Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN

AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN KEMAMPUAN

BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN PENGEMBANGAN

KARAKTER SISWA

Survei pada 5 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Cyrillus Krismayoga NIM: 11 1334 022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN

AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN KEMAMPUAN

BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN PENGEMBANGAN

KARAKTER SISWA

Survei pada 5 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Cyrillus Krismayoga NIM: 11 1334 022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Orang tua dan kakak, serta seluruh keluarga besar

Teman-teman dan sahabat Mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2011 Universitas Sanata Dharma


(6)

v

MOTTO

"Happiness is not ready made—it comes from our own actions." Dalai Lama

“Kehidupan yang benar dan sejati ialah: Bapa, melalui Putra, dan dalam Roh Kudus, mencurahkan anugerah-anugerah surgawi-Nya kepada segala sesuatu tanpa kecuali. Melalui kerahiman-Nya kita manusia juga menerima janji hidup ilahi yang tak dapat diragukan lagi” Santo Cyrillus


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Maret 2017 Penulis


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Cyrillus Krismayoga

Nomor Mahasiswa : 11 1334 022

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 31 Maret 2017 Yang menyatakan


(9)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

DAN PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

Survei pada 5 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman

Cyrillus Krismayoga Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (2) hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan pengembangan karakter siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional pada 3 SMK Negeri dan 2 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi pada Tahun Ajaran 2014/2015 di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober 2014 sampai dengan Mei 2015. Populasi penelitian ini berjumlah 822 siswa. Sampel penelitian ini berjumlah 331 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Spearman’s rho = 0,081 dan nilai sig.(2-tailed) = 0,143 > α = 0,05); (2) ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi materi rekonsiliasi bank dengan pengembangan karakter siswa (Spearman’s rho = 0,444 dan nilai sig.(2-tailed)= 0,000 < α = 0,05).


(10)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION ON THE IMPLEMENTATION OF SCIENTIFIC APPROACH IN LEARNING FINANCIAL ACCOUNTING LESSON AND STUDENTS’ HIGH-LEVEL

LEARNING ABILITY AND CHARACTER DEVELOPMENT (A Survey in Five Vocational High Schools in Business and Management

Expertise Program in Sleman Regency) Cyrillus Krismayoga

Sanata Dharma University 2017

This research aims to find out: (1) the correlation between students’ perception on the implementation of scientific approach in learning financial accounting with learning materials on bank reconciliation and students’ higher thinking level ability and (2) the correlation between students’ perception on the implementation of scientific approach in learning financial accounting with learning materials on bank reconciliation and students’ character development.

This research is a correlation research at three Public Vocational High Schools and two Private Vocational High Schools with the Accounting Expertise Package of the Financial Expertise Program of the Business and Management Expertise Field in 2014/2015 academic in Sleman Regency. It was conducted from October 2014 until May 2015. The population were 882 students. The samples of this research were 331 students. The techniques of taking samples was purposive sampling. The data were collected by a questionnaire and interviews, and were analyzed by the Spearman Correlation test.

The research results indicate that (1) there is no correlation between students’ perception on the implementation of scientific approach in learning financial accounting with learning materials on bank reconciliation and students’ higher thinking level ability (Spearman’s rho = 0.081 and the

2-tailed significance level = 0.143 > α = 0.05); but (2) there is a significant correlation between students’ perception on the implementation of scientific approach in learning financial accounting with learning materials on bank reconciliation and students’ character development (Spearman’s rho = 0.444 and the 2-tailed significance level = 0.000 < α = 0.05).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Pengembangan Karakter Siswa”. Survei pada 5 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan, dan doa yang diberikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., SIP., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mendukung, memberikan kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., yang berkenan membimbing dan memberi semangat.

6. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu


(12)

xi

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan berbagai pengetahuan selama proses perkuliahan.

7. Kedua orang tua saya, mendiang Bapak Alexius Djulioto dan Ibu Regina Martanti yang selalu mendukung dan mendoakan.

8. Kakakku Birgita Kristiningrum atas dukungan dan doanya.

9. Seluruh mahasiswa Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi 2011 yang juga telah membantu dan mendukungan selama ini.

10. Teman-teman Orang Muda Katolik Paroki St. Antonius Muntilan atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini.

11. Para sahabat dan teman-teman yang banyak membantu, mendoakan, serta memberi semangat.

12. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

13. Kepala sekolah, guru dan para siswa kelas XI SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman yang telah bersedia meluangkan waktunya membantu dalam penelitian ini.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 9 Maret 2017 Penulis


(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... i

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendekatan Saintifik ... 9

1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 9

2. Karakteristik Pembelajaran Saintifik ... 10

3. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik... 12

4. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik... 12


(14)

xiii

B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 16

1. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi ... 16

2. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 18

3. Higher Order Thinking Skills Menurut Taksonomi Bloom Revisi ... 19

C. Pendidikan Karakter ... 22

1. Pengertian Pendidikan Karakter dan Makna Pendidikan Karakter ... 22

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 26

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 29

4. Ruang Lingkup Model Pendidikan Karakter ... 32

5. Implementasi Pendidikan Karakter ... 35

D. Kerangka Teori... 36

1. Hubungan Persepsi Siswa tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 36

2. Hubungan Persepsi Siswa tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Pengembangan Karakter Siswa ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian ... 40

B. Tempat danWaktu Penelitian... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian... 40

D. Populasi Penelitian... 41

E. Operasionalisasi Variabel ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data... 46

1. Kuesioner ... 46

2. Wawancara... 46

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 47

1. Pengujian Validitas ... 47


(15)

xiv

H. Teknik Analisis Data ... 52

1. Statistik Deskriptif ... 53

2. Pengujian Prasyarat Analisis... 53

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 57

1. Deskripsi Responden Penelitian... 58

2. Deskripsi Data Penelitian... 59

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 62

1. Pengujian Normalitas ... 62

C. Pengujian Hipotesis ... 63

1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 63

2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 65

D. Pembahasan ... 66

1. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 66

2. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Pengembangan Karakter Siswa ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan... 73

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(16)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Deskripsi Langkah Pembelajaran ... 14

Tabel 2.2 Konfigurasi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikolo-gis dan Sosio-Kultural ... 36

