pihak ini adalah lebih baik. Dengan hukum Islam, diskriminasi dan keadilan bisa dicapai.
2. Umwelt
Dalam mode dunia Umwelt, manusia berada dalam suatu dunia yang membuatnya harus tunduk dan menghalangi tercapainya
otentisitas dari Ada exsistenz. Menurut Karl Jaspers 2005, exsistenz merupakan pengalaman dari kebebasan yang subyektif dalam lingkup
situasi yang pasti ekuivalen dengan être-pour-soi para Sartrean. Umwelt sendiri berupa dunia internal maupun eksternal yang
membentuk lingkungan fisiologis dan fisik. Kondisi ini mewujud dalam insting, kebutuhan, dorongan, maupun hereditas sosial seperti tradisi.
Karena informasi biologis yang ada dalam data kurang adekuat, maka data yang diolah adalah kondisi kultural yang menuntut tercapainya
harapan tertentu hereditas sosial. Kondisi kultural ini memaksa Yusuf untuk tunduk terhadapnya sehingga pilihan bebas, sebagai syarat utama
existenz, dalam kondisi ini sangatlah minim.
a. Keadaan global dan efeknya
Menurut Yusuf, arus global menimpa dan dirasakan semua orang; termasuk Yusuf. Arus global ini merupakan kekuatan
lingkungan yang besar dan mampu merubah siapa saja. Bagi Yusuf, pengalaman arus global ini merupakan pengalaman kolektif.
He‟em, yang bersama yang global gitu lho. Jadi, arus global itu ndak hanya menimpa saya
sebenarnya. Banyak
yang hampir
mirip [pengalaman]. 313-315
Selama Yusuf merasakan efek arus global yang sayangnya
tidak diuraikan secara rinci, Mitsein dalam rupa konflik mendorong Yusuf untuk mengangkat konsep memeluk Islam secara kafah.
Konsepsi ini diperkuat oleh keadaan yang cenderung memiliki karakteristik yang sama. Menjalankan Islam secara kafah berarti
kembali ke segala aturan dengan patokan Al- Qur‘an, Rasuna, Hadis,
dan nabi. Segala patokan tersebut menjadi otoritas eksternal yang mengatur eksistensi Yusuf.
….ketika kita melihat Al-Qur‟an misalnya, contoh; ya saya tidak menjelaskan secara detail, tapi kan
dari ayat-ayat-ayat-ayat itu kita bisa memahami bahwa konflik ini akan terus bergulir di dunia ini.
Tidak mesti di Irak, tidak mesti di Amerika tapi termasuk di Indonesia. 589-594
Patokan menjalani agama Islan] Ya sama, Al-
Qur‟an dan Rasuna ya. Adapun perkataan Amien Rais, perkataan Gus Dur, itu kan perkataan
manusiawi. Selebihnya saya lebih khusus mengkaji kepada kitab. Jadi Al-
Qur‟an, Hadis, sama tunjangan-tunjangan kitab yang terpercaya. Makna
kitab yang terpercaya tetap bersumber pada itu. Bukan kepada personal. 1255-1262
Khusus, saya memang selalu memperhatikan ayat-
ayat jihad. Misalnya Qut‟ba, Al-Mukital, dalam Al- Qur‟an diwajibkan berperang. Padahal perang itu
sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi sesuatu yang kamu benci tu baik buat kamu [Al-Baqarah 216].
2439-2445 Dalam menyikapi arus global ini, sebagai sumber nilai dalam
konteks yang baru, Al- Qur‘an, Rasuna, Hadis, dan nabi menjadi
pegangan. Al- Qur‘an Mitsein merupakan objek eksternal di luar
Yusuf. Dengan demikian, ada unsur ketertundukan terhadap objek- objek tersebut. Dengan tunduk terhadap objek-objek eksternal
tersebut, Yusuf merasa dapat menghadapi arus global yang menggilas kehidupan.
b. Kepatuhan terhadap orang sekitar dan dogma