir  selanjutnya  disebut  pembilang,
sedangkan  angka  5  menyatakan  banyaknya  bagian  pada  batang pecahan selanjutnya disebut penyebut.
2 Menyebutkan Jenis-jenis Pecahan
Pecahan terdiri dari 5 jenis, yaitu: a  Pecahan biasa
Pecahan biasa berbentuk    , dengan a dan b  bilangan bulat dan b
0  serta  b  bukan  faktor  dari  a.  Selanjutnya  a  disebut pembilang sedangkan b disebut penyebut.
Contoh:   ,   ,   , -  , dan lainnya.
b  Pecahan campuran Pecahan  campuran  berbentuk  c   dengan  a,  b  dan  c  bilangan
bulat. Contoh: 2 , -5  , 1 , dan lainnya. c  Pecahan desimal
Pecahan desimal
adalah pecahan
yang penulisannya
menggunakan tanda koma. Contoh:  0,35;  2,67;  9,543;  -2,3;  dan lainnya.
d  Persen Persen berarti per seratus. Lambang persen adalah .
Contoh: 27, 69, 30, -8, dan lainnya. e  Permil
Permil berarti per seribu. Lambang permil adalah
o.
Contoh: 457
o,
-12
o,
700
o,
dan lainnya
3 Menentukan  FPB  Faktor  Persekutuan  Terbesar  dan  KPK
Kelipatan Persekutuan Terkecil
Kelipatan Persekutuan Terkecil KPK dari p dan q, dengan p, q anggota  himpunan  bilangan  asli  adalah  bilangan  terkecil  anggota
himpunan bilangan asli yang habis dibagi oleh p dan q. Contoh : tentukan KPK dari 2, 3, an 4
Bilangan asli kelipatan 2 adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, ....
Bilangan asli kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, ....
Bilangan asli kelipatan 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, .... Kelipatan persekutuan dari 2, 3, dan 4 adalah 12, 24, ....
Jadi, KPK dari 2, 3, dan 4 adalah 12. Faktor  Persekutuan  Terbesar  FPB  dari  dua  bilangan  adalah
bilangan  asli  terbesar  yang  merupakan  faktor  persekutuan  kedua bilangan tersebut.
Contoh : Tentukan FPB dari 25 dan 30 Faktor dari 25 adalah 1, 5, dan 25, faktor dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6,
10, 15, dan 30. Tampak bahwa 1 dan 5 merupakan faktor dari 25 dan 30. Selanjutnya, 1 dan 5 disebut faktor persekutuan dari 25 dan 30.
Karena  5  merupakan  faktor  terbesar,  maka  5  disebut  faktor persekutuan terbesar FPB dari 25 dan 30.
4 Menentukan Pecahan Senilai
Pecahan  senilai  adalah  pecahan-pecahan  yang  nilainya  sama. Untuk  memperoleh  pecahan-pecahan  yang  senilai  dapat  dilakukan
dengan  mengalikan  atau  membagi  pembilang  dan  penyebutnya dengan bilangan yang sama
. Jika  diketahui  pecahan
dengan  p,  q  ≠  0  maka  berlaku
atau , dimana a dan b konstanta positif bukan nol.
Contoh : cari pecahan senilai dari   dan
Gambar 2.6 Pecahan Senilai dan
5 Mengubah Pecahan ke Bentuk Lain
a  Menyederhanakan pecahan Dalam menyederhanakan sebarang pecahan  , q
berlaku
dimana a adalah FPB dari p dan q.
Contoh : cari pecahan paling sederhana dari FPB  18,45  adalah  9  sehingga
,  sehingga
pecahan paling sederhana dari adalah  .
b  Mengubah pecahan ke bentuk persen  permil Pecahan  dengan  penyebut  100,  dapat  dituliskan  dengan
menggunakan  persen.  Persen  berarti  perseratus  atau  bagian dari seratus. Simbol persen adalah ””.
