Pancasila Disampaikan pada Sidang Umum BPUPKI

62 Dalam menyampaikan pidato di hari pertama sidang umum BPUPKI Mohammad Yamin mengemukakan lima gagasan atau pendapatnya. Di tengah penyampaian pidato tersebut, terjadi perdebatan dialog antara Soeroso sebagai wakil ketua yang mengatakan, bahwa Mohammad Yamin menyimpang dari penjelasan dasar negara yang diinginkan oleh ketua. Suroso mengatakan, bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah bentuk negara dan susunan pemerintahan yang juga membahas soal penduduk, hal tersebut bisa dibicarakan lain waktu karena yang terpenting saat ini adalah dasar negara Indonesia. Namun Mohammad Yamin bersikukuh jika hal tersebut penting dan masuk akal sebagai pembentukan negara. Merasa jika Mohammad Yamin tidak mengerti apa yang diinginkan oleh ketua, yakni dasar negara Suroso mengatakan bahwa sebaiknya Yamin tunduk pada ketua, dan hal tersebut dijawab oleh Yamin bahwa ia turut tapi tidak tunduk. 36 Gagasan yang disampaikan oleh Yamin, antara lain: 1. Peri- Kebangsaan Indonesia merdeka, sekarang-Nationalisme lama dan baru dasar negara Sriwijaya dan Majapahit--perubahan zaman-dasar peradaban Indonesia--tradisi tata negara yang putus--Etat national-etats puissances-- kesukaran mencari dasar asli--cita-cita yang hancur di medan perjuangan. Kebangsaan Indonesia mengharuskan dasar sendiri. 36 Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 Djilid I, Jakarta: Yayasan Prapantja, 1959, hlm. 100-105. 63 2. Peri-Kemanusiaan Kemajuan kemerdekaan-kemerdekaan akan menghidupkan kedaulatan negara--anggota keluarga--dunia—status politik yang sempurna—menolak dominion status, protectoraat,mandate, Atlantic Charter pasal 3—status internasional yang berisi kemanusiaan dan kedaulatan sempurna. 3. Peri-Ketuhanan Peradaban luhur—Ber—Tuhan—dasar negara yang berasal dari peradaban dan agama. 4. Peri-Kerakyatan 1 Permusyawaratan: surat Asysyura ayat 38—kebaikan musyawarat- musyawarat dalam masyarakat dalam semasa khalif yang empat dan sesudah itu—musyawarat bersatu dengan perintah agama. 2 Perwakilan: Dasar adat yang mengharuskan perwakilan-perwakilan sebagai ikatan masyarakat di seluruh Indonesia-perwakilan sebagai dasar abadi bagi tata negara. 3 Kebijaksanaan: Rasionalisme—perubahan dalam adat dan masyarakat—keinginan penyerahan—Rasionalisme sebagai dinamika rakyat. a Faham negara Indonesia: Membuang dasar negara filsafatiah Plato, Aristoteles, Thomas More—6 gabungan dasar dan faham yang ditolak—9 gabungan dasar dan faham yang diterima—kesimpulan 64 negara kesejahteraan rakyat Indonesia; dan terbentuknya republik Indonesia yang berdasarkan nasionalisme unitarisme. b Pembelaan: Dasar syuriah menimbulkan perang jihad—perwakilan secara adat menimbulkan tenaga keraman—kebijaksanaan teknik dan siasat perang—balatentara kebangsaan Indonesia. c Budi negara: Dahulu dan sekarang –1. Setia negara—2. Percaya akan tenaga rakyat—3. Ingin merdeka. 5. Kesejahteraan Rakyat Keadilan sosial, kegembiraan dalam negara baru—perubahan bagi republik rakyat kesejahteraan. 37 Pada rumusan lebih lanjut Muhammad Yamin mengatakan bahwa “pokok-pokok aturan dasar negara Indonesia haruslah disusun menurut watak peradaban Indonesia. Di dalam pidatonya itu juga dibicarakan pula tentang perikemanusiaan, Ketuhanan, permusyawaratan dan perwakilan. Ditegaskan delapan paham Indonesia merdeka dan disinggung pula hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan ekonomi. 