Tabel 2.3 Kelompok Konfigurasi Karakter ... 36

Tabel 3.1 Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Responden Penelitian... 42

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan ... 43

Tabel 3.3 Operasionalisasi Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada Materi Pembelajaran Rekonsiliasi Bank dan Pencatatan Pos Penyesuaiannya... 44

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Pengembangan Karakter Siswa ... 45

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan ... 48

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Butir Instrumen Variabel Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 49

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Intsrumen Pengembangan Karakter Siswa ... 49

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan ... 51

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 52

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Pengembangan Karakter Siswa ... 52

Tabel 3.11 Tabel PAP tipe II ... 53

Tabel 3.12 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan... 55


(17)

xvi

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah.. 58 Tabel 4.3 Distribusi Sekolah... 58 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis

Kelamin... 59 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Variabel Presepsi Siswa tentang

Implementasi Pendekatan Saintifik... 59 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kemampuan Berpikir

Tingkat Tinggi ... 60 Tabel 4.7 Distribusi Frekeunsi Data Variabel Pengembangan Karakter

Siswa ... 61 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa tentang Implementasi

Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi... 62 Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa tentang Implementasi

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi

Keuangan dengan Pengembangan Karakter Siswa... 63 Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Persepsi Siswa tentang Implementasi

Pendekatan Saintifik dengan Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi Siswa ... 64 Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Persepsi Siswa tentang Implementasi

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR


(19)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Instrumen Penelitian... 78

Lampiran 2 Kunci Jawaban Soal Rekonsiliasi Bank ... 88

Lampiran 3 Data Induk ... 92

Lampiran 4 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 105

Lampiran 5 Hasil Pengujian Normalitas ... 111

Lampiran 6 Hasil Pengujian Korelasi Spearman ... 112

Lampiran 7 Mean, Median, Modus ... 113

Lampiran 8 Silabus Akuntansi Keuangan SMK Mata Pelajaran Rekonsiliasi Bank ... 118

Lampiran 9 r Tabel ... 122

Lampiran 10 Perhitungan PAP II ... 125

Lampiran 11 Hasil Kuesioner ... 129


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri para peserta didik itu sendiri. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut dibutuhkan suatu alat yang disebut dengan kurikulum.

Kurikulum berasal dari bahasa latin yakni curriculae yang memiliki arti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari (Oemar Hamalik, 2007:16). Kurikulum menunjukkan jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh seorang siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam perkembangannya kurikulum tidak hanya sekedar menunjuk waktu menempuh pendidikan, tetapi kurikulum memuat hal-hal berikut ini (Oemar Hamalik, 2007:16): 1) kurikulum memuat isi dan materi pelajaran; 2) kurikulum sebagai rencana pembelajaran; dan 3) kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dengan kata lain, kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup kegiatan di luar kelas. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi


(21)

kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya (Daryanto, 2014:1). Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2003, Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

Kurikulum 2013 sudah mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 yang lalu, namun pada waktu itu masih terbatas di beberapa sekolah. Namun sejak tahun ajaran 2014/2015 seluruh sekolah dari berbagai jenjang di Indonesia mulai menggunakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini dikembangkan dari kurikulum sebelumnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dengan memperhatikan faktor-faktor yaitu (Permendikbud No 59 Tahun 2014): 1) tantangan internal; 2) tantangan eksternal; 3) penyempurnaan pola pikir; 4) penguatan tata kelola kurikulum; dan 5) penguatan materi. Oleh karenanya, Kurikulum 2013 dipandang lebih sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini.

Berbeda dengan kurikulum KTSP yang mana setiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda, dalam Kurikulum 2013 semua mata pelajaran diajarkan menggunakan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan saintifik. Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Dyer (Ridwan Abdulah, 2014:53), pendekatan saintifik dalam pembelajaran memiliki komponen proses pembelajaran yaitu mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan


(22)

informasi, menalar/asosiasi, dan membentuk jejaring/melakukan komunikasi. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Daryanto, 2014 : 51).

Proses pembelajaran kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA ataupun sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah yang menyentuh pada 3 ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan ilmiah. Adapun tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah (Daryanto, 2014:54): 1) untuk meningkatkan kemampuan intelek khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; 2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; 3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan; 4) diperoleh hasil belajar yang tinggi; 5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; dan 6) untuk mengembangkan karakter siswa.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menekankan pada kemampuan siswa utuk berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi


(23)

merupakan kemampuan berpikir yang meliputi berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif (King et al,1998:1). Thomas dan Thorne (2010) menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi menempatkan aktivitas berpikir pada jenjang yang lebih tinggi dari sekedar menyatakan fakta. Pusat perhatiannya adalah apa yang akan dilakukan terhadap fakta. Artinya, fakta harus dipahami, dihubungkan satu sama lain, dikategorikan, dimanipulasi, ditempatkan bersama-sama dalam cara-cara baru atau diterapkan seperti yang kita mencari solusi baru untuk masalah baru. Berdasarkan pengertian dari berpikir tingkat tinggi dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan prosesnya dapat dipelajari dan disempurnakan dengan menggunakan strategi pengajaran yang disesuaikan (Baker Patilo, 2011).

Kurikulum 2013 dikembangkan sesuai dengan filosofi pendidikan, yaitu pendidikan sebagai sarana untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih dalam berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik. Pendekatan saintifik dirasa sesuai untuk mengembangkan karakter siswa. Karakter didefinisikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak (KBBI, 2008). Karakter tersebut tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.


(24)

Dalam membentuk dan membangun karakter bangsa, dikenal istilah pendidikan karakter. Menurut Zubaedi (2013:14), pendidikan karakter diartikan sebagai usaha sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter optimal. Untuk mendukung pengembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah. Samani dan Hariyanto (2013:46) memaknai pendidikan karakter sebagai sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 masih jauh dengan apa yang diharapkan oleh Kemendikbud. Hal ini dapat dilihat dari tidak tercapainya tujuan-tujuan pendekatan saintifik, yaitu tidak ada perbedaan hasil belajar siswa dari segi kognitif maupun afektif. Keadaan seperti ini juga terlihat di beberapa SMK di Kabupaten Sleman yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Menurut informasi dari beberapa guru, banyak siswa belum mampu untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan analisis, dimana dalam konteks pendekatan saintifik menjadi bentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam segi pengembangan karakter dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada perubahan karakter dalam diri siswa.


