Bentuk Pemerintahan PROBLEM KENEGARAAN YANG DIUSULKAN

154 terikat untuk mengikuti pertimbangan-pertimbangannya, tetapi parlemen yang hanya memberikan pertimbangan itu akan diwakili sepenuhnya dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat, dengan demikian ikut memegang kekuasaan tertinggi. Presiden mengangkat menteri-menteri yang hanya bertanggung jawab kepadanya. 21 Maka pada tanggal 18 Agustus 1945, sistem pemerintahan Indonesia disetujui menganut sistem presidensial dan disahkan oleh PPKI. Ada alasan pokok yang mendasari pemilihan sistem pemerintahan presidensial antara lain: 1 Indonesia memerlukan kepemimpinan yang kuat, stabil dan efektif untuk menjamin keberlangsungan eksistensi negara Indonesia yang baru diproklamasikan. Para pendiri bangsa meyakini bahwa model kepemimpinan negara yang kuat dan efektif hanya dapat diciptakan dengan memilih sistem pemerintahan presidensial di mana presiden tidak hanya berfungsi sebagai kepala negara, tetapi sekaligus sebagai kepala pemerintahan. 2 Karena alasan teoritis, yaitu alasan yang terkait dengan cita negara staatsidee, terutama cita negara integralistik pada saat pembahasan UUD 1945 dalam sidang BPUPKI. Sistem pemerintahann presidensial diyakini amat kompatibel dengan paham negara integralistik. 3 Pada awal kemerdekaan presiden diberi kekuasaan penuh untuk melaksanakan kewenang-wenangan DPR, MPR, dan DPA. Pilihan pada sistem presidensial dianggap tepat dalam melaksanakan kewenangan yang luar biasa. Dengan 21 Bernhard Dahm, op.cit., hlm. 364-365. 155 sistem presidensial, presiden dapat bertindak lebih cepat dalam mengatasai masalah-masalah kenegaraan pada masa transisi. 4 Merupakan simbol perlawanan atas segala bentuk penjajahan karena sistem parlementer dianggap sebagai produk penjajahan oleh para pendiri bangsa. Sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem pemerintahan republik Indonesia yang disahkan dan berdasarkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Soekarno dan Mohammad Hatta dilantik menjadi presiden dan wakil presiden republik Indonesia yang pertama berdasarkan aturan peralihan pasal III. 22 Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk maka segala kekuasaan dijalankan oleh presiden dengan bantuan Komite Nasional dengan tujuan agar mencegah terkonsentrasinya kekuasaan presiden dan wakil presiden serta membantu presiden dan wakil presiden dalam merumuskan arah kebijakan pemerintah. Kemudian Presiden Soekarno dan wakil Presiden Mohammad Hatta menunjuk para mentri sebagai pembantunya dalam menjalankan pemerintahan. Kabinet presidensial ini dilantik pada tanggal 2 Sepetember 1945 oleh presiden Soekarno. 23 22 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 445. 23 P. J. Suwarno, op.cit., hlm.140 156

E. Wilayah Negara

Pembahasan tentang wilayah negara dilaksanakan dalam sidang kedua BPUPKI pada tanggal 10-11 Juli 1945. Menurut Radjiman Wedyodiningrat, penentuan mengenai batas wilayah tidak begitu sukar, namun seharusnya tetap dibicarakan dan beberapa anggota BPUPKI hendaknya mengungkapkan pendapatnya, agar batas negara Indonesia itu jelas. Beberapa anggota, seperti Kiai Abdul Kahar Muzakir, Muhammad Yamin, Mohammad Hatta, Soekarno, Haji Agoes Salim dll. Menyampaikan pendapat dan tanggapannya mengenai wilayah batas negara Indonesia. 1. Pendapat Kiai Abdul Kahar Muzakir Menurut Kiai Abdul Kahar Muzakir, sesungguhnya jika kita hendak mengenangkan kembali luas wilayah kita pada zaman nenek moyang bangsa Indonesia adalah pada zaman kekuasaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Menurutnya, jika akan membentuk negara sebaiknya kita dapat menjaga dan mempertahankan halaman rumahnya sebagaimana yang kita warisi daripada nenek moyang kita. Manusia Indonesia berkewajiban membela tanah air, mempertahankan dan mengembalikan setiap jengkal daripada tanah air kita dengan segenap kekuatan dan kemampuannya. Ia mengatakan, bahwa tanah Melayu merupakan sebagian dari tanah air Indonesia. Secara sukarela dan sejak lama mereka mencita-citakan kesatuan, begitupun juga dengan tanah Papua yang telah menjadi sumber kekayaan Indonesia, walaupun berbeda namun 157 mereka adalah warisan dari pendahulu kita yang harus tetap menjadi bagian dari tanah air. 24 2. Pendapat Muhammad Yamin Pendapat yang diutarakan, bahwa batas negara hendaknya berdasarkan hukum internasional. Berdasarkan kekuasaan Hindia- Belanda di Indonesia dan yang akan menjadi daerah republik Indonesia, tentulah wilayah bekas jajahan Hindia Belanda itu sendiri, yang meliputi Borneo utara, Portugis Timor, Papua dan tanah Melayu. Secara khusus hendaknya tanah Malaya yang memiliki bukti sejarah menjadi bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Secara pasti, bahwa tanah Malaya memiliki satu hubungan dengan segala kepulauan di Indonesia, orang Indonesia di bagian barat baik itu Borneo barat atau seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, Jazirah Malaya memiliki kesatuan hati yang betul-betul “realiteit dan mission sacree”. Jika melihat wilayah kekuasaan dua kerajaan terbesar di Indonesia Sriwijaya dan Majapahit, maka wilayah Indonesia menuju Asia dan selalu melalui Malaya. Selain daripada sejarah politik, secara geopolitik menyatakan bahwa tanah Malaya merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari tanah Indonesia dan lainnya. Geopolitik baik yang bersifat udara, lautan dan daratan menyatakan bahwa tanah Melayu 24 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm 131-133.