38 Muhammad Yamin juga menambahkan, bahwa ada tiga usaha yang harus dilakukan oleh BPUPKI untuk mencapai “Indonesia Merdeka, sekarang”. Pertama, mengumpulkan segala bahan untuk pembentukan negara. Kedua, adanya pengurus undang- 37 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 8-9 ; Muhammad Yamin, op.cit., hlm. 87-88. 38 A.M.W. Pranarka, op.cit., hlm. 27. 65 undang dasar negara yang menyusun bahan pilihan itu. Ketiga, menjalankan isi hukum dasar negara itu dalam negara yang lalu terbentuk. 39 Mengenai pidato Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, dalam sidang umum BPUPKI telah menimbulkan polemik. Di mana dengan panjang lebar Prof. Dr. Nugroho Notosusanto telah menguraikan proses perumusan Pancasila dasar negara. Ia mengatakakan, bahwa Muhammad Yamin telah mengucapkan pidato yang berisi sumbangan pikirannya, bahwa dasar negara Indonesia yang akan dibentuk adalah lima azas yang unsur-unsurnya sama dengan dasar negara kita sekarang ini, yakni Pancasila. Yamin telah memeperkenalkan lima azas itu tanpa memberi nama Pancasila, tidak seperti halnya yang dilakukan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Penulisan tersebut berdasarkan buku milik Yamin, yaitu “Naskah Persiapan Undang- undang Dasar 1945“. Berdasarkan tulisan itu, Nugroho Notosusanto meyakini pendapat tersebut, keyakinannya itu juga berdasarkan kata pengantar yang ditulis oleh Presiden Soekarno dalam Naskah Yamin yang tertanggal 22 April 1959. Mengenai kredibilitas naskah Yamin tersebut, mendapatkan tanggapan serius dari sejarawan G. Moedjanto. Berdasarkan keterangan dari Prof. Pringgodigdo yang mengatakan, bahwa Yamin pernah meminjam laporan 39 St.Sularto dan D.Rini Yunarti, Konflik Di Balik Proklamasi, BPUPKI,PPKI Dan Kemerdekaan, Jakarta: KOMPAS, 2010, hlm. 28. 66 stenografis sidang-sidang BPUPKI tetapi kemudian tidak pernah dikembalikan. Didukung oleh interpretasi dari Mohammad Hatta yang membenarkan, bahwa pada tanggal 29 Mei 1945 Yamin telah mendahului Soekarno saat berpidato tentang dasar negara. Tetapi isi pidatonya bukan yang dimuat dalam bukunya, Hatta pernah membantah pengakuan Yamin dengan menyatak Yamin licik. Ia dengan tegas mengatakan, bahwa hanya Soekarno yang menjawab pertanyaan ketua BPUPKI Radjiman Wediodiningrat, pada hari keempat pada tanggal 1 Juni 1945. Ia berpidato panjang lebar yang lamanya 1 jam, berpokok pada Pancasila lima dasar. Pernyataan senada pun dikatakan oleh mantan ketua BPUPKI sendiri, dan juga beberapa mantan anggota BPUPKI. Maka utuk mengerti sejarah G. Moedjanto berusaha mengingatkan perlunya memperhatikan: 1 Supaya berusaha secara sadar untuk tidak terbelenggu oleh ikatan-ikatan sosial-politik atau ideologi tertentu supaya tidak berat sebelah. 2 Jika kesaksian tidak mencukupi, janganlah memaksakan kesimpulan secara definitif. 3 Tidak membuat kesimpulan-kesimpulan tanpa dasar pembuktian, atau hanya mengajukan kesimpulan-kesimpulan logis bukan historis. Karena bukti-bukti yang dikumpulkan terbatas. 40 40 Sekitar Tanggal dan Penggalinya Edisi kedua Otensitas Pidato Yamin Di Depan Sidang Badan Penyelidik Tanggal 29 mei 1945, Jakarta: Yayasan Idayu, 1981, hlm. 17-18. 67

b Gagasan Soepomo 31 Mei 1945