(25)

Berdasar latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai implementasi pendekatan saintifik dalam pelajaran akuntansi keuangan dan dalam hubungannya dengan ketercapaian tujuan pelaksanaan pendekatan saintifik. Judul dari penelitian ini selanjutnya dirumuskan sebagai berikut “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Pengembangan Karakter Siswa”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada 5 (lima) SMK negeri dan swasta di Kabupaten Sleman.

B. Batasan Masalah

Dalam pola pikir perumusan Kurikulum 2013, semua mata pelajaran harus berkontribusi untuk: meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi, membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah secara sistematis, diperolehnya hasil belajar yang tinggi, melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, dan untuk mengembangkan karakter siswa (Hosnan, 2014:36). Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan materi rekonsiliasi bank dan dampaknya pada tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa.


(26)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah penelitian, yaitu:

1. apakah ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi?

2. apakah ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan karakter siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan karakter siswa.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi guru dalam menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik


(27)

khususnya dalam mata pelajaran akuntansi materi rekonsiliasi bank. Berdasarkan hasil evaluasi, guru diharapkan dapat merancang model pembelajaran yang lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan perkembangan karakter siswa. 2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi sekolah mengenai kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi para peneliti selanjutnya terkait dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pendidikan karakter dalam pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dalam bentuk penelitian tindakan maupun penelitian pengembangan.


(28)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014:34), adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, prinsip yang ditemukan. Menurut Iskandar (2008:16), pendekatan scientific (ilmiah) adalah suatu proses penyelidikan secara sistematik yang terdiri atas bagian bagian yang saling bergantung (interdependent).

Menurut Daryanto (2014:51), pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Sedangkan menurut Barringer et.


(29)

al(2010) sebagaimana dikutip Yunus Abidin (2014: 125), pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis, dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan proses pembelajaran yang menggunakan berbagai macam langkah-langkah sains dalam penelitian. Dalam pembelajaran saintifik, siswa tidak hanya mendengarkan materi pembelajaran yang disampaikan guru, melainkan mempraktikkan materi yang diajarkan sebelumnya. Siswa dipandu untuk mencari tahu penyelesaian suatu permasalahan atau kasus dengan pendekatan yang berbasis pada keilmuan.

2. Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut (Hosnan, 2014:36):

a. Berpusat pada siswa.

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip.

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.


(30)

Secara lebih spesifik, pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran mempunyai kriteria sebagai berikut (Hosnan, 2014:38):

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif atau penalaran yang menyimpan dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis dan tepat dalam mengidentifikasikan, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.


(31)

3. Prinsip –prinsip pendekatan saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Hosnan (2014:37):

a. Pembelajaran berpusat pada siswa.

b. Pembelajaran membentuk students self concept. c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa.

f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

4. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Adapun tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah (Hosnan, 2013: 36):

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.


(32)

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperoleh hasil belajar yang tinggi.

e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

f. Untuk mengembangkan karakter siswa. 5. Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran saintifik yang digunakan dalam Kurikulum 2013 memiliki proses dalam implementasinya yang menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran yang melibatkan ketiga ranah tersebut digambar sebagai berikut (Hosnan, 2014: 32):

Pendekatan Saintifik (scientific approach)


(33)

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh atau holistik, artinya pengembangan ranah satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.

Agar ketiga ranah pembelajaran dapat tercapai, perlu diketahui bagaimana pembelajaran saintifik diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Adapun langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik menurut Permendikbud No 103 tahun 2014:

Tabel 2.1

Deskripsi Langkah Pembelajaran Langkah

Pembelajaran Deskripsi Kegiatan

Bentuk Hasil Belajar Mengamati

(observing)

Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton dan sebagainya) dengan atau tanpa alat

Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/ membaca suatu tulisan/ mendengar suatu penjelasan catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati

Menanya (questioning)

Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi

Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan


(34)

tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) Mengumpulkan informasi/ mencoba (experimenting) Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,

mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/

menambahi/mengembang kan

Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Menalar/ mengasosiasi (associating)

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau

menghubungkan

fenomena/ informasi yang terkait dalam rangka menemukan

suatu pola, dan menyimpulkan Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan

informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan


(35)

yang menunjukkan hubungan

fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendap at yang berbeda dari berbagai jenis sumber

Mengkomunikasik an

(communicating)

Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan

Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain

*) Dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran

B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi 1. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi

Berpikir dalam KBBI diartikan sebagai kegiatan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan. Dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary yang dikutip oleh Momon Sudarma (2013:37), thinkingsalah satunya diartikan, “ideas or opinions about something”. Pemikiran adalah ide atau opini. Dengan kata lain, orang yang berpikir adalah orang yang memiliki ide atau opini mengenai sesuatu.


(36)

Berbeda dengan berpikir, A. Thomas dan G. Thorne sebagaimana dikutip oleh Rosnawati (2009) menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi(higher order thinking skills)adalah keterampilan yang lebih dari sekedar mengingat, memahami dan mengaplikasikan.

FJ King et al (1998:1) dalam artikel “Higher Order Thinking Skills-Definition, Teaching Strategies, Assessment”menyatakan bahwa: “Higher order thinking skills include critical, logical, reflective, matacognitive, and creative thinking. They are activated when individuals encounter unfamiliar problems, uncertainties, questions, or dilemmas. Successful applications of the skills result in explanations, decisions, performances, and products that are valid within the context of available knowledge and experience and that promote continued growth in these and other intellectual skills.”

Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kritis, logis, refleksif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Hal tersebut aktif saat seseorang menghadapi masalah yang tidak biasa, ketidakpastian, persoalan atau dilema. Suksesnya pengaplikasian dari keterampilan itu dapat menghasilkan penjelasan, pilihan, dan pertunjukan dan produk yang valid dengan konteks ilmu dan pengalaman dan hal itu memajukan keberlanjutan berkembangnya kemampuan ini dan kemampuan intelektual yang lainnya.

