eksesif. Pada saat yang sama, muncullah eksponen profetik seperti Kierkegaard, Nietzche dan Marx May, 1967. Lewat
eksplorasi para eksponen profetik ini, May 1958 menguraikan bahwa manusia kehilangan sense of being dan kemudian
kehilangan dunianya. Tidak hanya mengalami pengalaman alienasi dari dunia manusia sekitarnya, namun manusia juga
mengalami penderitaan di dalam dirinya. Dia menjadi asing dengan dunia naturalnya alienasi epistemologis.
Ada yang menarik secara historis dari kondisi psikologis manusia. Pada jaman Freud abad ke-19 dan transisi ke abad ke-
20, histeria menjadi masalah utama dalam masyarakat. Pada abad ke-20, masalah berupa skizoid lebih mendominasi dibandingkan
histeria. Ini berarti menunjukkan bahwa setiap waktu dan ruang sosiopsikologis tertentu memiliki sekaligus mengusung problema
yang berbeda. Dengan kata lain, meminjam bahasa May 1958, ―World is never something static…It is rather dynamic pattern.”
2. Tiga Mode Dunia
Menurut perspektif psikologi eksistensial, dasein yang berada dalam kondisi being-in-the-world merupakan indikator
yang menentukan orang sehat. Karena kita hidup dalam dunia world yang kompleks, maka ketika kita membicarakan
mengenai being-in-the-world maupun dasein otomatis akan berhadapan dengan konteks world. Ada tiga mode dunia yang
secara simultan menjadi formatur dasein, yakni; Umwelt, Mitwelt, dan Eigenwelt uraian mengenai mode dunia ini telah didahului
oleh Binswanger dan Boss. Sebagaimana dikatakan May 1958 bahwa ketiganya sama sekali bukan dunia, melainkan tiga mode
yang secara simultan membentuk kondisi dasein being-in-the- world.
Secara literal, Umwelt berarti ―world around‖ atau ―dunia
sekitar‖. Umwelt dipahami sebagai dunia internal dan eksternal objek yang membentuk kita secara fisiologis dan lingkungan
secara fisik. Pada umumnya disebut sebagai dunia biologis manusia May, 1958.
Menurut May 1958, semua organisme memiliki dunia natural ini. Dalam animal beings dan human beings, Umwelt
meliputi kebutuhan biologis needs, dorongan drives, insting instincts. Dengan demikian, meskipun manusia tidak memiliki
self-consciousness maka dia juga tetap akan eksis di dunia ini. May 1958 mengelaborasi bahwa Umwelt adalah dunia berisi
hukum alam, siklus alam, tidur dan bangun, dilahirkan dan mati, hasrat dan pelepasan, dunia keterbatasan dan determinisme
biologis, dunia tempat manusia mengalami ke-terlempar-an dan
setiap dari kita harus menyesuaikan diri dalam cara-cara tertentu.
Umwelt berkaitan erat dengan psikoanalisis Freud yang menjadi kajian sebelumnya dari May. Oleh karena itu Umwelt
meliputi berbagai macam aspek biologis seperti yang telah dipaparkan di atas. Dalam dunia ini manusia dipandang semata-
mata sebagai objek determinisme. Namun kita tidak hanya hidup dalam Umwelt. Kita juga
hidup dalam Mitwelt. Mitwelt , secara literal, berarti ―with-world‖
atau ―dengan-dunia‖ atau dunia sosial bersama orang lain. Feist Feist 2008 menyatakan bahwa kita harus berrelasi dengan orang
lain selayaknya orang. Jika kita menganggap mereka objek, maka kita melulu hidup dalam ranah Umwelt.
Pengaruh Interpersonal Theory Sullivan ditemukan dalam kajian mengenai Mitwelt. Gagasan Sullivan mengenai need for
others dapat dipahami dalam kehidupan manusia yang berada pada ranah dunia sosial yang notabene membantunya proses
perkembangan psikologis Ewen, 2003. ―Personality”, kata
Sullivan dalam Ewen, 2003 , “can never be isolated from the
complex of interpersonal relationships in which the person lives”. Oleh karena itu, semua kegiatan manusia adalah kegiatan sosial,
baik itu proses fisik maupun proses mental seperti mimpi dan fantasi. Dengan demikian, menurut Sullivan, hubungan
interpersonal menerima tokoh fiktif sebagai lawan relasi manusia Hall Lindzey, 1978.
Ketiga adalah Eigenwelt yang secara literal berarti ―own-
world ‖ atau ―dunia pribadi‖. Eigenwelt adalah dunia psikologis
dari diri seseorang, kekuatan potensialitas, dan nilai-nilainya. Dunia ini secara singkat merupakan bentuk relasi dengan oneself.
Dalam dunia ini, sisi humanistik dari psikologi eksistensial sangat kentara. Seperti apa yang menjadi konsentrasi Rogers dan Frankl
bahwa manusia merupakan subjek aktif yang memiliki kapasitas untuk mengatasi problemanya.
Eigenwelt mensyaratkan self-awareness, self-relatedness yang secara unik hadir dalam human being. Dalam mode ini, kita
memahami bahwa kita adalah pusat dari eksistensi kita serta mengenal potensi-potensi khusus kita. Potensi-potensi yang
dimaksud adalah seperti kapasitas menilai, memilih, dan nilai- nilai. Ketika kita menggunakan potensi kita, maka peneguhan
terhadap eksistensi diri akan dicapai. Lebih jauh lagi, mode ini menjadi jelas ketika kita menilai dengan akurat apa yang kita suka
atau tidak suka, apa yang kita butuhkan atau tidak butuhkan, yang secara personal mengevaluasi pengalaman.
Pengaruh Carl Rogers dengan Person-Centered Theory-nya seirama dengan Eigenwelt. Rogers 1961 memandang bahwa ada
tendensi bawaan yang mengembangkan sifat konstruktif pada manusia; potensialitas untuk menjadi sehat. Hal ini kemudian
dikenal dengan istilah aktualisasi diri. Oleh karena itu, jika dilihat dari perspektif Rogers, maka perilaku bukan disebabkan karena
sesuatu yang terjadi di masa lalu, melainkan disebabkan oleh
tegangan dan kebutuhan saat ini. Ini menunjukkan bahwa mode Eigenwelt vis-a-vis dengan mode Umwelt.
Dalam Love and Will, May 1969 membentangkan bentuk cinta beserta eksistensinya dalam tiga dunia yang secara simultan
membentuk dasein. Tradisi barat Western tradition mengenal empat macam cinta, yakni; sex, eros, philia, dan agape. Sex dan
eros termasuk dalam dunia biologis manusia atau berarti dalam Umwelt. Philia atau cinta terhadap teman berada dalam ranah
dunia sosial manusia, yang berarti berada dalam Mitwelt. Terakhir agape yang berada dalam Eigenwelt.
Lebih jauh lagi May mencapai kesimpulan bahwa setiap pengalaman cinta yang otentik merupakan paduan dari empat
bentuk cinta tersebut dengan komposisi yang berbeda. Atau
Gambar 3. Orang yang sehat hidup secara simultan di Umwelt, Mitwelt, dan Eigenwelt Sumber : Feist Feist, 2008
dengan kata lain merupakan hasil dinamika yang simultan antara Umwelt, Mitwelt, dan Eigenwelt.
3. Being dan Nonbeing