deskripsi struktural ke dalam pernyataan yang terunifikasi oleh esensi pengalaman saecara menyeluruh. Hasil sintesis menghadirkan esensi pada
waktu dan tempat tertentu lewat imajinasi dan refleksi peneliti secara mendalam dari phenomenon.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada dunia eksistensial Yusuf sebagai seorang fundamentalis.
Partisipan penelitian
yang berjumlah
satu orang
mengindikasikan bahwa penelitian ini adalah single-case studies yang didekati lewat fenomenologi eksistensial.
C. Sumber Data Penelitian
Colaizzi dalam Leroux, Sperlinger, Worrell, 2007 menyatakan bahwa dalam studi fenomenologi kita membutuhkan partisipan yang: 1 telah
mengalami phenomenon yang diselidiki, 2 mampu untuk memberikan deskripsi verbal dari pengalaman. Bebasis dari pemahaman tersebut, sumber
data penelitian diperoleh dari Yusuf sebagai seorang partisipan penelitian yang mengalami phenomenon menjadi seorang fundamentalis dan secara intensif
tertarik untuk memahami dirinya dan maknanya. Dengan mencapai pemahaman terhadap phenomenon, penelitian ini
melakukan upaya kritis terhadap teori bahwa ciri khas fundamentalis adalah intratekstualitas. Selain itu, menurut peneliti kasus Yusuf termasuk unik dan
ekstrim. Yusuf berjihad untuk mencari kebenaran dan kesempurnaan agama,
bukan hanya sekadar yang selama ini menjadi desas-desus bahwa masalah ekonomi atau pribadi yang neurotik menjadi latar belakang fundamentalisme.
Menurut Yin dalam Wilig, 2008 upaya kritis terhadap teori serta keunikan dan keekstriman kasus dapat menjadi alasan untuk memilih desain single-case
studies.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Sampling
Pengumpulan data utama dilakukan dengan wawancara. Menurut Wilig 2008, lewat wawancara, peneliti mendapatkan kesempatan untuk
berbicara mengenai aspek khusus kehidupan atau pengalaman partisipan. Di samping itu, wawancara memungkinkan eksplorasi mengenai pengalaman
historis dari partisipan Cresswell, 2009. Selain itu, kesulitan untuk melakukan observasi langsung akan teratasi lewat wawancara.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara jenis ini memungkinkan interviewer untuk mengendalikan
atmosfer serta alur dari wawancara lewat pertanyaan sehingga tujuan dari penelitian akan didapat secara lebih terstruktur. Wawancara akan dilakukan
hingga diperoleh data yang mencukupi untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, intensitas wawancara tidak bisa diprediksikan maupun
ditentukan sebelumnya. Pertanyaan dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara membentuk pertanyaan yang bersifat umum kemudian dielaborasi
lewat pertanyaan khusus.
Creswell 2007 menyatakan bahwa pertanyaan dalam penelitian secara bertahap diawali dengan central question kemudian dilanjutkan dengan
subquestion. Berbasis pada hal tersebut, maka wawancara akan diawali dengan pertanyaan yang mengantar pada grand tour central question
pengalaman hidup partisipan kemudian diikuti dengan pertanyaan yang lebih spesifik subquestion. Baik dalam central question maupun subquestion akan
disajikan pertanyaan terbuka, bersifat mengembangkan membabarkan, dan tidak mengarahkan.
E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data