dengan kata lain; dia merupakan orang yang sepele dan kehilangan signifikansinya loss of significance.
Ya saya memandangnya begini, saya orang yang ibaratnya ingin berguna. Dalam arti menyumbangsih gitu lho untuk
kelompok besar. 362-365
4. Eigenwelt
Mode dunia dalam Eigenwelt mensyaratkan self-awareness, self- relatedness yang secara unik hadir dalam human being. Dalam mode
ini, kita memahami bahwa kita adalah pusat dari eksistensi kita serta mengenal potensi-potensi khusus kita. Potensi-potensi yang dimaksud
adalah seperti kapasitas menilai, memilih, dan nilai-nilai. Ketika kita menggunakan potensi kita, maka peneguhan terhadap eksistensi diri
akan dicapai. Lebih jauh lagi, mode ini menjadi jelas ketika kita menilai dengan akurat apa yang kita suka atau tidak suka, apa yang kita
butuhkan atau tidak butuhkan, yang secara personal mengevaluasi pengalaman. Adalah sesuatu yang jelas bahwa apa yang menjadi pilihan
own-choices Yusuf merupakan contoh jelas dari mode dunia ini.
a. Ketertarikan dengan tokoh di sekitarnya
Pada masa SMP, Yusuf tertarik dengan guru agama karena kepandaian guru agama dalam membaca Al-
Qur‘an dan mengaji. Keahlian agama yang dimiliki guru agama menjadi pondasi Yusuf
untuk merasa tertarik dengan guru agama. Namun, selain kehlian agama yang dimiliki guru agama, Yusuf juga menyukai sisi disiplin
yang terarah pada kebersihan yang diterapkan oleh guru agama.
Lha mulai SMP itu sudah mulai berpikir. Ada guru agama, kebetulan saya suka sama guru agama. Nek
guru agama tu cincinnya diletakkan di meja tu kita takut, padahal gurunya nggak ada di situ. Ujian
misalnya. Wah, kita ujian. “Siapa yang ngepek?” tik, terus dia pergi, guru. Pada nggak mau, takut
ngepek. Ada cincinnya. Jangan-jangan cincinnya itu tau. Itu jenis-jenis itu kepercayaan kan Mas. [alasan
suka] Ya mungkin baca Qur‟annya, ngajinya, mungkin ngglidik kalau kukunya panjang digebuki.
Ternyata harus dibersihkan. Ho‟o, enak. Enjoy. Tapi kan dari sisi disiplin mengenai kuku, rambut
gondrong dikit dipotong, nggak boleh. Macem- macem yang sifatnya itu kebersihan itu bagus gitu
lho menurut saya. 1749-1766
Seperti dikatakan di atas bahwa keahlian agama menjadi pondasi Yusuf untuk merasa tertarik dengan guru agama, Yusuf juga
tertarik dengan sosok lain yang serupa. Yusuf tertarik dengan Pak Abdul Kholib, guru matematika, yang menyukai lagu-lagu yang
arahnya ketuhanan dan pintar mengaji. Dapat ditemukan di sini bahwa ada kesamaan karakter pada significant being yang disukai
Yusuf. Keduanya sama-sama pandai dalam hal agama. Pola ini mendapat pengulangan sekaligus penguatannya dalam kehidupan
Yusuf selanjutnya. Pak Abdul Kholib saya datang ke rumahnya.
Ternyata yang disetel lagu-lagunya Ebiet G. Ade. Itu kan berkenaan dengan hamba dengan Tuhan, iya to,
tafakur bencana alam. “Wuh, lagunya kok bagus ya?” Terus lain kali misalnya Bimbo. Wujudnya ke
arah sana. Arahnya kepada Tuhan. Dari seperti itu saya mulai tertarik kepribadian guru matematika
tapi kok senengannya Bimbo. Terus ketika puasa kok malah memimpin, kalau dulu ada pondok
Ramadhan, jadi nginep di sekolahan. Nginep di
sekolahan. “Kae kok ketoke guru matematika pinter ngaji yo yo‟an? Ojo-ojo Pak Kyai.” 1777-1789
b. Ketertarikan dengan konsep “kembali ke nabi”