Lewis dan Smith (1993) mendefinisikan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut:

“Higher order thinking occurs when a person takes new information and information stored in memory an interrelates and/or rearranges and extends this information to achieve a purpose or find possible answer in perplexing situations”


(37)

Berpikir tingkat tinggi terjadi ketika orang itu mengambil informasi dan menyimpannya dalam memori dan menghubungkan dan meluaskan informasi tersebut untuk mencapai tujuan atau mencari jawaban dari situasi yang membingungkan.

Newman (1991) sebagaimana dikutip Ghasempour et al (2012: 41), menyatakan bahwa:

“higher order thinking is defined boadly as challenge and expanded use the mind when a person must interpret, analyze, or manipulate informations, because a questions needs to be answered.”

Berpikir tingkat tinggi sebagai tantangan dan memperluas pemikiran ketika seseorang harus menginterpretasikan, menganalisa, atau memanipulasi informasi, karena sebuah pertanyaan yang harus dijawab.

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut, maka sejatinya berpikir tingkat tinggi merupakan berpikir pada level yang tinggi, dimana seseorang tidak hanya sekedar mengingat saja akan tetapi mampu menyimpan dan mengolah informasi yang telah didapatkan dan digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau suatu pertanyaan yang ada.

2. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Krathwohl (2002) menyatakan indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi:

a. Menganalisis


(38)

menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya

2) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuat skenario yang rumit.

3) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan. b. Mengevaluasi

1) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

2) Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian

3) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

c. Mengkreasi

1) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.

2) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.

3) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.

3. Higher Order Thinking Skills Menurut Taksonomi Bloom Revisi

Pada Taksonomi Bloom revisi, yang termasuk ke dalam kategori higher order thinking skills adalah pada tingkat analyze (menganalisis), evaluate (mengevaluasi) dan create (mencipta). Sedangkan tiga aspek lain dalam ranah yang sama, yaitu aspek mengingat, aspek memahami,


(39)

dan aspek aplikasi, masuk dalam bagian intelektual berpikir tingkat rendah atau lower-order thinking.

Adapun definisi untuk masing-masing tingkatan dalam kategori berpikir tingkat tinggi sebagai berikut:

a. Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan kemampuan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut serta mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing), dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut muncul bila siswa menemukan masalah dan kemudian membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Mengorganisasi menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasi


(40)

memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi unsur-unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang diberikan.

b. Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria dapat ditentukan sendiri namun yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi. Namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian.

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek merupakan kegiatan yang mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar yang sudah ada.


(41)

c. Menciptakan (Create)

Menciptakan mengarahkan pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersamaan untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya, untuk itu proses penggalian kembali memori jangka panjang sangat diperlukan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.

C. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter dan Makna Pendidikan Karakter

Kata “character”berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Kementerian Pendidikan Nasional (2010:3) menyatakan bahwa “karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”. Hermawan Kertajaya (M.Furqon, 2010:13) menyatakan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan


(42)

merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. Ciri khas ini pun yang diingat oleh orang lain tentang orang tersebut, dan menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadap individu tersebut.

Menurut Wynne seperti halnya yang dikutip Darmiyati Zuchdi dkk, (2009:10-11) menyebutkan pengertian karakter yaitu: sesorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku baik. Istilah pendidikan karakter erat kaitannya dengan personaliti seseorang bisa disebut “orang yang berkarakter” (a person of character) apabila orang itu berperilaku baik yang sesuai kaidah moral. Maka bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing) tetapi juga “desiring the good atau loving the good” (moral felling) dan “acting the good”(moral action).

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan sutu pandangan bahwa karakter adalah “pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang‟. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya. Makna dari pengertian pendidikan karakter yaitu merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama–sama dengan orang tua dan anggota masyarakat,


(43)

untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli (Daryanto, 2013:65).

Menurut Megawangi (Darmiyanti, 2004:110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai, Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya.

Santrock (2008:105) mendifiniskan pendidikan karakter sebagai: “Character education is a direct approach to moral education that involves teaching students basic moral literacy to prevent them from engaging in immoral behavior and doing harm to themselves or other”(adalah pendekatan langsung untuk pendidikan moral yaitu mengajari murid dengan pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka melakukan tindakan tak bermoral dan membahayakan orang lain dan dirinya sendiri)

Makna pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:4) ada;ah bahwa pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.


(44)

Brooks dan Gooble (Elmubarok, 2008:112–113) berpendapat bahwa dalam menjalankan pendidikan karakter terdapat tiga elemen yang penting yaitu: prinsip, proses, dan praktek dalam pengajaran. Dalam menjelaskan prinsip itu maka nilai-nilai yang diajarkan harus tercantum dalam kurikulum sehingga semua siswa paham benar tentang pendidikan karakter tersebut dan mampu menerjemahkannya dalam perilaku nyata. Oleh karena itu diperlukan pendekatan optimal untuk mengajarkan karakter secara efektif yaitu sebagai berikut:

a. Sekolah harus dipandang sebagai suatu lingkungan yang diibaratkan seperti pulau dengan bahasa dan budayanya sendiri. Namun sekolah juga harus memperluas pendidikan karakter bukan saja kepada guru, staf, dan siswa, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.

b. Dalam menjalankan kurikulum sebaiknya: a) pengajaran tentang nilai-nilai berhubungan dengan sistem sekolah secara keseluruhan; b) karakter diajarkan sebagai subyek yang berdiri sendiri (separate-stand alone subject) namun diintegrasikan dalam kurikulum sekolah keseluruhan; c) seluruh staf menyadari dan mendukung tema nilai yang diajarkan.

c. Penekanan ditempatkan untuk merangsang bagaimana siswa menerjemahkan prinsip nilai ke dalam bentuk perilaku prososial.

Uraian di atas menunjukkan bahwa dimensi perilaku kemanusiaan yang mencakup tiga hal paling mendasar yaitu, (1) dimensi afektif yang


(45)

tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, dan kompetensi estetis, (2) dimensi kognitif yang tercermin pada intelektualitas untuk menggali, mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) dimensi psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi motorik.