Cara  merubah  suatu  pecahan  menjadi  persen  adalah dimana a adalah bilangan pengali
agar penyebut memiliki nilai 100. Contoh : ubahlah   ke dalam bentuk persen
Untuk  mengubah  ke  dalam  bentuk  permil,  cara  yang  sama digunakan dengan mengalikan bilangan yang menghasilkan nilai
1000 dan diberi lambang
o.
c  Mengubah pecahan ke dalam bentuk desimal Apabila suatu pecahan biasa atau campuran akan diubah atau
dinyatakan  ke  dalam  bentuk  pecahan  desimal,  maka  dapat dilakukan dengan cara mengubah penyebutnya menjadi 10, 100,
1.000, 10.000, dan seterusnya. Dapat pula dengan cara membagi pembilang  dengan  penyebutnya.  Sebaliknya,  untuk  mengubah
pecahan  desimal  menjadi  pecahan  biasacampuran  dapat  kalian lakukan  dengan  menguraikan  bentuk  panjangnya  terlebih
dahulu. Contoh : ubahlah menjadi bentuk desimal pecahan
atau
Ubahlah menjadi bentuk pecahan bentuk desimal 0,345 0,345 = 0 + 0,3 + 0,04 + 0,005
=
=
d  Mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa Rumus  umum  untuk  mengubah  pecahan  campuran  menjadi
pecahan biasa adalah : ;
Contoh  :  ubahlah  menjadi  bentuk  pecahan  biasa  pecahan
Untuk  mengubah  pecahan  biasa  menjadi  pecahan  campuran, syaratnya  adalah
,  dimana  d    e.  Untuk  mengubahnya, gunakan pembagian bersusun.
Contoh : Ubahlah menjadi pecahan campuran pecahan
cara 1 dengan pembagian bersusun
Gambar 2.7 Penyelesaian dengan pembagian bersusun
cara 2 dengan mengubah pecahan tersebut
⇒
e  Menentukan letak pecahan Seperti pada garis bilangan, bilangan  yang berada di sebelah
kiri  bilangan  lain  nilainya  lebih  kecil  sedangkan  bilangan  yang berada di sebelah kanan bilangan lain maka nilainya lebih besar.
Gambar 2.8 Garis Bilangan Pecahan
bisa dikatakan bahwa .
Namun  jika  tidak  menggunakan  garis  bilangan  dapat menggunakan cara lain yaitu menyamakan penyebutnya terlebih
dahulu.
Contoh : Berilah tanda ,  atau = dua pecahan berikut ini
Jawab : sehingga bisa diberi tanda
atau bisa dikatakan
f Menyebutkan beberapa pecahan diantara 2 pecahan
Di  antara  dua  pecahan  yang  berbeda  selalu  dapat  ditemukan pecahan  yang  nilainya  di  antara  dua  pecahan  tersebut.  Untuk
menentukan  pecahan  yang  nilainya  di  antara  dua  pecahan, langkah-langkahnya sebagai berikut :
- Samakan penyebut dari kedua pecahan. Kemudian, tentukan
nilai  pecahan  yang  terletak  di  antara  kedua  pecahan tersebut.
- Ubahlah  lagi  penyebutnya,  jika  belum  diperoleh  pecahan
yang dimaksud, begitu seterusnya. Contoh : tentukan pecahan diantara
dan
Samakan penyebut kedua pecahan terlebih dahulu. =
dan . Tentukan pecahan antara
dan . Dan
hasilnya  tidak  ada  pecahan  diantara  kedua  pecahan.  Jika mengalami  kejadian  ini  lakukan  lagi  mengubah  penyebutnya.
Ubah  penyebutnya  menjadi  30  sehingga =
dan .
Kemudian  bandingkan dan
.  Ternyata  ada  1  pecahan
diantara kedua pecahan tersebut yaitu .
6 Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Pecahan
Dalam  menentukan  hasil  penjumlahan  atau  pengurangan pecahan dengan bilangan bulat, ubahlah bilangan bulat itu ke dalam
bentuk  pecahan  dengan  penyebut  yang  sama  dengan  penyebut pecahan  itu.  Kemudian,  jumlahkan  atau  kurangkan  pembilangnya
sebagaimana pada bilangan bulat. Jika  pecahan  tersebut  berbentuk  pecahan  campuran,  jumlahkan
atau  kurangkan  bilangan  bulat  dengan  bagian  bilangan  bulat  pada pecahan campuran.
