Melebarnya konflik yang tanpa kepentingan, menurutnya, bukan hal yang sesuai dengan dirinya.
Adapun cara pandang saya, detik ini, detik ini ya, ee misalnya nyerbu pos polisi. Menurut Pak Yusuf
bagaimana sih? Bagi saya termasuk gereja Jebres ya di Solo, sekarang ini temen-temen ini melakukan
perlawanan karena, apa ya istilahnya, parsial artinya dewe-dewe. Isone iki neng Poso pos polisi
Solo
, eh pos Poso. Iki kok isone, ho‟o, neng gereja Jebres gereja. Neng Mapolres Cirebon tak sikate
misale. Hampir sama. Kemiripan antar Cirebon dengan Solo itu sudah ndak ada hubungan. Mereka
kalau ada yang sama, pos polisi targetnya. Tapi kok polisi, satu orang lagi, nembak lagi. Lha ini pos,
kantor polisi bom. Karena sudah dewe-dewe. Sudah ndak ada koordinasi. Ini layak ndak, ini bagaimana,
ndak ada pertimbangan. Menyikapi yang seperti itu, saya termasuk dengan yang tidak setuju, tidak
sependapat dengan action-action seperti itu. 1192- 1211
j. Hukum Indonesia benar-benar bobrok dalam prakteknya
Bagian ini menguraikan dunia Yusuf di dalam penjara yang menjadi jawaban nyata atas poin membandingkan praktek hukum di
Indonesia dengan hukum Islam. Secara kronologis, bagian selama di penjara ini terjadi setelah Yusuf berjuang di Filipina. Pengalaman
atas hukum di penjara dapat diidentifikasikan sebagai pengalaman Yusuf sebagai seorang fundamentalis karena adanya similaritas pada
kebencian terhadap hukum, kebencian terhadap pemerintah, dan pembelaan atas muslim.
Komparasi atas praktek hukum di Indonesia yang buruk dengan hukum Islam yang baik mengalami penguatan ketika berada
di penjara. Yusuf semakin meyakini bahwa praktek hukum di
Indonesia banyak celanya. Fasilitas ibadah di penjara yang sangat minim menujukkan tidak disalurkannya dana yang seharusnya
digunakan bagi kesejahteraan tahanan. Kesejahteraan yang diabaikan ini menunjukkan bahwa negara berusaha mengucilkan Yusuf dan
teman-teman teroris lainnya agar mentalnya jatuh. Rasa benci terhadap pemerintah meningkat disertai dengan adanya prasangka.
Karenanya, level permusuhan dan anti-pemerintah semakin meningkat.
Kemudian proses, proses kubi, proses remisi, dari
sana kita bisa melihat cara pandang negara terhadap kami. Gimana sih kami diperlakukan oleh
negara. Negara saat itu menganggap kami extra ordinary, kejahatan luar biasa ya. Tapi negara tidak
mengimbangi, makna tidak mengimbangi mungkin ya fasilita
s, mungkin ya berupa perlakuan… Dari situ kita melihat negara sebagai negara yang ingin
mengucilkan kami sebagai tahanan teroris itu agar mental kami jatuh, agar kami tidak diberi
kesempatan, dipisahkan dari narapidana lain. Padahal narapidana lain itu kan juga muslim gitu
lho. Ada kewajiban, misalnya pesantren. Ramadhan. Mestinya dicampur, ada diskriminasi. Ndak boleh
khotbah misalnya. Banyak hal yang lain, yang sifatnya itu perbedaan negara dengan kami.
Sehingga perlawanan dari sisi ideologi, “Oo ternyata negara tu negara yang bejat.”, klaim dari
kami para teroris dari sisi seperti itu. 1109-1142 Pengabaian kesejahteraan tahanan ini dipahami sebagai
apatisme pemerintah terhadap kehidupan rohani para tahanan. Selain apatis, sekali lagi Yusuf menekankan bahwa hukum Indonesia benar-
benar bobrok, kontras dengan hukum Islam. Ketimpangan hukum ini
memperkuat pandangan bahwa hukum Indonesia tidak layak diterapkan dan keyakinan bahwa hukum Islam wajib diterapkan.
Jadi mereka tu haus agama. Saya katakan haus agama kan itu tadi, dipenjara dipakani tok. Tapi
nggak dibimbing rohaninya. 1506-1509 Bentuk daripada negara ini memperlakukan yang
tidak tepat dzolim-lah. Mereka balas dendam misalnya. Ya mungkin berkaitan dengan tembak
mati, ya kan misalnya. Eksekusi Amrozy. Belum waktunya sudah dieksekusi. Baru 6 tahun. Macem-
macemlah. Jadi cara pandang saya dengan negara, adapun hukum, misalnya maling ayam dihukum 2
tahun. Koruptor 2 tahun. Koruptor 2 milyar 2 tahun. Maling ayam, bunga, waktu itu bunga gelombang
cinta. Nyuri itu aja hukumannya 2 tahun. Contoh. Berarti betul-betul tidak adil. Berarti hukum
Indonesia tidak layak diterapkan. Sementara hukum Islam wajib diterapkan. Contoh seperti itu.
Perbandingan ideologi maksud saya. Betul-betul bobrok hukum Indonesia, betul-betul bagusnya
hukum Islam. Dari keyakinan. 1152-1170
Kehidupan rohani yang terabaikan menghambat seseorang untuk memeluk Islam secara kafah. Hal ini membuat Yusuf prihatin
sekaligus tidak menyukai sistem di penjara yang sangat tidak sesuai dengan harapannya. Ditambah lagi dengan fakta yang dia peroleh
bahwa hukum di Indonesia tidak adil. Implikasinya adalah bahwa rasa permusuhan yang semakin sengit tidak bisa dihindari.
k. Keyakinan bahwa Allah Maha Penolong, maka kita harus