Menurut Azyumardi Azra (2002:173), pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak yaitu keluarga, warga sekolah, dan lingkungan sekolah, serta masyarakat umum. Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyambung kembali hubungan antara keempat lingkungan pendidikan. Pendidikan karakter tidak akan berhasil selama keempat lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan harmonisasinya.

Abdul Munip (2009:13-14) menawarkan sembilan karakter siswa di sekolah yaitu, (1) cinta kepada Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran/amanah, diplomatis, (4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerja sama, (6) percaya diri dan bekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Seperti yang dikemukakan oleh Gordon Allport


(46)

(Mulyana,2004:9) bahwa nilai adalah keyakinan, hasrat, motif, sikap, keinginan, dan kebutuhan. Oleh karena itu, keputusan benar-salah, baik-buruk, dan indah-tak indah merupakan hasil dari serentetan proses psikologis yang kemudian mengarahkan individu pada tindakan dan perbuatan yang sesuai dengan nilai pilihannya.

Nilai-nilai karakter menurut Doni Koesoema (2010:208-209) sebagai berikut:

a. Nilai keutamaan

Manusia memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-tindakan baik seperti nilai jujur, tanggung jawab, menghargai tata tertib sekolah dan nilai lainnya.

b. Nilai keindahan

Pada masa lalu, nilai keindahan ini ditafsirkan terutama pada keindahan fisik, berupa hasil karya seni, patung, bangunan, sastra, dan lainnya. Nilai keindahan dalam tataran yang lebih tinggi, yang menyentuh dimensi interioritas manusia, yang menjadi penentu kualitas dirinya sebagai manusia.

c. Nilai kerja

Jika ingin berbuat adil manusia harus berbuat adil, manusia harus bekerja. Penghargaan atas nilai kerja inilah yang menentukan kualitas diri seseorang individu. Peserta didik harus dilatih untuk mampu bekerja keras, bekerja cerdas, ikhlas, dan tuntas. Orang yang bekerja keras pasti mampu mewujudkan impiannya.


(47)

d. Nilai cinta tanah air (patriotisme)

Nilai ini termasuk didalamnya cara berpikir, bersikap, kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik negara. e. Nilai demokrasi

Nilai inilah yang perlu dikembangkan dalam pendidikan karakter. Nilai demokrasi termasuk di dalamnya kesediaan untuk berdialog, berunding, bersepakat dan mengatasi permasalahaan konflik dengan cara-cara damai, sesuai ideologi bagi pembentukan tata masyarakat yang lebih baik,

e. Nilai kesatuan

Dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia, nilai kesatuan ini menjadi dasar berdirinya negara ini, yang menghidupi nilai perjuangan jiwa-raga.

f. Nilai moral

Nilai inilah yang digunakan untuk merawat jiwa. Jiwa inilah yang menentukan apakah seorang sebagai individu baik atau tidak. Maka nilai moral inilah yang sangat vital bagi sebuah pendidikan karakter.

g. Nilai-nilai kemanusiaan

Apa yang membuat manusia sungguh-sungguh manusiawi, itu merupakan bagian dari keprihatinan setiap orang. Contohnya menghayati nilai-nilai kemanusiaan, tolong-menolong, plural


(48)

dalam kultur agama, keadilan di depan hukum kebebasan, dan lainnya.

Pembelajaran pendidikan karakter di sekolah harus memiliki nilai kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan sebagai mana dijelaskan oleh Joel (2005:179) berikut ini:

“character education holds, as a starting philosophical principle, that there are widely shared, privotally important core ethical values—such as caring honesty, fairness, responsibility and respect for selft and others—that form the basic of good character. A school committed to character education explicitly names and publicly stands for these values; promulagates them to all members of the school community; defines them in terms of behaviors that can be observed in the life of the school; models these values; studies and discusses them; uses them as the basis of human relations in the school; celebrates their manifestations in the school and community; and upholds them by making all school members accountable to standards of conduct consistent with core values”

(pendidikan karakter, sebagai prinsip filosofis awal, mempercayai bahwa ada banyak persamaan nilai-nilai etika yang utama, sangat penting seperti kepedulian, kejujuran, tanggung jawab, keadilan, dan menghormati orang lain, dapat membentuk karakter dasar yang baik. Suatu sekolah yang komitmen terhadap pendidikan karakter eksplisit menamakan dan menegakkan nilai-nilai perilaku, menyebarluaskan kepada semua anggota komunitas sekolah, mendefinisikan nilai-nilai tersebut dalam batasan perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah, dan menjadi contoh nilai-nilai tersebut, mengkaji dan mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar hubungan manusia di sekolah, dan menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dengan membuat semua warga sekolah bertanggungjawab terhadap standar tingkah laku yang konsisten dengan nilai-nilai dasar).

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Foerster (Koesoema,2010:42), tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk perilaku seseorang secara utuh. Karakter merupakan suatu kualifikasi pribadi seseorang sebagai kesatuan dan kekuatan atas keputusan yang diambilnya.


(49)

Menurut Nurul Zuriah (2008:64-65), tujuan pendidikan karakter yaitu memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasikan nilai, mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya nilai mulia dalam diri siswa serta mewujudkannya dalam perilaku seharihari. Esensi tujuan pendidikan karakter tersebut -perlu dijabarkan dalam pengembangan program pembelajaran (instruksional) dan sumber belajar setiap mata pelajaran yang relevan. Tujuannya agar siswa mampu menggunakan pengetahuan, nilai, dan keterampilan dari mata pelajaran itu sebagai wahana yang memungkinkan tumbuh dan berkembang serta terwujudnya sikap dan perilaku yang baik, yaitu jujur, toleransi, dan bertanggung jawab. Selain itu, tujuan yang dijabarkan secara instrumental manajerial perlu dijabarkan dalam rangka membangun tatanan dan iklim sosial budaya dan dunia persekolahan yang berwawasan dan memancarkan akhlak mulia sehingga lingkungan dan sekolah menjadi teladan atau model pendidikan karakter secara keseluruhan.

Tujuan pendidikan karakter mencakup dua aspek yaitu nilai hasil belajar yang tinggi sebagai ukuran pencapaian tujuan kurikulum. Hal ini lebih lengkap dijelaskan Jarolimek & Foster seperti halnya yang dikutip Nurul Zuriah (2008: 66) bahwa tujuan pendidikan karakter yaitu pencapaian tujuan yang umum dan khusus. Kedua tujuan


(50)

pembelajaran ini menekankan pada kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler.

