Rasa tanggung jawab Mitwelt

Begitu ustad Abu menjadi tokoh di Jogja dengan kongres MMI-nya, ada versinya Erfan Esnawas, ada versinya M. Tholib. Kita sudah berbeda, nah, walaupun nanti pecah lagi ya MMI jadi JAT karena ada konflik intern. 20-24 Ternyata perbedaan antar kelompok mujahidin bukan maslah yang besar bagi Yusuf. Di atas perbedaan itu, justru Yusuf lebih prihatin melihat kaum muslim yang apatis terhadap konflik di Indonesia Timur. Rendahnya rasa solidaritas terhadap muslim merupakan kesalahan yang fatal. Betapa muslim yang belajar Al- Qur‟an, belajar ilmu kita- kitab itu yang menjadikan…hanya buku dan buku. Lalu ketika dia melihat misalnya ada pondok pesantren 13 desa muslim hilang, dia cuek-cuek saja. Dan versi saya saat itu, solidaritasnya kurang. “Waa, itu kan muslim di mana, di Sulawesi, kita m uslim di Jawa. Nggak ada hubungannya.” Itu kan yang salah. 228-236 Dalam keadaan sorge, Yusuf menunjukkan adanya perluasan rasa peduli dari dirinya sendiri ke arah luar diri yang terwujud dalam solidaritas terhadap muslim. Selain itu, Yusuf juga mampu menerima perbedaan paham antar penganut Islam. Penerimaan perbedaan ini merupakan implikasi dari penempatan muslim ke dalam konteks yang lebih luas —universal.

e. Rasa tanggung jawab

Bagi Yusuf, keluarga merupakan tempat di mana dia mulai pergi dan akan pulang. Setelah mengikuti pelatihan militer di Moro selama dua tahun, kerinduan kepada keluarga mengantarnya pulang ke Indonesia. Baginya, keluarga merupakan hal yang sangat berarti. Keluarga adalah bagian dari hidup Yusuf. Di Filipina itu sudah mentok, pelabuhan akhir bahasanya, tujuan. Soalnya di sana ya sudah apa- apa didapatkan. Yo wis namanya manusia meninggalkan keluarga mesti kelingan yo. Wah, saya ni sudah lama….bahasanya tu kalau kangen ya kangen wong jenenge keluarga udah 2 tahun nggak pernah tegur sapa terus mereka bagaimana sih saat ini? Kepada saya. Akhirnya saya menganggap keluarga juga bagian dari hidup saya. Saya datang dengan banyak visi dan misi kepada mereka. Ada juga yang memaklumi kondisi saya. Dan sampai sekarang ini. 2624-2637 Setelah berpulang dari Moro, Yusuf tinggal selama 5 bulan bersama keluarganya. Akhirnya, petualangannya ke Moro terungkap setelah Yusuf tertangkap dalam kasus terorisme. Pada awal penangkapan Yusuf, muncul antipati dan prasangka dari pihak keluarga. [Muncul negative thinking terhadap penerimaan diri di keluarga] Iya, sempat. Karena mereka bisa antipati kan. Di antara saudara-saudara kan juga, “Walah….diurusi.”, misale. Kalau apa ya, kalau prasangka iya, ada. Cuma kan ada yang nampak, ada yang tidak. Ada yang, ya biasa-biasa aja, ya mereka kan mau nggak mau juga keluarga. Terus kalau sudah di dalem apa yang dilakukan, kan nggak juga neko-neko gitu lho. 1437-1447 Antipati dan prasangka ini muncul karena keluarga tidak mengetahui apapun yang terjadi mengenai Yusuf. Seperti telah kita ketahui bahwa demi memperjuangkan apa yang diyakininya, Yusuf rela untuk tidak jujur terhadap keluarga. Ketika apa yang dilakukan Yusuf selama ini terungkap, muncullah rasa bersalah karena telah berbohong dengan keluarga. Ya kita kan ijin ke keluarga nggak jujur. Kita kan kerja ke Malaysia. Saya mau merantau, gitu aja. Jangan harapkan saya. Paling sama mbakyu, “Mbakyu, pamitan mbakyu, saya mau ke luar Jawa. Ya, kebetulan saya kemarin ada bekal.” Kan waktu itu saya bekerja terus njual motor juga to. “Nih tak k asih 500 untuk keponakan saya.” Macem- macemlah. Kita artinya baik gitu lho. Saya tak kerja, nanti tak cari uang banyak ya nanti tak bantulah sekolahan ponakan-ponakan. 