Soepomo menyampaikan pidatonya di depan seluruh anggota BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945, hanya berselang dua hari setelah penyampaian pidato Muhammad Yamin. Sebelum mengungkapkan pendapatnya Soepomo terlebih dahulu mengulas sedikit pembicaraan-pembicaraan yang sudah disampaikan oleh para anggota sebelumnya. 41 Dalam pidatonya Soepomo mengatakan, bahwa jikalau hendak membicarakan tentang dasar sistem pemerintahan yang hendak kita pakai untuk negara Indonesia. Maka dasar sistem pemerintahan itu bergantung pada Staatsidee, yaitu dengan menurut dasar apa negara Indonesia akan di dirikan?, menurutnya ada 3 permasalahan, yakni: 1 Pertama, apakah Indonesia akan berdiri sebagai persatuan negara Eenheidsstaat atau negara serikat Bondstaat atau sebagai persekutuan negara Statenbond. 2 Kedua, dipersoalkan perhubungan antara negara dan agama. 3 Ketiga, apakah Republik atau Monarkhi. Menurut Soepomo, untuk menjawab permasalah tersebut, hendaknya dibicarakan dasarnya negara Indonesia merdeka dan dasar pengartian Staatsidee yang menjadi cita-cita negara. Menindaklanjuti persatuan negara atau negara serikat atau tentang Republik atau Monarkhi, ia menyampaikan tiga uraian teori tentang negara: 41 Ibid., hlm. 28. 68 1 Teori perseorangan, teori individualistis. Menurut aliran ini, negara ialah masyarakat hukum legal society yang disusun atas kontrak antara seluruh seseorang dalam masyarakat itu conttrat social. Susunan hukum negara yang berdasar individualism terdapat di negeri Eropa Barat dan di Amerika. 2 Teori golongan, negara dianggap sebagai alat dari suatu golongan suatu klasse untuk menindas klasse lain. Negara memiliki kedudukan ekonomi yang paling kuat dan menindas golongan-golongan lain yang lemah. 3 Teori integralistik, teori yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan Hegel. Menurut teori ini negara tidak diperuntukkan untuk kepentingan satu golongan masyarakat saja, tetapi juga kepentingan masyarakat seluruhnya. Negara merupakan susunan masyarakat yang integral, karena semua golongan berhubungan erat satu sama lain dan untuk menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai sebuah persatuan. 42 Soepomo menjelaskan, bahwa pembangunan negara hendaknya disesuaikan dengan corak keadaan umum pada masa sekarang dan harus memiliki keistimewaan dengan keadaan umum itu. Berdasarkan nasihat Soomubutyoo, negara yang akan berdiri janganlah meniru susunan negara lain. Karena pada dasarnya setiap negara memiliki keistimewaan sesuai dengan riwayat maupun karakter masyarakatnya. Ia memberikan contoh dasar negara Dai Nippon, yang berdasarkan atas persatuan lahir batin yang kekal. 42 Muhammad Yamin., op.cit., hlm.110-111; Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 32-33. 69 Negara bersandar atas kekeluargaan dan dasar persatuan keluarga ini sangat sesuai dengan corak masyarakat Indonesia. Struktur masyarakat Indonesia asli, merupakan hasil daripada penciptaan aliran pikiran atau semangat kebatinan bangsa Indonesia yang juga memunculkan struktur kerohanian. Masyarakat Indonesia memiliki cita-cita dalam persatuan hidup antara dunia luar dan dunia batin, antara Mikrokosmos dan Makrokosmos. Para pejabat atau pemimpin bersatu-jiwa dengan rakyat dan senantiasa wajib memegang teguh persatuan dan keseimbangan dalam masyarakatnya. Senantiasa memberi bentuk Gestaltung, rasa keadilan, bermusyawarah dengan rakyatnya agar kebaikan selalu terpelihara. Negara persatuan Indonesia, hendaknya memisahkan antara urusan negara dengan urusan agama Islam. Karena Indonesia bukan negara Islam, mendirikan negara Islam di Indonesia berarti mendirikan negara yang akan mempersatukan golongan mayoritas, lalu bagaimana dengan golongan agama kecil lainnya, seperti Kristen, Hindu, Buddha dan lain-lain. Negara Islam tidak sesuai dengan cita-cita negara persatuan karena akan menimbulkan perpecahan. Dalam suasana persatuan tersebut antara rakyat dan pemimpin serta semua golongan lapisan masyarakat diliputi oleh semangat gotong-royong dan semangat kekeluargaan. Hubungan perekonomian berdasarkan negara integralistik menggunakan sistem “Sosialisme negara” Staatssocialisme. Dalam lapangan ekonomi, negara harus bersifat kekeluargaan, karena hal 70 tersebut merupakan ciri khas masyarakat timur. Sistem tolong menolong dan koperasi hendaknya dipakai sebagai salah satu dasar ekonomi negara Indonesia. Pada akhirnya pokok dari dasar yang diuraikan oleh Soepomo untuk membangun negara Indonesia, adalah: 1 Hubungan negara dan agama, 2 Cara bentukan pemerintahan, 3 Hubungan negara dan kehidupan ekonomi 43