Sedangkan menurut Sjarkawi (2006: 39), pendidikan karakter bertujuan membina perilaku siswa yang baik sehingga berguna bagi setiap orang. Artinya, pendidikan karakter bukan sekedar memahami aturan benar-salah atau mengetahui tentang ketentuan baik-buruk, tetapi harus benar-benar terwujud dalam perilaku moral yang baik pada diri siswa dan mengimplementasikan kepada masyarakat dan keluarga.

Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan yang harus dicapai pendidikan karakter adalah: (1) siswa memahami nilai-nilai karakter di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah; (2) siswa mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisten dalam mengambil keputusan di tengah-tengah rumitnya kehidupan saat ini, (3) siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional dalam membuat keputusan yang terbaik setelah melakukan pertimbangan sesuai dengan norma-norma sosial; (4) siswa mampu menggunakan pengalaman nilai dan tujuan karakter bagi pembentukan kesadaran dalam pola perilaku yang berguna dan bertanggung jawab atas tindakannya.

Zubaedi (2012:18) memaparkan lebih rinci tujuan dari pendidikan karakter, yaitu:


(51)

a. Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur penuh kreatifitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Sjarkawi (2006: 39) berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membina perilaku siswa yang baik sehingga berguna bagi setiap orang. Pendidikan karakter bukan sekedar memahami aturan benar-salah atau mengetahui tentang ketentuan baik-buruk, tetapi harus benar-benar terwujud dalam perilaku moral yang baik pada diri siswa dan mengimplementasikan kepada masyarakat dan keluarga.

4. Ruang Lingkup Model Pendidikan Karakter

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2010:5–6), menyatakan bahwa pendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada (1)


(52)

pendidikan formal dimana pendidikan karakter berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK, dan perguruan tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan; (2) pendidikan nonformal pada pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstra kurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan; (3) pendidikan informal yang berlangsung pada keluarga dan dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain yang dilakukan terhadap anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya.

Elkind and Sweet (Muchlas Samani, 2012: 139) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter dalam praktiknya dilaksanakan dengan pendekatan holistik (holistic approach). Artinya seluruh warga sekolah mulai guru, karyawan dan para murid harus terlibat dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan karakter. Hal yang paling penting adalah bahwa pengembangan karakter harus terintegrasi dalam setiap aspek kehidupan sekolah.

Muchlas (2012:139-140) menyatakan beberapa gambaran bagaimana penerapan model holistik dalam pendidikan karakter:


(53)

a. Segala sesuatu yang ada di sekolah terorganisasikan di seputar hubungan antar siswa serta antar siswa dan guru beserta staf dan komunitas di sekitarnya.

b. Sekolah merupakan komunitas yang peduli (caring community) dimana terdapat ikatan yang kuat dan menghubungkan siswa dengan guru, staf, dan sekolah.

c. Pembelajaran sosial dan pembelajaran emosi dikembangkan sebagaimana pembelajaran akademik.

d. Koperasi dan kolaborasi antar siswa lebih ditekankan pengembangannya dari pada kompetisi.

e. Nilai-nilai seperti fairness, saling menghormati, dan kejujuran adalah bagian dari pembelajaran setiap hari, baik di dalam maupun di luar kelas.

f. Para siswa diberi keleluasaan untuk mempraktikan perilaku moral melalui kegiatan pembelajaran untuk melayani.

g. Disiplin kelas dan pengelolaan kelas dipusatkan pada pemecahan masalah daripada dipusatkan pada penghargaan dan hukuman. h. Model lama yang berbasis pada guru yang otoriter tidak pernah lagi

diterapkan di ruang kelas, tetapi lebih dikembangkan suasana kelas yang demokratis dimana para guru dan para siswa melaksanakan semacam pertemuan kelas untuk membangun kebersamaaan, menegakkan norma-norma yang disepakati bersama, serta memecahkan persoalan bersama-sama.


(54)

4. Implementasi pendidikan karakter

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengololaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana-prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Berdasarkan kerangka desain yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultur (keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial kultur tersebut dapat dikelompokkan dalam: olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development),dan menurut olah rasa dan karsa (affective and creativity development), yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut:


(55)

Tabel 2.2

Konfigurasi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikologis dan Sosial-Kultural

OLAH PIKIR Cerdas OLAH HATI Jujur Bertanggung jawab OLAHRAGA (KINESTETIK)

Bersih, Sehat, Menarik

OLAH RASA dan KARSA Peduli dan Kreatif

Keempat kelompok konfigurasi karakter tersebut memiliki unsur-unsur dari karakter inti sebagai berikut:

Tabel 2.3

Kelompok Konfigurasi Karakter No. Kelompok Konfigurasi

Karakter Karakter Inti

1 Olah Hati  Religius

 Jujur

 Tanggung jawab

 Peduli sosial

 Peduli lingkungan

2 Olah Pikir  Cerdas

 Kreatif

3 Olahraga  Sehat

 Bersih 4 Olah Rasa dan Karsa  Peduli

 Kerja sama (gotong ro-yong)

D. Kerangka Teori

1. Hubungan Persepsi Siswa tentang Implementasi Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui


(56)

tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasikan atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014:34). Menurut Barringer et. al (2010) sebagaimana dikutip Yunus Abidin (2014:125) menyatakan bahwa pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis, dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.

King et al (1998: 1) menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kritis, logis, refleksif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Hal tersebut aktif saat seseorang menghadapi masalah yang tidak biasa, ketidakpastian, persoalan atau dilema. Suksesnya pengaplikasian dari keterampilan itu dapat menghasilkan penjelasan, pilihan, dan pertunjukan dan produk yang valid dengan konteks ilmu dan pengalaman dan hal itu memajukan keberlanjutan berkembangnya kemampuan ini dan kemampuan intelektual yang lainnya.

Senada dengan hal tersebut, Lewis dan Smith (1993) menjelaskan bahwa berpikir tingkat tinggi terjadi ketika seseorang mengambil informasi dan menyimpannya dalam ingatan dan menghubungkan serta memperluas informasi tersebut untuk mencapai tujuan atau mencari jawaban dari situasi yang membingungkan. Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik, melibatkan


(57)

proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa (Hosnan, 2014: 36).