351-361 Ya satu, merasa bersalah ya. Karena kita sudah memberikan kebohongan kepada keluarga. Bersalah, terus kita saat ini, waktu itu ya. Jadi sudah berpisah 2 tahun di Filipina, sekarang berhadapan dengan hukum. Iya kan. Kita ndak tahu berapa waktu itu. Kalau berapa waktu itu selama 5 tahun berarti selama 5 tahun kita menjadi hilang dari keluarga. Plus 2 tahun yang lalu. 1409-1417 Rasa bersalah Yusuf berakar pada kegagalannya memenuhi harapan keluarga. Apa yang dibutuhkan keluarga ternyata berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yusuf. Hal ini membuat Yusuf merasa memiliki hubungan yang renggang dengan keluarga. Selain karena rasa bersalah yang ditanggung Yusuf, rasa tanggung jawab terhadap hubungannya dengan keluarga juga menjadi alasan Yusuf untuk terus membangun komunikasi yang baik dengan keluarga. Bentuk komunikasi ini dilakukan Yusuf saat di penjara. Nah, di saat kita hilang selama di penjara itu, kita membangun komunikasi yang bagus dengan keluarga. Kirim surat misalnya, itu kita lakukan itu. Karena mereka mau tak mau itu tadi, jadi tanggung jawab. Nasehat. Surat, “Aku hari ini….”, misalnya aku berada satu blok dengan orang Cina, Muslim misalnya. Kasunya senjata api di temanggung, misalnya. Atau kasusnya narkoba misalnya. Itu diceritakan. Artinya ada image yang dibangun oleh keluarga tu ketika di penjara tu kenal para penjahat. “Wo, jangan-jangan kamu di dalam disiksa terus?”, “Ndak, saya bergaul dengan temen-temen dengan bagus, mereka juga suka kalau ada pengajian.”, misalnya. Dari sana orang di keluarga ketika kita tinggalkan 5 tahun merasa besar hati. Bahwa ketika saya menjalani di penjara nggak ada masalah. Tidak menambah masalah. Terus bentuk pertanggungjawaban kepada keluarga selesai. 1417-1436 Setelah terbebas dari penjara, kontrol keluarga terhadap Yusuf semakin meningkat. Kekhawatiran keluarga terhadap Yusuf meningkat. Tapi, dalam hal ini Yusuf justru tidak menjauhi keluarga. Yusuf berusaha meyakinkan keluarga bahwa kini ia sedang melakukan penataan ulang hidupnya, oleh karena itu dia melakukan silaturahmi dengan keluarga; selain karena kehilangan waktu bersama keluarga. Keluarga menerima status Yusuf sebagai tahanan teroris. Tapi ini karena kita punya latar belakang di rumah. Contoh peristiwa Aceh. Der Rumah telepon, “Mas, kowe nengdi posisimu? Kowe ojo melu-melu neng Aceh.” Itu kan bentuk responsif dari rumah. Duer Tembak mati di Solo. Ke Dapoer Bistik misalnya. Temen-temen, eh, Keluarga di Jawa Timur sana, “Weh, telpon Solo.” Telepon lagi. 1401-1408 Ya kan kekhawatiran mereka dengan khayalan akan menghilangkan keluarga, menjauhi keluarga, itu nggak terjadi gitu lho. Terus nanti kamu terlibat dengan jaringan ini, jaringan Noordin, jaringan mana, jaringan Cilacap, muncul-muncul itu lho Mas. Ndak, kekhawatiran kita tepis dengan seperti ini. Contoh; saya keluar ya, saya bekerja. Ibu Bapak, eh Ibu, Bulek, Mbakyu, Adik saya ajak ke sini. Ini lho saya. Menunjukkan jiwa dia itu yakin, Masku sekarang ini, anakku sekarang ini sedang memberikan penataan ulang, dengan keluarga, istri diajak ke sana. Ini lho. Itu juga bagian dari PR tersendiri. Kegiatan tersendiri buat saya. Satu sebagai mantan, kedua dalam kasus hal yang sama. 1449-1465 Terus kemudian beban-beban keluarga saat ini meyakinkan keluarga bahwa saya tidak akan terlibat lagi dengan kasus-kasus. Maksud nggak Mas. Aceh, del Oo, Yusuf nggak terlibat. Polres Cirebon, Yusuf nggak terlibat. Jadi semakin yakin bahwa Yusuf ini anu gitu lho. Ho‟o, kembali lagi gitu lho, kembali ke yang lurus. 1696-1704 Selain dari sisi komunikasi yang terus dibangun secara konstruktif, menurut Yusuf, tidak ada permasalahan perbedaan ritual dengan keluarga. Meskipun ada perbedaan, Yusuf tetap membicarakannya secara dialogis. Yusuf menguraikan kepada ibu mengenai ritual keagamaan yang dipegang Yusuf berbeda dengan ibunya. Perbedaan ini tidak menjadi masalah yang berarti untuk terus berusaha meyakinkan keluarga bahwa Yusuf telah kembali ke jalan yang lurus. [Cara pandang dan keluarga] Belum sempat saya utarakan. Saya nggak pernah membicarakan hal-hal itu. Mas, adikku, ponakanku sekolah jihad yo Ndak, sama sekali. Ada nilai-nilai yang unsurnya begitu mendekat ke keluarga saya untuk apa ya, untuk ya itu tadi. Untuk masa-masa hilang. 