c Gagasan Soekarno 1 Juni 1945

Sekitar 68 tahun yang lalu Soekarno berpidato sebagai anggota BPUPKI, ia mengusulkan sekitar lima sila, yang diusulkan sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka. 44 Soekarno mendapat kesempatan menyampaikan gagasan atau pendapatnya di depan anggota BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Ia berusaha mengacu dan menepati permintaan ketua BPUPKI Radjiman Widyodiningrat untuk mengemukakan dasar Indonesia merdeka. Menurut Soekarno yang diminta oleh ketua adalah “Phlosfische grondslag” atau “Weltanschauung”, merupakan fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat untuk didirikan diatas Indonesia merdeka. Arti “Merdeka” bagi Soekarno ialah “Political independence atau Politieke onafhankelijkheid”. 43 D.Rini Yunarti, BPUPKI,PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI, Jakarta: KOMPAS, 2003, hlm. 21-22; St. Sularto dan D. Rini Yunarti., op.cit., hlm. 29-32; Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 33-43; A.M.W. Pranarka, op.cit., hlm. 29-30; Muhammad Yamin, op.cit., hlm. 111-120. 44 P.Swantoro, Memperingati Lahirnya Pancasila, Jakarta: Basis Vol. XIV-XV, 1964-1966, hlm. 256. 71 Merupakan suatu jembatan, untuk menuju pada masyarakat yang adil dan sempurna, tidak ada penindasan dan hisapan, tidak ada kapitalisme dan imperialisme. 45 Jembatan emas, merupakan gerakan Indonesia merdeka bagi kaum Marhaen, kemerdekaan tersebut sepenuhnya menjadi hak kaum Marhaen, demi kehidupan mereka yang lebih baik. Bukan untuk kesengsaraan maupun ratap tangis. 46 Soekarno mencontohkan tentang negara-negara yang merdeka, di mana setiap negara memiliki perbedaan baik karakter, budaya, maupun sejarahnya. Namun, ada persamaannya yakni sanggup mempertahankan negaranya. Cara masyarakat Indonesia membela dan mempertahankan tanah airnya, hanya dengan bambu runcing, namun hal tersebut menjadi bukti bahwa mereka semua siap sedia mati agar bangsa Indonesia bisa meraih kemerdekaannya. Dalam pidatonya Soekarno juga mengungkapkan: “Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting. Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan berpuluh-puluh pembicara, bahwa sebenarnya internationaalrecht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan kita? untuk menyusun, mengadakan,mengakui satu negara yang merdeka, tidak ada syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh Ini sudah cukup untuk internationaalrecht. Cukup, saudara-saudara, asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian diakui oleh salah satu negara lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: Merdeka. Tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu 45 Soekarno, op.cit., hlm. 311. 46 Ibid., hlm. 352-353. 72 rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahnya, sudahlah ia merdeka”. 