66
Berdasarkan Tabel 4.11 tampak bahwa nilai correlation coefficient Spearman’s rho = 0,444. Nilai tersebut menunjukkan bahwa arah
hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan karakter siswa adalah positif kategori cukup baik .
Artinya, semakin baik persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan,
maka semakin baik pengembangan karakter siswa. Nilai sig. 2- tailed pada Tabel 4.11 menunjukkan nilai sebesar 0,000, hal
tersebut berarti hubungan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan karakter
siswa adalah signifikan nilai sig. 2-tailed = 0,000 = 0,05
atau H
a1
diterima dan H
o1
ditolak. Dengan demikian kesimpulan yang menyatakan ada hubungan implementasi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan karakter siswa dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian ini.
D. Pembahasan
1. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik
dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi.
67
Persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan menunjukkan nilai rata-rata mean
= 30,35; modus = 32; median = 30, dengan nilai deviasi standar = 2,755. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran akuntansi keuangan adalah sangat baik. Sementara, tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
menunjukkan nilai rata-rata mean = 74,50; modus = 80; median = 80; dengan nilai deviasi standar = 21, 988. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah baik. Namun demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa adalah tidak signifikan Spearman’s rho = 0,081, sig. 2-tailed = 0,143 = 0,05.
Menurut Hosnan 2014:36, karakteristik pendekatan saintifik adalah melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Namun berdasarkan penelitian ditemukan tidak
ada hubungan antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Tidak
adanya hubungan tersebut dapat disebabkan karena berbagai faktor. Seperti
yang dikatakan
Anies Baswedan
http:www.liputan6.comnewsread2144 282alasan-menteri-anies-
68
hentikan-kurikulum-2013, Kurikulum 2013 yang masih dalam tahap penyempurnaan itu terlalu terburu-buru penerapannya sehingga
menuai berbagai masalah di lapangan. Masalah-masalah tersebut antara lain: 1 tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba
penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan di sekolah- sekolah yang ditunjuk; 2 penyusunan konten Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar yang tidak seksama sehingga menyebabkan ketidakselarasan; 3 kompetensi spiritual dan sikap terlalu dipaksakan
sehingga menganggu substansi
keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para guru; 4
metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian
sepenuhnya pada siswa; 5 ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan beban juga
tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar sekolah; 6 Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan
ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat
keterlambatan atau ketiadaan buku. Hal inilah yang dirasakan beberapa guru SMK di Kabupaten Sleman.
Diantara faktor-faktor tersebut di atas, faktor yang paling dominan adalah ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran
pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada
69
siswa dan keterlambatan atau ketiadaan buku. Ketidaksiapan guru dalam menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013
disebabkan kurangnya pelatihan mengenai Kurikulum 2013 kepada para guru. Akibatnya,
penyelenggaraan proses belajar di kelas khususnya mata pelajaran akuntansi materi rekonsiliasi bank belum
berjalan sebagaimana diharapkan. Di samping itu terbatasnya sumber belajar bagi guru dan siswa menjadi penghambat terlaksananya
pembelajaran dengan metode pendekatan saintifik. Hal inilah yang dirasakan hampir oleh semua guru di SMK Negeri 1 Godean, SMK
Ma’arif 1 Sleman, SMK Negeri 1 Depok, SMK YPKK 3 Sleman, dan SMK Negeri 1 Tempel.
2. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik
dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Pengembangan Karakter Siswa.
Persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan menunjukkan nilai rata-rata mean
= 30,35; modus = 32; median = 30, dengan nilai deviasi standar = 2,755. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran akuntansi keuangan adalah sangat baik.
Sementara pengembangan karakter siswa menunjukkan nilai rata-rata mean = 46.55; nilai tengah median = 47; nilai modus = 44; dan
nilai standart deviasi = 3,975. Hal ini menunjukkan persepsi siswa tentang pengembangan karakter siswa adalah sangat baik.
70
Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran
akuntansi keuangan dengan pengembangan karakter siswa adalah signifikan Spearman’s rho = 0, 444, sig. 2-tailed = 0,000
= 0,05.
Menurut Kementerian
Pendidikan Nasional
2010:4, pendidikan
karakter dimaknai
sebagai pendidikan
yang mengembangkan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Oleh karenanya pemerintah menciptakan
kurikulum yang dapat mencapai tujuan dari pendidikan karakter yakni Kurikulum 2013. Fadlillah 2014:179-180 menyatakan bahwa
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang lebih menekankan untuk tercapainya kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang semuanya terangkum dalam kompetensi hardskill dan softskill. Sementara menurut Mulyasa 2014:7, pendidikan karakter dalam
Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
71
Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya, sudah memasukkan unsur kompetensi sikap
yang harus dicapai. Hal ini dapat ditemui dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP. Hal ini mendorong guru untuk mengelola
pembelajaran dengan memuat unsur pendidikan karakter. Secara umum pendidikan karakter telah dimasukkan dalam rencana dan
pelaksanaan pembelajaran dan guru memberikan penekanan proses dan penilaian pada aspek pendidikan karakter. Hal demikian
mendorong para siswa untuk menunjukan sikap dan perilaku yang baik selama proses pembelajaran.
72
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN