1. Mitsein-Mitdasein
Manusia hidup berhadapan dengan fakta-fakta sosial. Fakta sosial ini dapat dipahami sebagai sebuah tatanan human society yang
berbasis persaudaraan dan keramahtamahan atau disebut Mitsein. Sedangkan jika berupa manusia lain maka disebut Mitdasein. Ketika
berhadapan dengan fakta-fakta dan orang lain ini, muncul tegangan dan timbullah kecemasan. Waktu ketika manusia berhadapan dengan fakta-
fakta ini disebut dengan perjumpaan encounter. Perjumpaan dengan being di luar dirinya akan menimbulkan suatu perubahan tertentu.
Berikut ini merupakan rangkaian fakta yang membentuk Mitsein- Mitdasein.
a. Efek lingkungan dan perubahannya
Lingkungan dalam konteks ini menggambarkan keadaan circumtances yang kaya akan asupan informasi mengenai
kehidupan muslim internasional. Yusuf mendapatkan suplai informasi mengenai pergerakan sejak masa SMA. Yusuf
menganggap bahwa berbagai asupan informasi mengenai kehidupan muslim ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap diri Yusuf.
Mereka [Al-Irsyad] punya visi untuk membersihkan ajaran Islam. Makna membersihkan ajaran Islam tu
berkenaan dengan cara ibadat. Contoh orang meinggal di 3 hari, 7 hari, 10 hari. Itukan Hindu.
Konsep Hindu. Kemudian diislamkan oleh Wali Songo, cuma oleh orang-orang al-Irsyad itu nggak
mau dilanjutkan sekarang. Itu tradisi sudah dulu. Sekarang harus kita tinggalkan. Itu konsep
Wahhabi. Muhammadiyah juga begitu. Hampir mirip. Muhammadiyah kan Ahmad Dahlan Jogja.
Itu juga kuat. Dia bisa masuk ke Jawa Timur, itu juga
benturan-benturan. Termasuk
saya memahaminya. Saya tertarik. Ketika saya SMA tu
kok ada perbedaan ya antara orang tahlilan dan ndak. Runut dan tidak. Maka saya, permasalahan,
dari mana sih kok iso beda. Saya runut gitu lho. Dari orang NU saya sebenarnya mulai tertarik
dengan orang-orang Muhammadiyah. Caranya. Nah, ada buku-buku literatur dari al-Mukmin. Iya
to, termasuk Ponorogo. Wah ketoke kita harus berdiri di atas semua kelompok. Oo, fiqih-nya
begini-begini-begini. Oya. 987-1010 Meskipun demikian, Yusuf belum memahami mengenai
pergerakan muslim internasional. Dia hanya mengetahui tentang istilah-istilah dalam dunia pergerakan muslim seperti Ikhwanul
Muslimin. Yusuf mendapatkan asupan informasi ini dari kakak senior di remaja masjid. Selain mendapatkan informasi ini, Yusuf
juga dimotivasi untuk lebih memperbanyak intensitas belajar agama. Cuma kakak kelas ini sudah mulai variasi Mas.
Contoh ada yang sudah mulai ngojok- ngojok‟i,
“Kamu itu sekolah, belajar agama 2 jam, kurang Harus belajar agama, harus ngaji. Kalau perlu
mendatangkan kyai. Mereka mau kaderisasi. Direkrut. “Kamu kalau ngaji, nanti tak datengkan
gurunya, tapi harus nyari teman 1-2-3, minimal orang 5.
Nyari ya”, gitulah. Nanti terus diajak ke rumahnya dia. Ya
intinya juga dijelaskan, “Saya ini dulu kelas 1 gini, tukang gelut, tapi ada Remaja
Masjid saya sudah menghindari gelut.”, contohnya seperti itulah. Saya sudah mulai seneng membaca
Qur‟an. “Bacalah”, ajakan-ajakan gitulah, kita kan jadi termotivasi.“Jadi, pergolakan Islam di
Mesir..”, sambil cerita gini, “itu mempengaruhi dunia kampus. Jadi kalau kita generasi muda terus
ikut perubahan-perubahan yang membawa kebaikan mahasiswa. Contohnya revolusi di Iran”, misalnya,
dia itu Cuma memberikan gambaran-gambaran kayak gitu, “Ada Ikhwanul Muslimin memimpin
gerakan di Mesir sampai munculnya Ikhwanul
Muslimin yang menjalar ke seluruh dunia.”, contohnya seperti itu. Itu hanya orasi. Saya
ndengerin, tapi waktu itu belum ngeh kok saya harus jadi fungsionaris PKS, PK Partai Keadilan, waktu
itu belum ada PKS. 1805-1832 Informasi yang didapat tidak hanya sekadar lewat komunikasi
langsung, namun juga lewat media digital. Adanya konflik muslim di dunia internasional menjadi insiden yang biasa dilihat Yusuf lewat
video. Menurut Yusuf, konflik ini bukan menjadi inspirasi baginya, namun terus terngiang di dalam kepala Yusuf.
Lha saya melihatnya karena itu konflik di Eropa, saya katakan sejak awal bule itu tidak selamanya
non-Islam. Bule Islam. Lho itu juga diusir, itu juga dibom, bom kuat sekali untuk tentara Beruang
Merah. Tapi saat itu belum ada Beruang Merah...apa gitu. Saya sempat, jadi waktu itu saya
baca majalah, majalah PKS, PK Sabili di situ waktu itu ada Sabili ya kalau sampeyan lihat. Jadi majalah
Sabili itu bahasanya kalau dikatakan jenengan, keras jug wong di situ ada gambarnya mbawa
senjata, terus bendera tulisannya La‟ilah La‟illawah, seperti itu. Jadi memotivasi, ternyata
perlawanan itu tidak di Irak aja, di Bosnia juga ada. Lha itu ya, kemudian progresnya saya katakan
bukan inspirasi tapi kan saya ingat betul Bosnia tu seperti ini. 2002-2018
Dari video-video itu pula Yusuf melihat bahwa negara
superior seperti Rusia dapat ditaklukan lewat perjuangan bersama. Peristiwa seperti ini menimbulkan impresi tersendiri bagi Yusuf.
Karena rasa kagum atas berbagai peristiwa itu, Yusuf mulai mencari tahu lewat berbagai media seperti majalah islami, buku-buku,
maupun buku putih dari berbagai tokoh seperti Azahari dan Abu
Bakar Ba ’asyir. Bahkan rasa terkesannya itu terus berlangsung
hingga dia mengikuti pelatihan militer. Saya datang ke Al-Islam Lamongan. Pondoknya
Amrozy itu lho. Pondok Al-Mukmin itu udah pecah. Mana pecahannya? Lamongan. Ah Lamongan deket,
naik bis. Main ke sana kenalan sama ee pondoknya.
Wis, pokoknya kenalanlah sama… Pulang lagi. Besok dateng lagi bulan depan. Pulang lagi. Kenal
santrinya, tak ajak ke tempat saya. Ngobrol, kurang lebih begitu lah. Nah, dari situ terus ada buku-buku
jihad itu. Itu saya mulai mengenal. Buku-buku jihad Afghanistan. Kalau jihad secara umum tadi sudah
lihat. “Itu lho, alumni Afghanistan. Disegani.”, kok iso disegani alumni Afghanistan. “Itu lho ustad”,
Ustad Mukhlas. 2572-2586
b. Kekecewaan kolektif terhadap lingkungan