47 Melalui perkataannya itu, Soekarno ingin menunjukkan, bahwa Indonesia memiliki semuanya itu, dan mampu mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. Sekarang tinggal bagaimana bangsa Indonesia mewujudkan negara yang merdeka itu, melalui proses sidang BPUPKI yang telah di bentuk oleh pemerintah Jepang. Untuk mendirikan sebuah negara dengan paham yang disetujui secara bersama-sama, tetapi tidak untuk satu golongan saja, seperti golongan kaya, yang memberi kekuasaan kepada satu golongan bangsawan. Bukan itu maksudnya Tetapi bahwa tujuan mendirikan negara adalah “semua buat semua” yang bernama kaum kebangsaan. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar pikiran dari Soekarno, yang selalu mendengung dalam jiwanya, bukan saja didalam sidang BPUPKI yang sedang berlangsung, akan tetapi sudah sejak tahun 1918, atau 25 tahun yang lalu. 48 Kemudian tiba saatnyalah Soekarno membentangkan pendapatnya, yaitu: 1. Dasar pertama, yang baik menurutnya dijadikan dasar buat negara Indonesia ialah dasar Kebangsaan. “Dasar pertama, jang baik didjadikan dasar negara buat Indonesia, ialah dasar kebangsaan. Itu bukan berarti satu 47 Departemen Penerangan RI, Lahirnya Pantja-Sila, Surakarta: Forum Komunikasi Persatuan Nasional Surakarta F.K.P.N.S, 2001, hlm. 15; Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 68. 48 Departemen Penerangan RI ., op.cit., hlm. 18-19. 73 kebangsaan dalam arti jang sempit, tetapi saja menghendaki satu nationale staat, satu nationale staat Indonesia bukan berarti staat yang sempit. Sebagai saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo katakan kemarin, maka tuan adalah orang bangsa Indonesia, bapak tuanpun orang Indonesia, nenek tuanpun bangsa Indonesia, datuk-datuk tuan, nenek-moyang tuanpun bangsa Indonesia. Di atas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti jang dimaksudkan oleh saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah kita dasarkan negara Indonesia”. 49 Dasar nationale staat atau negara nasional, maksudnya adalah yang meliputi seluruh kepulauan Indonesia, sebuah cetakan alam yang ada dibumi khatulistiwa sebagai satu kesatuan. Sumatra, Jawa, Sunda, Kalimantan, Sulawesi, itu bukan nationale staat, tetapi hanya Indonesia secara keseluruhan, itulah satu nationale staat. 50 Menurut Ernest Renan syarat bangsa ialah “kehendak akan bersatu”, atau “le desir d’etre ensemble”, yaitu segerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu. Sedangkan menurut Otto Bauer, disitu ditanyakan “Was ist eine nation? Dan jawanya ialah: “Eine nation ist eine aus Schiksalsgemeinschaft erwachsene charaktergemeinschaft” Bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib. 51 Namun timbul satu ilmu baru yang dinamakan Geopolitik. Geopolitik merupakan dalil-dalil yang digunakan oleh Soekarno untuk memeperkuat pendapatnya bahwa Indonesia harus menjadi satu nationale staat. Teori geopolitik ini, diciptakan oleh Karl Haushofer, yang kemudian ditekankan oleh kaum nazi 49 Muhammad Yamin., op.cit., hlm 69. 50 Mohammad Hatta., Kumpulan Pidato II, Jakarta: Inti Idayu Press, 1983, hlm.195. 51 Departemen Penerangan RI., op.cit., hlm. 19-20. 74 Jerman menjadi “Blut und-Boden-Theori”. Teori ini sebetulnya sebagai sendi bagi politik imperialism Jerman, tetapi sangat menarik juga bagi kaum nasionalis Asia dan Indonesia untuk membela cita-cita kemerdekaan, persatuan bangsa dan tanah air. 52 Nationale staat di Indonesia secara keseluruhan, telah berdiri sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Pada saat ini pula bangsa Indonesia mendirikannya secara bersama-sama dan mengambil sebagai dasar yang pertama, yakni kebangsaan Indonesia. Namun pada kenyataannya prinsip kebangsaan ini ada bahayanya, yakni ketika orang meruncingkan nasionalisme menjadi Chauvinisme. Chauvinisme merupakan rasa nasionalisme yang berlebih-lebihan dengan mudah akan meningkat pada rasialisme dan menyempitkan cakrawala seseorang atau bahkan suatu bangsa. 53 Soekarno mengutip pernyataan Gandhi: “Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah peri kemanusiaan”, My nationalism is humanity”. Kebangsaan yang dimaksudkan bukanlah kebangsaan yang menyendiri, tetapi kebangsaan yang menuju pada persatuan dunia dan persaudaraan dunia. 54 2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan”. Ia mengemukakan bahwa internasionalisme berakar dari nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat 52 Mohammad Hatta.,loc.cit. 1983. 53 A. Heuken SJ, et all, Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila Jilid II, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Karya, 1983, hlm. 158. 54 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 76. 75 hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme. 55 Dalam arti menegaskan, bahwa bangsa Indonesia tidak menganut paham yang picik. Di mana kita harus menuju pada persaudaraan dunia, kekeluargaan bangsa-bangsa. Internasionalisme bagi Soekarno ialah “humanity”, Perikemanusiaan. 56 3. Dasar ketiga ialah: Prinsip Mufakat, Dasar perwakilan, Dasar permusyawaratan. Di jelaskan oleh Soekarno bahwa negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara “semua buat semua”, “satu buat semua, semua buat satu”. Soekarno yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan ,perwakilan. Dengan cara ini diharapkan bangsa Indonesia dapat memperbaiki segala hal, seperti dalam memelihara agama juga keselamatan agama, dengan jalan membawa sistem pembicaraan, permusyawaratan atau demokrasi didalam Badan Perwakilan Rakyat. Baik Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan lainnya sama-sama berjuang dan bekerja sehebat-hebatnya di dalam badan perwakilan. 57 4. Dasar keempat: prinsip Kesejahteraan sosial, tidak ada kemiskinan didalam Indonesia merdeka. Masyarakat Indonesia semuanya haruslah sejahtera, semua kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi, sehingga mereka merasa 55 Departemen Penerangan RI., op.cit., hlm. 24- 25. 56 Mohammad Hatta.,op.cit., 1983. hlm. 197. 57 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 77-78. 76 nyaman berada di bumi Indonesia. Bukan kaum kapital yang merajalela dan rakyat menderita. Seluruh rakyat memiliki hak politik dan hak ekonomi yang sama, sehingga kehidupan masyarakat Indonesia sejahtera. Soekarno menyatakan: ”Saudara-saudara, saya usulkan: kalau kita mencari demokrasi hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politik-economische democratic yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud tentang Ratu- Adil? Yang dimaksud dengan faham Ratu-Adil ,ialah sociale rechtaardigheid. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan, kurang pakaian, menciptakan dunia baru yang didalamnya ada keadilan, di bawah pimpinan Ratu-Adil. Maka oleh karena itu, jikalau kita memang betul-betul mengerti, mengingat, mencintai rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini, yaitu bukan saja persamaan politik, saudara-saudara, tetapi pun diatas lapangan ekonomi kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama sebaik- baiknya. Saudara-saudara, badan permusyawaratan yang kita akan buat, hendaknya bukan badan permusyawaratan politieke democratic saja, tetapi yang bersama-sama dapat mewujudkan dua prinsip: politieke rechtvaardigheid dan sociale rechtvaardigheid”. 