Peneliti menduga bahwa ada hubungan antara implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik melatih siswa terbiasa untuk berpikir secara ilmiah. Hal ini memungkinkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Berdasar uraian tersebut, berikut ini disajikan hipotesis penelitiannya: Ha1: Ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan

saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

2. Hubungan Persepsi Siswa tentang Implementasi Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Pengembangan Karakter Siswa

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasikan atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014:34).


(58)

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:4), pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Pendidikan karakter terjadi secara berkesinambungan mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat sekitar dan dimulai sejak dini mungkin.

Implementasi pendekatan saintifik memiliki beberapa tujuan yaitu: untuk meningkatkan kemampuan intelek khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, untuk mengembangkan karakter siswa (Hosnan, 2014:36-37).

Peneliti menduga bahwa ada hubungan antara implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengenbangan karakter siswa. Berdasar uraian tersebut, berikut ini disajikan hipotesis penelitiannya:

Ha2: Ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan karakter siswa.


(59)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Saifudin Azwar (2009:8-9), Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Penelitian ini dilakukan pada lima SMK di Kabupaten Sleman.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober 2014 sampai dengan Mei 2015.

2. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian adalah 5 (lima) Sekolah Menengah Kejuruan, Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Depok, SMK Negeri 1 Tempel, SMK Negeri 1 Godean, SMK YPKK 3 Sleman,


(60)

dan SMK Ma’arif 1 Sleman Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi yang telah mendapatkan materi rekonsiliasi bank.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan pengembangan karakter siswa.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman yang sudah mendapatkan materi rekonsiliasi bank melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada Tahun Ajaran 2014/2015. Jumlah populasi penelitian sebanyak 822 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas XI SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi yang sudah mendapatkan materi rekonsiliasi bank melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada Tahun Ajaran 2014/2015. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 331 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Berikut


(61)

ini disajikan tabel tentang nama sekolah dan jumlah responden penelitian:

Tabel 3.1

Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Responden Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah

Siswa

1 SMK Negeri 1 Godean 84

2 SMK Ma’arif 1 Sleman 30

3 SMK Negeri 1 Depok 90

4 SMK YPKK 3 Sleman 39

5 SMK Negeri 1 Tempel 88

Total 331

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan

Persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dalam penelitian ini adalah tanggapan (penerimaan) langsung atau proses siswa mengetahui beberapa hal melalui panca indranya terhadap implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi yang mereka ikuti. Secara lebih spesifik pembelajaran akuntansi yang dimaksud adalah pembelajaran tentang materi rekonsiliasi bank dan pencatatan pos penyesuaiannya. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel tersebut.


(62)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan

Variabel Indikator*) Pernyataan No.

Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan

Mengamati 1,2

Menanya 3

Mengumpulkan informasi 4 Menalar/mengasosiasi 5 Mengkomunikasikan hasil 6,7

*) Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Bagian Pedoman Umum Pembelajaran.

Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 (lima) pilihan pendapat mengacu pada skala Likert, yang meliputi: Sangat Setuju (SS) = skor 5; Setuju (S) = skor 4; Ragu-Ragu (RR) = skor 3; Tidak Setuju (TS) = skor 2; dan Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1. Penilaian deskriptif variabel persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dilakukan berdasarkan Pedoman Acuan Patokan (PAP) Tipe II.

2. Variabel Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk berpikir tingkat tinggi pada materi pembelajaran rekonsiliasi bank dan pencatatan pos penyesuaiannya setelah siswa menyelesaikan pembelajaran atas materi tersebut. Menurut Ramirez dan Ganaden (2008), cakupan kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan dalam menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan


(63)

membuat (create). Kemampuan siswa tersebut dalam penelitian ini diukur melalui suatu tes. Berikut ini disajikan kisi-kisi soal tes tentang kemampuan siswa berpikir tingkat tinggi pada materi pembelajaran rekonsiliasi bank dan pencatatan pos penyesuaiannya.

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel

Kemampuan Siswa Berpikir Tingkat Tinggi pada Materi Pembelajaran Rekonsiliasi Bank dan Pencatatan Pos

Penyesuaiannya

Variabel Indikator*) Soal No.

Kemampuan siswa berpikir tingkat tinggi pada materi pembelajaran rekonsiliasi bank dan pencatatan pos penyesuaiannya

1. menganalisis (analyze)

2 2. mengevaluasi

(evaluate)

1 3. membuat

(create)

2,3 *) Ramirez, Rachel B., Mildred S. Ganaden (2008)

Pengukuran dilakukan dengan memberikan skor atas setiap jawaban soal sesuai dengan bobot (tingkat kesulitan) masing-masing soal. Rentang skor jawaban adalah 0 s.d. 100. Sedangkan penilaian deskriptif variabel tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dilakukan dengan mengacu Pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.

3. Variabel Pengembangan Karakter Siswa

Pengembangan karakter siswa dalam penelitian ini adalah berkembangnya karakter yang dirasakan setelah siswa mengikuti pembelajaran materi rekonsialiasi bank dan pencatatan pos penyesuaiannya. Macam karakter siswa dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan


(64)

Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, dan secara spesifik Silabus Akuntansi Keuangan SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen (Paket Keahlian: Akuntansi) Kelas XI semester I. Berikut ini disajikan tabel tentang tabel operasionalisasi variabel tersebut.

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Pengembangan Karakter Siswa

Variabel Indikator*) Pernyataan

No. Pengembangan

karakter siswa

2.1. Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam menemukan dan memahami pengetahuan dasar tentang komputer akuntansi.

1,2,3

2.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, responsif dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif dalam

lingkungan sosial sesuai dengan prinsip etika profesi bidang komputer akuntansi.

4,5,6,7,8,9

2.3. Menghargai kerja individu dan kelompok serta

mempunyai kepedulian yang tinggi dalam menjaga keselarasan lingkungan sosial, lingkungan kerja dan alam.