2 tahun hilang itu kan blas lho Mas gak ono kabar. Jadi seolah-olah bahkan hadirnya saya bagi temen-temen itu seolah- olah sesuatu yang nggak disangka gitu lho. Padahal kita sudah menyangka, kita sudah mati. Gitu lho. Udah 2 tahun nggak ada kabar coba. Piye jal? Nek sampeyan ngilang, keluarga rak nggoleki. Woo, saiki neng Jo..neng Semarang, 3 dino. Yo mending. Iso ngabari. Neng kono blas. [Ritual agama yang berbeda dengan keluarga] Ya saya tetep monggo ya, silakan kalau kamu berbeda dengan saya monggo. Karena saya juga mendiamkan to. “Jangan..jangan” Ndak. Kan kebetulan adik itu kan pandai agama ya. Cuma ala NU ya. Cuma dialog . “Wis, kalau caramu seperti itu ya monggo, itu cara kamu…” 1571-1594 Jadi mereka menerima apa adanya. Untuk masalah ritualnya, itu sudah masalah orang tua, yo piye meneh. Kecuali kita sampaikan. Contoh kejawen, budaya kejawen itu kan kalau lahirnya kembar dibuang, wetone podo, terus adik nglangkahi Mas, eh Mbakyu, adik nglangkahi Mbakyu nikah itu lho. Hampir sama seperti itu. Lha itu, tak jelaskan. Kalau kejawen seperti ini ajarannya, lha itu yang dianut oleh Ibu. Kalau saya itu sudah nggak berlaku. Itu nggak boleh dalam Islam. Jadi tidak memaksakan, tapi menyampaikan. Jadi Ibuk tu, maunya saya dengan uraian ini mau berpikir ulang. 1620-1634 Selain membangun komunikasi dengan keluarga, Yusuf juga membangun komunikasi yang bagus dengan dunia luar. Yusuf mencoba menjaga silaturahmi dengan teman-teman mantan teroris didasarkan oleh rasa kemanusiaan. Yusuf menggunakan kenaikan prestise sebagai mantan tahanan Nusakambangan untuk fungsi muamalah. Dia juga melakukan sosialisasi lagi dengan masyarakat. Kemudian untuk masalah kacamata jihad, memang untuk hari ini, hari ini kan temen-temen sebagian besar masih dipenjara. Misalnya sekarang dia dalam proses mengurus surat pembebasan, “Mas, tolong sampeyan ke kejaksaan”, misalnya, “Tolong ambilkan surat pengantar dari kejaksaan bahwa saya benar- benar tidak punya kasus lagi.”… Surat ini juga penting, aku dengan dia, sama-sama di dalem karena merasakan bagaimana susahnya. Kalau njenengan bingung, nemui siapa. Kalau saya udah pengalaman. Itu contoh. Jadi aku dengan mereka itu hampir sama, kemudian, itu sisi-sisi persamaan dalam hal mempermudah surat... Saya sering berkunjung. Saya makna berkunjung itu kan satu; Nusa Kambangan itu kan bagian dari sejarah hidup saya Mas ya. Kedua; saya tidak tahu kasus kamu dengan negara itu apa, itu urusan kamu. Tapi dari satu sisi kemanusiaan, artinya paseduluran, ... 1294-1270 Kepala desa, kebetulan kepala desa itu kemarin kasus juga. Jadi let setaun bar bebas, kena kasus sertifikat, dia dipenjara di J ombang. Saya njenguk… “Cuma nanti Pak Lurah kau diganggu…ini pemnbelaan juga sih, nanti kalau ada preman- preman itu nganggu, bentuk fisik kepada Pak Lurah, nanti bilangin aja. Siapa orangnya, orang mana, nanti biar saya yang mukul, kalau perlu KPLP, apa k epala lapasnya saya yang mukul… Nah, itu berkenaan dengan muamalah. Jadi dengan Pak Lurah tetep hormat saya. Beliau sebagai orang yang dulu ngurus PB, mempermudah bahwa saya diterima di masyarakat. 1654-1696 Dalam tema ini, rasa tanggung jawab Yusuf dicurahkan terhadap dunia sosialnya Mitwelt. Bagi Yusuf, membangun komunikasi yang bagus dengan orang lain merupakan wujud rasa tanggung jawab. Dunia sosial bagi Yusuf memiliki signifikansi tersendiri bagi kehidupannya. Yusuf merasa bahwa orang-orang di sekitarnya membantu dia selama hidupnya. Tidak heran apabila kemudian Yusuf menjadikan dunia sosial sebagai curahan rasa tanggung jawab.

f. Kehendak untuk menjadi signifikan