58 5. Prinsip yang kelima, ialah Ketuhanan: Soekarno mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk ber-Tuhan, masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan dan menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni tiada “egoisme- agama”. Dan hendaknya negara Indonesia satu negara yang ber-Tuhan. 58 Ibid., hlm. 78-80. 77 Hendaknya mengamalkan dan menjalankan agama, baik Islam maupun Kristen dengan cara yang berkeadaban. Berkeadaban untuk saling hormat- menghormati satu sama lain. Dalam hal ini Soekarno mencontohkan: “Nabi Muhammad SAW telah memberi bukti yang cukup tentang verdraagzaamheid, tentang menghormati agama-agama lain. Nabi Isa pun telah menunjukkan verdraagzaamheid itu. Marilah kita di dalam Indonesia merdeka yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima daripada negara kita ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, ke-Tuhanan berbudi pekerti yang luhur, ke-Tuhanan yang hormat- menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujuai bahwa negara Indonesia merdeka berasaskan ke-Tuhanan Yang Maha Esa”. 59 Dalam pangkuan asas yang kelima ini, segenap agama akan mendapatkan tempat sebaik-baiknya, ber-Tuhan, berbudaya, menghormati, menghargai dan saling menjaga satu sama lain walaupun ada perbedaan didalamnya. Dasar negara telah diusulkan oleh Soekarno dan ia namakan Pancasila. Sila yang artinya asas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah bangsa Indonesia akan didirikan, kekal dan abadi. Soekarno menawarkan sebuah alternatif, jikalau ada anggota yang tidak setuju dengan Pancasila, maka akan diperas menjadi tiga saja, yakni dua dasar yang pertama, kebangsaaan dan internasionalisme, kebangsaan dan perikemanusiaan, diperas menjadi satu dan dinamakan socio-nationalisme. Demokrasi dan 59 Ibidem. 78 kesejahteraan diperas menjadi satu dan dinamakan socio-democratie, sedangkan yang ketiga adalah ke-Tuhanan. Socio-nationalisme, socio-democratie dan ke-Tuhanan itu dinamainya Trisila. Namun jika Trisila tersebut belum menjadi kehendak dari para anggota, maka Soekarno mengusulkan alternatif lainnya, yaitu Ekasila yang berarti “Gotong-royong”. Gotong royong adalah suatu faham yang dinamis, lebih dinamis dari kekeluargaan. Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetap dalam gotong-royong menggambarkan suatu usaha, suatu amal dan suatu pekerjaan secara bersama-sama saling bantu- membantu demi kepentingan bersama. Prinsip gotong royong juga pada hakikatnya mencakup semua golongan masyarakat, baik yang kaya maupun yang tidak kaya, antara Islam dan Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan, bersatu menjadi bangsa Indonesia. 60 Namun sekali lagi, baik Pancasila, Trisila dan Ekasila dikembalikan lagi kepada seluruh anggota BPUPKI, manakah yang disetujui dan yang diminati. Pada dasarnya prinsip-prinsip yang telah diutarakan oleh Soekarno tersebut merupakan buah pemikiran yang telah sejak lama menggelora dalam dirinya. Pola pemikiran yang begitu luar biasa, merupakan sebuah bukti nyata, bahwa pengalamannya dalam dunia politik yang sudah lama ia jalani, menjadikan ia seseorang yang mampu berpikir kritis, menggelora, dan melahirkan suatu pemikiran yang luar biasa. 60 Ibid., hlm .80-83. 79 Prinsip-prinsip yang diutarakan Soekarno secara nyata dapat diterima oleh semua anggota BPUPKI secara baik, dan pada prinsipnya mampu menjawab keinginan dari ketua BPUPKI, sebagai dasar Indonesia merdeka. Menurut lapisan budaya yang di tulis oleh Eka Darmaputera, Indonesia memiliki lapisan asli. Bahwa desa adalah tempat lahir tipe demokrasi yang asli Indonesia. Sistem desa pun nampaknya mendukung pendapat tersebut, misalnya otonomi, partisipasi, gotong royong dan sebagainya ada di sana. Sebagai masyarakat kecil di pedesaan jalinan kehidupan mereka sangat erat satu sama lain, karena tujuan dari penduduk desa adalah hidup rukun dan selaras. Saling tolong menolong dan selalu menekankan kerjasama gotong royong, tulung-tinulung atau sambat- sinambat. Menekankan kesamaan dan tepa selira dan memiliki hubungan yang baik antar anggota masyarakat. 