10,11

*) Silabus Akuntansi Keuangan SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen (Paket Keahlian: Akuntansi) Kelas XI semester I


(65)

Setiap butir pernyataan dinyatakan dalam 5 (lima) pilihan pendapat mengacu pada skala Likert, yang meliputi: Sangat Setuju (SS) = skor 5; Setuju (S) = skor 4; Ragu-Ragu (RR) = skor 3; Tidak Setuju (TS) = skor 2; dan Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1. Penilaian deskriptif variabel pengembangan karakter siswa dikelola berdasarkan PAP Tipe II.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Metode kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, perilaku, keyakinan, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada (Siregar, 2012:21). Kuesioner dimaksudkan untuk mengumpulkan data kualitatif yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pernyataan tertulis kepada responden. Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan pengembangan karakter siswa. 2. Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dan informasi langsung dari guru akademik khususnya akuntansi. Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi-informasi mengenai implementasi pendekatan saintifik dalam


(66)

pembelajaran akuntansi khususnya materi rekonsiliasi bank dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa. G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu item kuesioner. Suatu item kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan/pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Pengujian validitas item pertanyaan/pernyataan dilakukan dengan cara menghitung nilai korelasi antara setiap item pertanyaan/pernyataan dengan skor total. Teknik pengujian validitas item pertanyaan/pernyataan dilakukan berdasarkan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut (Siregar, 2013: 48):

Keterangan :

n = Jumlah responden.

X = Skor jawaban responden pada setiap item pertanyaan/pernyataan. Y = Skor total jawaban responden untuk seluruh item

pertanyaan/pernyataan.

Ketentuan untuk menilai valid tidaknya suatu item pertanyaan/pernyataan sebagai berikut: jika nilai-nilai corrected item-total corelationsetiap item lebih besar dari nilai rtabel= 0.204, maka item pertanyaan/pernyataan dapat dikatakan valid. Sebaliknya, jika nilai-nilai corrected item-total corelation setiap item lebih kecil dari nilai rtabel = 0.204, maka item pertanyaan/pernyataan dapat dikatakan tidak valid


(67)

Pengujian validitas dilakukan dengan responden sebanyak 93 siswa SMK Negeri 7 Yogyakarta dan dilakukan sebelum penelitian ini dijalankan. Berikut ini disajikan hasil pengujian validitas instrumen penelitian ini.

a. Variabel persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan.

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam

Pembelajaran Akuntansi Keuangan

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted 1 25.22 4.062 .224 .262 .801

2 25.12 3.236 .629 .441 .725

3 25.11 3.336 .637 .553 .726

4 25.32 3.199 .642 .483 .722

5 25.19 4.049 .243 .143 .797

6 25.26 3.389 .550 .517 .743

7 25.30 3.452 .609 .427 .733

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan mengenai persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan adalah valid (seluruh nilai corrected item-total correlation> rtabel= 0,204).


(68)

b. Variabel kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted 1 74.35 23.797 .557 .310 .768

2 43.02 37.717 .630 .458 .579

3 64.02 44.152 .633 .449 .636

Dari tabel 3.6 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan mengenai persepsi siswa tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah valid (seluruh nilai corrected item-total correlation > rtabel = 0,204).

c. Variabel pengembangan karakter siswa. Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Pengembangan Karakter Siswa

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

1 39.45 10.989 .517 .355 .784

2 39.56 11.032 .388 .306 .797

3 39.62 11.433 .303 .241 .805

4 39.74 10.585 .445 .412 .792

5 39.66 10.554 .521 .643 .783

6 39.61 10.849 .611 .657 .777

7 39.44 12.097 .263 .276 .805

8 39.75 10.536 .526 .441 .782

9 39.86 10.382 .522 .416 .783

10 39.41 10.766 .519 .515 .783


(69)

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan mengenai persepsi siswa tentang pengembangan karakter adalah valid (seluruh nilai corrected item-total correlation> rtabel= 0,204).

2. Pengujian reliabilitas

Pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2013: 55). Pengujian reliabilitas untuk variabel persepsi siswa tentang pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan, variabel kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan variabel persepsi siswa tentang pengembangan karakter siswa dalam penelitian ini dilakukan menggunakan rumus Alpha Cronbach(Siregar, 2013:58):

a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan.

b. Menentukan nilai varians total.

c. Menentukan reliabilitas instrumen r11 =

Keterangan:

n = jumlah sampel atau populasi

Xi = jawaban responden untuk setiap butir pernyataan ∑X = total jawaban responden untuk setiap butir pernyataan


(1)

(2)

135

BAGIAN IV

KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Berikut ini disajikan soal berupa kasus rekonsilisasi bank. Berdasarkan data di bawah ini, jawablah pertanyaan di lembar jawaban yang telah disediakan.

Pada tanggal 31 Desember 2013, PT. SADHAR menyusun rekonsiliasi bank dengan kondisi sebagai berikut:

Saldo kas menurut PT. SADHAR WISATA Rp 195.000 Ditambah:

1. Penagihan piutang wesel Rp 55.000 2. Setoran dalam perjalanan Rp 105.000 +

Rp 160.000 + Rp 355.000 Dikurangi:

Cek kosong (Rp 25.000) -Saldo yang telah disesuaikan Rp 330.000

Saldo kas menurut catatan BANK BRI Rp 225.000 Dikurangi:

1. Biaya administrasi bank Rp 5.000 2. Cek yang masih beredar:

a. Nomor 1122 Rp 65.000 b. Nomor 1123 Rp 45.000 +

(Rp 115.000) Saldo yang telah disesuaikan Rp 110.000

Dari data diatas, Saudara diminta:

4. Tentukan kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan timbulnya selisih perhitungan sebesar Rp 220.000!

5. Buatlah laporan rekonsiliasi bank yang benar! 6. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan!

* ) Sumber : (Al. Haryono Jusup , 2011: 67)


(3)

(4)

137

LAMPIRAN 12

SURAT IZIN

PENELITIAN


(5)

(6)

140


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

0 0 31

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa : survei pada 5 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman.

0 2 160

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa.

0 0 2

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa.

0 0 2

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 2 SMK Negeri dan 4 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis

0 0 190

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 3 SMK Negeri dan 3 SMK swasta bidang keahlian bisnis

0 0 172

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Pr

0 0 165

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa survei pada 6 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahli

0 1 244

KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA

0 1 10