Contoh : 2 +   =
Dalam  menentukan  hasil  penjumlahan  atau  pengurangan  dua pecahan,  samakan  penyebut  kedua  pecahan  tersebut,  yaitu  dengan
cara  mencari  KPK  dari  penyebut-penyebutnya.  Kemudian,  baru dijumlahkan atau dikurangkan pembilangnya.
Contoh :
Sifat-sifat  penjumlahan  bilangan  pecahan  sama  dengan  sifat-sifat penjumlahan pada bilangan bulat.
7 Mengalikan Bilangan Pecahan
Untuk  mengalikan  dua  pecahan dan
dilakukan  dengan mengalikan  pembilang  dengan  pembilang  dan  penyebut  dengan
penyebut atau dapat ditulis dengan q dan s ≠ 0
Contoh :
Sifat-sifat perkalian bilangan bulat juga berlaku untuk sifat-sifat bilangan  pecahan.  Invers  perkalian  kebalikan  dari
adalah .
Suatu  pecahan  bila  dikalikan  dengan  inversnya  hasilnya  selalu  1. Contoh :
8 Pembagian Bilangan Pecahan
Untuk sebarang pecahan   dan dengan q, r dan s ≠ 0 berlaku
:   =   x   dimana   adalah invers dari
Contoh :
c Bangun Datar
Materi bangun datar  yang diajarkan dalam Bridging Course meliputi : 1  Mengenal bangun-bangun datar
2  Mengidentifikasi  ciri-ciri  masing-masing  bangun  datar  melalui kegiatan observasi
3  Membedakan jenis-jenis segiempat 4  Mengenal  jenis-jenis  segitiga  baik  menurut  sudut  maupun  sisi-
sisinya melalui kegiatan observasi 5  Mengenal jenis-jenis trapesium melalui kegiatan observasi
6  Memahami  konsep  keliling  dan  menemukan  rumus  keliling  suatu bangun datar
7  Menerapkan rumus keliling dalam kehidupan sehari-hari 8  Memahami  konsep  luas  dan  menemukan  rumus  luas  suatu  bangun
data 9  Menerapkan rumus luas dalam kehidupan sehari-hari
Semua indikator akan dibahas sebagai berikut :
1 Mengenal dan Mengidentifikasi Bangun-bangun Datar
Macam-macam bangun datar meliputi :
a  Persegi panjang Persegi  panjang  adalah  bangun  segi  empat  yang  keempat
sudutnya  siku-siku  dan sisi  yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
Gambar 2.9 Bangun Persegi Panjang
Persegi  panjang  mampu  menempati  bingkainya  dengan  4  cara. Sifat-sifat yang dimiliki oleh persegi panjang antara lain :
i  Sisi-sisi  yang  berhadapan  dari  persegi  panjang  sama panjang.
ii  Diagonal-diagonal  persegi  panjang  adalah  sama  panjang dan membagi dua sama besar.
iii Setiap  sudut  persegi  panjang  adalah  sama  besar  dan membentuk sudut 90
o
. Keliling persegi panjang dapat dihitung dengan rumus :
Keliling Persegi Panjang = 2p + l = 2p + 2l
p adalah  panjang  bangun  persegi  panjang  dan  l  adalah  lebar
bangun persegi panjang. Sementara  luas  bangun  persegi  panjang  dapat  dihitung  dengan
rumus :
Luas Persegi Panjang = p x l = pl.
b  Persegi Persegi  adalah  bangun  segi  empat  yang  keempat  sudutnya
siku-siku dan keempat sisinya sama panjang dan sejajar.
Gambar 2.10 Bangun Persegi
Persegi mampu menempati bingkainya dengan 8 cara. Sifat-sifat yang dimiliki dalam persegi adalah :
i  Semua sisi persegi sama panjang ii  Sudut-sudut  suatu  persegi  dibagi  dua  sama  besar  oleh
diagonal-diagonalnya. iii Diagonal-diagonal  persegi  berpotongan  sama  panjang  dan
membentuk sudut siku-siku. Keliling persegi dapat dihitung dengan rumus :
Keliling persegi = 4s
s adalah  sisi  persegi,  dan  rumus  untuk  menghitung  luas  dari
bangun persegi  adalah
Luas Persegi = s
2
c  Jajargenjang Jajargenjang  adalah  bangun  segi  empat  dimana  sisi  yang
berhadapan  sejajar  dan  sama  panjang  serta  sudut  yang berhadapan sama besar.
