Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri para peserta didik itu sendiri. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut dibutuhkan suatu alat yang disebut dengan kurikulum. Kurikulum berasal dari bahasa latin yakni curriculae yang memiliki arti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari Oemar Hamalik, 2007:16. Kurikulum menunjukkan jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh seorang siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam perkembangannya kurikulum tidak hanya sekedar menunjuk waktu menempuh pendidikan, tetapi kurikulum memuat hal-hal berikut ini Oemar Hamalik, 2007:16: 1 kurikulum memuat isi dan materi pelajaran; 2 kurikulum sebagai rencana pembelajaran; dan 3 kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dengan kata lain, kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup kegiatan di luar kelas. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi 2 kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya Daryanto, 2014:1. Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2003, Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 sudah mulai diberlakukan pada tahun ajaran 20132014 yang lalu, namun pada waktu itu masih terbatas di beberapa sekolah. Namun sejak tahun ajaran 20142015 seluruh sekolah dari berbagai jenjang di Indonesia mulai menggunakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini dikembangkan dari kurikulum sebelumnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dengan memperhatikan faktor-faktor yaitu Permendikbud No 59 Tahun 2014: 1 tantangan internal; 2 tantangan eksternal; 3 penyempurnaan pola pikir; 4 penguatan tata kelola kurikulum; dan 5 penguatan materi. Oleh karenanya, Kurikulum 2013 dipandang lebih sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini. Berbeda dengan kurikulum KTSP yang mana setiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda, dalam Kurikulum 2013 semua mata pelajaran diajarkan menggunakan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan saintifik. Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Dyer Ridwan Abdulah, 2014:53, pendekatan saintifik dalam pembelajaran memiliki komponen proses pembelajaran yaitu mengamati, menanya, mencobamengumpulkan 3 informasi, menalarasosiasi, dan membentuk jejaringmelakukan komunikasi. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” Daryanto, 2014 : 51. Proses pembelajaran kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA ataupun sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah yang menyentuh pada 3 ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan ilmiah. Adapun tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah Daryanto, 2014:54: 1 untuk meningkatkan kemampuan intelek khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; 2 untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; 3 terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan; 4 diperoleh hasil belajar yang tinggi; 5 untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; dan 6 untuk mengembangkan karakter siswa. Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menekankan pada kemampuan siswa utuk berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi 4 merupakan kemampuan berpikir yang meliputi berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif King et al,1998:1. Thomas dan Thorne 2010 menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi menempatkan aktivitas berpikir pada jenjang yang lebih tinggi dari sekedar menyatakan fakta. Pusat perhatiannya adalah apa yang akan dilakukan terhadap fakta. Artinya, fakta harus dipahami, dihubungkan satu sama lain, dikategorikan, dimanipulasi, ditempatkan bersama-sama dalam cara-cara baru atau diterapkan seperti yang kita mencari solusi baru untuk masalah baru. Berdasarkan pengertian dari berpikir tingkat tinggi dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan prosesnya dapat dipelajari dan disempurnakan dengan menggunakan strategi pengajaran yang disesuaikan Baker Patilo, 2011. Kurikulum 2013 dikembangkan sesuai dengan filosofi pendidikan, yaitu pendidikan sebagai sarana untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih dalam berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik. Pendekatan saintifik dirasa sesuai untuk mengembangkan karakter siswa. Karakter didefinisikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak KBBI, 2008. Karakter tersebut tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. 5 Dalam membentuk dan membangun karakter bangsa, dikenal istilah pendidikan karakter. Menurut Zubaedi 2013:14, pendidikan karakter diartikan sebagai usaha sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter optimal. Untuk mendukung pengembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah. Samani dan Hariyanto 2013:46 memaknai pendidikan karakter sebagai sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pelaksanaan Kurikulum 2013 masih jauh dengan apa yang diharapkan oleh Kemendikbud. Hal ini dapat dilihat dari tidak tercapainya tujuan-tujuan pendekatan saintifik, yaitu tidak ada perbedaan hasil belajar siswa dari segi kognitif maupun afektif. Keadaan seperti ini juga terlihat di beberapa SMK di Kabupaten Sleman yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Menurut informasi dari beberapa guru, banyak siswa belum mampu untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan analisis, dimana dalam konteks pendekatan saintifik menjadi bentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam segi pengembangan karakter dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada perubahan karakter dalam diri siswa. 6 Berdasar latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai implementasi pendekatan saintifik dalam pelajaran akuntansi keuangan dan dalam hubungannya dengan ketercapaian tujuan pelaksanaan pendekatan saintifik. Judul dari penelitian ini selanjutnya dirumuskan sebagai berikut “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Pengembangan Karakter Siswa”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada 5 lima SMK negeri dan swasta di Kabupaten Sleman.

B. Batasan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

0 0 31

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa : survei pada 5 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman.

0 2 160

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa.

0 0 2

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa.

0 0 2

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 2 SMK Negeri dan 4 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis

0 0 190

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 3 SMK Negeri dan 3 SMK swasta bidang keahlian bisnis

0 0 172

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Pr

0 0 165

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa survei pada 6 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahli

0 1 244

KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA

0 1 10