Laporan Soepomo Pancasila Dirumuskan dan Diusulkan Sebagai Dasar Falsafah Negara

97 Rakyat. Atas dasar Undang-Undang Dasar, maka hak-hak dasar tidak perlu dimasukkan. Sesudah itu ketua, membentuk panitia penghalus bahasa yang terdiri dari Djajadiningrat, Agus Salim dan Soepomo. 86

D. Sidang Pengesahan Dasar Falsafah Negara dan UUD

a. Peristiwa Sekitar Proklamasi

Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah pada sekutu setelah kota pada tanggal 6 Agutus kota Hirosima dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat. Sehari setelah itu pada tanggal 7 Agustus, keanggotaan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia baru dibentuk dan diumumkan di Jakarta. Kemudia pada tanggal 8 Agustus kota Nagasaki kembali dijatuhi bom atom oleh Amerika. Hal tersebut memaksa Jepang untuk benar-benar meyerah pada sekutu, kemudian yang terjadi adalah terjadinya kekosongan politik, di mana pihak Jepang masih berkuasa namun telah menyerah, dan tidak tampak pasukan sekutu yang menggatikan kehadiran mereka. Rencana-rencana bagi kemerdekaan yang disponsori oleh Jepang secara teratur tampaknya berhenti. 87 Dengan demikian dapat diduga bahwa kekalahan Jepang akan terjadi dalam waktu yang singkat, sehingga proklamasi kemerdekaan harus segera dilaksanakan. Soekarno dan Hatta ingin memperbincangkan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan 86 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 223. 87 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2010, hlm. 443. 98 Indonesia PPKI, sehingga dengan demikian tidak menyimpang dari ketentuan pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan muda, yang menganggap PPKI adalaah badan buatan Jepang. Mereka juga tidak menyetujui dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan seperti yang telah digariskan oleh pemerintah Jepang. Sebaliknya mereka menghendaki terlakasanya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, lepas sama sekali dari Jepang. 88 Adanya perbedaan paham tersebut mendorong golongan pemuda untuk membawa Soekarno dan Mohammad Hatta ke luar kota. Menjelang tanggal 16 Agustus 1945 mereka telah dibawa oleh golongan pemuda ke Rengasdengklok dan ditempatkan di sebuah asrama Peta, dengan dalih melindungi mereka jika terjadi pemberontakan Peta dan Heiho. Ternyata tidak ada pemberontakan sama sekali, sehingga Soekarno-Hatta lekas menyadari, bahwa kejadian ini merupakan usaha mereka untuk memaksa mereka supaya lekas menyatakan kemerdekaan di luar rencana pihak Jepang. 89 Akhirnya rombongan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta dijemput oleh Soebardjo, Soebardjo adalah pembatu Muhammad Hatta sebagai tata usaha kantor panitia persiapan kemerdekaan. Pada malam harinya Soebardjo mengundang anggota PPKI ke rumah Laksamana Muda Maeda, dengan terlebih dahulu melakukan pemeberitahuan kepada Maeda melalui telepon. Meminjam rumah Laksamana Muda Maeda sebagai tempat diadakannya sidang PPKI, 88 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm. 79. 89 M.C. Ricklefs., op.cit., hlm. 444. 99 yang dihadiri oleh segenap anggotanya beserta pemimpin-pemimpin pemuda dan beberapa orang pemimpin pergerakan. 90 Bersama tokoh pemuda, yakni Soekarni dan Sayuti Melik, Soekarno, Mohammad Hatta dan Soebardjo membahas perumusan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tidak seorang pun diantara mereka yang membawa teks Piagam Jakarta, lalu Soekarno berkata: “Apa persilahkan Bung Hatta menyusun teks ringkas itu, sebab bahasanya kuanggap yang terbaik, sesudah itu kita persoalkan bersama- sama, setelah kita memperoleh persetujuan, kita bawa ke muka sidang lengkap yang sudah hadir di ruang tengah. Hatta menjawab: apabila aku mesti memikirkannya, lebih baik bung yang menuliskannya, aku mediktekannya. Semuanya setuju, kalau kalimat pertama diambil dari alenia ketiga rancangan UUD, yang mengenai proklamasi. Lalu kalimat pertama itu menjadi: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Tetapi, Hatta mengatakan, kalimat itu hanya menyatakan kemauan bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri sebab itu mesti ada komplemennya yang menyatakan bagaimana caranya menyelenggarakan revolusi nasional. Lalu Hatta mendiktekan kalimat berikut : “Hal-2 yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempoh yang sesingkat- singkatnya”. Setelah bertukar pikiran sebentar, teks itu disetujui oleh mereka berlima yang menjadi panitia kecil”. 91 Secara rinci demikian naskah Proklamasi berdasarkan tulisan tangan Soekarno 92 : 90 Mohammad Hatta, Memoir, Jakarta : Tintamas, 1978, hlm. 448. 91 Ibid., hlm. 451- 452. 92 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, op.cit., hlm. 84. 100 Setelah kelompok perumus naskah proklamasi selesai, segera menuju ke serambi muka. Sidang itu bukan lagi sidang PPKI, karena sudah bertambah pemimpin-pemimpin muda. Soekarno membuka sidang dan membacakan rumus pernyataan kemerdekaan yang telah dibuat perlahan-lahan dan berulang- ulang. Sesudah itu ia bertanya apakah saudara-saudara setuju dengan rancangan teks proklamasi ini, dan semua menjawab setuju diiringi dengan gemuruh suara mengatakan setuju. 93 Kepada semua anggota yang hadir Soekarno menyarankan agar bersama-sama menandatangani naskah Proklamasi Indonesia merdeka sebagai suatu dokumen bersejarah dan sebagai warisan bagi anak cucu kita. Ia mengambil contoh naskah kemerdekaan Amerika Serikat dulu, yang memutuskan bahwa semua anggota ikut menandatangani keputusan mereka bersama. Soekarni kemudian mengusulkan bahwa bukan kita semua yang hadir 93 Mohammad Hatta, op.cit., 1978. hlm. 453. 101 di sini harus menandatangani naskah itu, cukuplah dua orang saja yang menandatanganinya atas nama rakyat Indonesia yaitu Soekarno- Hatta. 94 Dengan disetujinya usul Soekarni oleh seluruh anggota sidang, maka Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah itu berdasarkan naskah tulisan Soekarno, disertai dengan perubahan-perubahan yang telah disetujui. Sayuti Melik segera mengetik naskah daripada rumusan Proklamasi. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah itu, yakni kata-kata “tempoh” diganti menjadi “tempo” sedangkan “wakil-wakil bangsa Indonesia”. Demikian pula perubahan terjadi pada cara penulisan tanggal, yaitu “Jakarta 17-805” menjadi “Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05”. Dengan perubahan tersebut maka naskah yang sudah diketik segera ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta. pada bagian akhir diganti dengan “Atas nama Bangsa Indonesia”. 95 94 Mohammad Hatta, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, Jakarta: Tintamas, 1982, hlm. 52. 95 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, op.cit., hlm. 86.