Gambar 2.11 Bangun Jajargenjang
Sifat – sifat yang dimiliki bangun jajargenjang adalah :
i  Pada  setiap  jajargenjang,  sisi  yang  berhadapan  sama panjang
dan sejajar. ii  Pada jajargenjang, sudut yang berhadapan sama besar.
iii Pada  setiap  jajargenjang,  sudut  yang  berdekatan  besarnya 180
o
. iv Pada  setiap  jajargenjang,  diagonalnya  membagi  2  sama
besar.
Gambar 2.12 Bangun Jajargenjang KLMN
Dari gambar diatas, keliling jajargenjang dapat ditulis dengan rumus :
Keliling Jajargenjang = 2 KL + LM
Luas bangun jajargenjang dapat dicari dengan rumus :
Luas Jajargenjang = a x t
Dengan a adalah alas jajargenjang dan t adalah tinggi jajargenjang. Tinggi jajargenjang selalu tegak-lurus terhadap
alas jajargenjang.
t
a
d  Belah ketupat Belah ketupat adalah bangun segi empat dengan sisi yang
berhadapan sejajar, keempatnya sama panjang dan sudut yang berhadapan sama besar.
Gambar 2.13 Bangun belah ketupat
Sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun belah ketupat antara lain : i  Semua sisi pada belah ketupat sama panjang
ii  Kedua  diagonal  pada  belah  ketupat  merupakan  sumbu simetri.
iii Kedua  diagonal  belah  ketupat  saling  membagi  dua  sama panjang dan saling berpotongan tegak lurus.
iv Pada  setiap  belah  ketupat,  sudut-sudut  yang  berhadapan sama  besar  dan  dibagi  dua  sama  besar  oleh  diagonal-
diagonalnya. Untuk  mencari  keliling  dari  bangun  belah  ketupat  diberikan
rumus :
Keliling Belah Ketupat = 4s
s adalah sisi dari belah ketupat.
Dan luas dari bangun belah ketupat, dapat dicari dengan rumus :
Luas Belah Ketupat =
adalah diagonal dari belah ketupat.
e  Layang-layang Layang-layang adalah
segi empat yang masing-masing pasang sisinya sama panjang, diagonal-diagonalnya tegak lurus
dan sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
Gambar 2.14 Bangun layang – layang
Bangun layang-layang memiliki beberapa sifat yaitu : i  Pada setiap layang-layang, masing-masing sepasang sisinya
sama panjang. ii  Pada  setiap  layang-layang,  terdapat  sepasang  sudut
berhadapan sama besar. iii Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.
iv Salah  satu  diagonal  layang-layang  membagi  diagonal lainnya  menjadi  dua  bagian  sama  panjang  dan  kedua
diagonal itu saling tegak lurus.
Gambar 2.15 Layang-layang ABCD
Keliling  layang-layang  dapat  dihitung  dengan  menggunakan
rumus : Keliling layang-layang = 2 x + y
Dan untuk menghitung luas dari layang-layang diberkan rumus :
Luas layang-layang =
f  Trapesium Trapesium  adalah  bangun  segi  empat  yang  mempunyai  tepat
sepasang sisi yang berhadapan sejajar.
Gambar 2.16 Bangun Trapesium
Trapesium terbagi menjadi 3 jenis yaitu : i  Trapesium sebarang
Trapesium  sebarang  adalah  trapesium  yang  keempat sisinya tidak sama panjang.
Gambar 2.17 Trapesium sebarang
Pada  gambar  di  atas,  AB    DC,  sedangkan  masing-masing sisi yang membentuknya, yaitu AB, BC, CD, dan AD tidak
sama panjang. ii  Trapesium sama kaki
Trapesium sama
kaki adalah
trapesium yang
mempunyai  sepasang  sisi  yang  sama  panjang,  di  samping mempunyai sepasang sisi yang sejajar.
Gambar 2.18 Trapesium Sama Kaki
Pada gambar di atas, AB  DC dan AD = BC. iii Trapesium siku-siku
Trapesium  siku-siku  adalah  trapesium  yang  salah  satu sudutnya merupakan sudut siku-siku 90
o
.
Gambar 2.19 Trapesium Siku-siku
Pada  gambar  di  samping,  selain  AB    DC,  juga  tampak bahwa besar
∠ DAB = 90
o
siku-siku. Sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun trapesium antara lain:
i  Jumlah sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar pada trapesium adalah 180
o
Trapesium sama kaki memiliki ciri-ciri khusus yaitu : i
Diagonalnya sama panjang ii
Sudut-sudut alasnya sama besar iii
Dapat menempati bingkai dengan 2 cara Untuk  menghitung keliling trapesium, diberikan rumus :
Keliling Trapesium = jumlah seluruh sisi trapesium
Sementara luas trapesium dapat dihitung dengan rumus :
Luas Trapesium =  x jumlah sisi sejajar x tinggi
Bangun-bangun  yang  sudah  dibicarakan  diatas  termasuk  ke dalam  keluarga  segiempat.  Berikut  hubungan  antar  bangun
segiempat
Gambar 2.20 Bagan Hubungan Bangun Segiempat
Belah Ketupat
g  Segitiga Segitiga  adalah  bangun  datar  yang  dibatasi  oleh  tiga  buah
sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut.
Gambar 2.21 Bangun Segitiga
Alas  segitiga  merupakan  salah  satu  sisi  dari  suatu  segitiga, sedangkan  tingginya  adalah  garis  yang  tegak  lurus  dengan  sisi
alas dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan sisi alas. Jenis-jenis segitiga dapat dilihat dari beberapa segi :
i. Panjang sisi-sisinya
ii.  Besar sudut-sudutnya iii.  Panjang sisi dan besar sudutnya.
i. Jenis segitiga menurut panjang sisi-sisinya
I. Segitiga sebarang
Segitiga sebarang adalah segitiga yang sisi-sisinya tidak sama panjang.
Gambar 2.22 Segitiga sebarang
II.  Segitiga sama kaki Segitiga  sama  kaki  adalah  segitiga  yang  memiliki  2
buah sisi yang sama panjang.
Gambar 2.23 Segitiga Sama Kaki
III.  Segitiga sama sisi Segitiga  sama  sisi  adalah  segitiga  yang  memiliki  tiga
buah sisi sama panjang dan 3 buah sudut sama besar.
Gambar 2.24 Segitiga Sama Sisi
ii.  Jenis segitiga menurut besar sudut-sudutnya I.
Segitiga lancip Segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip.
Sudut  yang  dibentuk  lebih  dari  0
o
hingga    kurang  dari 90
o
Gambar 2.25 Segitiga lancip
II.  Segitiga tumpul Segitiga  yang  salah  satu  sudutnya  merupakan  sudut
tumpul.  Sudut  yang  dibentuk  lebih  dari  90
o
hingga kurang dari 180
o
.
Gambar 2.26 Segitiga Tumpul
III.  Segitiga siku-siku Segitiga  yang  salah  satu  sudutnya  merupakan  sudut
siku-siku. Sudut yang dibentuk sebesar 90
o
.
Gambar 2.27 Segitiga Siku-Siku
iii.  Jenis segitiga menurut panjang sisi dan besar sudutnya. I.
Segitiga siku-siku sama kaki Segitiga  yang  kedua  sisinya  sama  panjang  dan
membentuk sudut siku-siku.
II.  Segitiga tumpul sama kaki Segitiga  yang  kedua  sisinya  sama  panjang  dan
membentuk sudut tumpul.
Gambar 2.29 Segitiga tumpul sama kaki
Untuk mencari keliling segitiga dibawah ini
Gambar 2.30 Segitiga ABC
Gambar 2.28 Segitiga siku-siku sama kaki
Keliling segitiga ABC diatas adalah
Keliling Segitiga = a + b + c
Dan untuk mencari luas segitiga, diberikan rumus yaitu :
Luas segitiga =   x alas x tinggi =   x a x t =
B. Hasil Belajar