kebenarannya. Wujud dari penguatan sendiri tampil dalam rasa bangga yang membuatnya terlibat aktif dalam komunitas.
d. Keberpihakan terhadap hukum Islam
Proses membandingkan antara dua hal yang berbeda disertai dengan penilaiannya sendiri merupakan wujud mode Eigenwelt.
Yusuf melihat ketumpulan praktek UU di Indonesia. Hal ini mendatangkan konklusi bahwa hukum hanya sekadar nilai kosong.
Dikatakan nilai kosong karena aturan hukum hanya sekadar kata- kata belaka tanpa ada penerapan yang memadai. Hal ini
menunjukkan bahwa praktek hukum Indonesia sangat kontras dengan praktek hukum Islam.
Kontrasnya penerapan hukum ini, di mana hukum Islam dipandang lebih baik, mendatangkan apatisme terhadap praktek
hukum negara. Proses komparasi antara kedua hukum ini menjadi sebuah implikasi dari otherness yang termanifestasikan dalam
permusuhan. Permusuhan dalam arti adanya unsur untuk menentang atau melawan. Di samping praktek hukum yang buruk, bagi Yusuf
ketentuan demokrasi juga menyimpang jika dilihat dari perjalanan historis bangsa.
Ya berkenaan dengan undang-undang lah. Undang- undang kan, misalnya kita pasal 28 ya, ya
kemerdekaan berserikat berkumpul mengeluarkan bebas mengeluarkan pendapat secara lisan maupun
tulisan. Itu aja sudah ada pembatasan ketika kita menulis dilarang, dibredel misale, itu kan sudah
ndak sesuai undang-undang lagi. Lha kita menghafalkan itu sudah bosan gitu lho. Hafal cuma
nilai-nilai kosong. Halah GBHN nggak perlu, undang-undang nggak perlu dan asas tunggal nggak
ada. 2213-2234 Misalnya Pak Harto. Pak Harto itu 95 sudah
menjabat presiden itu tahun…20 tahun ya, eh 25 ya. Sekitar 28 tahun ya. Pelita 1 Pelita 2 Pelita 3 tu.
Kita juga sebagai orang Islam melihat memang orang Islam itu memang kalau amir ketua jamaah
itu diangkat sampai mati. Betul. Tapi itu kan ketentuannya Islam, bukan ketentuan demokrasi.
Tapi kalau ketentuan demokrasi kan jadi presiden, jadi presiden, kan nggak ada tuntunannya. Kan gitu,
gak ada aturannya. Lha itu juga sudah mulai ada perbedaan. Mestinya Pak Harto sudah lengser.
Terus sejarah juga dengan Pak Karno, dengan DITII itu juga diutarakan. Perbandingan sejarah.
2312-2326 Diskrepansi
terhadap praktek
hukum Indonesia
ini memunculkan kekecewaan, baik secara sosial maupun personal
Yusuf. Di sisi lain, Yusuf melihat keapikan penerapan hukum Islam. Yusuf sering mengadakan dialog dengan teman-temannya untuk
menunjukkan bahwa perjuangan Indonesia adalah untuk berjihad maka seharusnya diberi kemudahan untuk mengisinya dengan ajaran
Islam. Hal-hal yang aneh tentang undang-undang apa sih,
apalagi dalam
ayat Al-
Qur‟an misalnya “Barangsiapa yang berhukum selain hukum Islam,
dia orang ya ng dzolim.” misalnya. Nah, itu kan
tekstual ayat ketika melihat kita bersama dengan DPR-MPR. Ya kan kita GBHN komplit, ada MPR
ada DPR, legislatif, yudikatif, kan dipelajari semua. Lha dari situ saya sudah mulai jenuh gitu lho
melihat eee di satu sisi saya jurusan biologi kemudian satu sisi, PMP misalnya Pendidikan
Moral Pancasila waktu itu ya. Itu tidak pernah saya gagas, saya her dapat 5 ndak ada masalah. Karena
tidak ada beban, untuk kelas 2 kelas 3 sudah mulai
tertanam keberanian meninggalkan itu. Tapi walaupun itu sifatnya itu masih idealisme. Oo, aku
ini ini gitu lho. Tapi belum ada action gitu lho. Kalau jaman sekarang kan ada action-action teroris
itu kan sudah action. Bukan hanya ndak setuju, kalau perlu mberontak. 2234-2254
Daya kritis sekaligus rasa kecewa ini berkelindan dalam
sebuah sikap anti. Anti memiliki konotasi ketidaksetujuan dan memusuhi. Dengan demikian sarat akan unsur melawan. Yusuf
mengindentikkan sikap
anti ini
dengan keinginan
untuk memberontak.
e. Rasa ingin tahu terhadap jihad meningkat