61 Kehidupan yang demikian menginspirasi Soekarno, bahwa masyarakat pedesaan adalah simbol kedamaian dan kerukunan. Khasanah kultural budaya tercipta dan berkembang di alam pedesaan. Masyarakat yang selalu bergotong royong menciptakan harmonisasi kehidupan yang begitu nyaman satu sama lain. Tradisi dan kebudayaa baik ada di sana, diciptakan penuh dengan nilai-nilai kebaikan dengan tidak mementingkan diri sendiri. Kepala desa yang diplih secara mufakat dan diterima oleh 61 Eka Darmaputera, Pancasila Identitas dan Modernitas Tinjauan Etis dan Budaya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987, hlm. 24. 80 semua anggota masyarakatnya. Tradisi nenek moyang terus dikembangkan oleh masyarakat tersebut. Soekarno melihat itu semua sebagai sumber kebaikan dan akan berperan penting bagi cita-cita bangsa Indonesia ketika merdeka kelak. d Sidang BPUPKI Tanggal 22 Juni 1945 Sebelum sidang pertama berakhir, ketua BPUPKI Radjiman Wedyodiningrat membentuk Panitia kecil yang di ketua oleh Soekarno untuk membahas Pancasila sebagai falsafah negara dan Panitia kecil yang diketuai oleh Soepomo sebagai panitia perancang UUD. Hal tersebut dimaksudkan untuk melancarkan pelaksanaan kerja BPUPKI. Sidang BPUPKI tersebut berlangsung pada masa reses atau diselenggarakan sidang tidak resmi yang membahas rancangan dasar falsafah negara dan rancangan Undang-undang Dasar. Sidang tersebut dihadiri anggota BPUPKI, yang beranggotakan: 1 Soekarno 2 Mohammad Hatta 3 Muhammad Yamin 4 Sutardjo Kartohadikusumo 5 Wachid Hasjim 6 Hadikoesoemo 7 Oto Iskandardinata 8 A.A. Maramis 81 Tugas dari panitia ini adalah menggolongkan dan memeriksa usulan tertulis dari anggota yang disampaikan selama masa reses. Pada waktu Panitia kecil, mengadakan rapat dengan dihadiri oleh anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai. Maka Panitia kecil membentuk lagi satu panitia yang di pimpin oleh Soekarno. Yaitu, dengan membentuk Panitia Sembilan, tujuan panitia ini dibentuk adalah untuk menyelesaikan masalah perbedaan pendapat sesama anggota BPUPKI. Panitia sembilan terdiri dari: 1 Mohammad Hatta 2 Muhammad Yamin 3 Achmad Soebardjo 4 A.A. Maramis 5 Soekarno 6 Kiai Abdul Kahar Muzakir 7 Abdul Wahid Hasjim 8 Abikoesno Tjokrosoejoso 9 Haji Agoes Salim 62 Panitia Sembilan, mengadakan pembicaraan untuk mencapai hasil atau satu persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan. Persetujuan tersebut dimaksudkan dalam suatu rancangan prembule. Rancangan tersebut kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta atau The Djakarta Charter. 63 62 Endang Saifuddin Anshari., loc.cit. 63 A.M.W. Pranarka, op.cit., hlm. 35-36. 82

C. Pancasila Dirumuskan dan Diusulkan Sebagai Dasar Falsafah Negara

Pancasila diungkapkan oleh Soekarno dalam lingkungan sebuah badan yang bertugas dan berusaha menciptakan kemerdekaan negara. Bahkan kemerdekaan itu masih harus diperjuangkan, saat penyampaian pidato dalam sidang BPUPKI Soekarno menunjukkan bahwa Pancasila adalah pendirian dan pandangan hidup bangsa. Sebuah perenungan jiwa yang dalam, dan buah dari penyelidikan cipta yang teratur dan seksama di atas basis pengetahuan dan pengalaman yang luas. 64 Dalam pidatonya Soekarno pertama kali menggunakan istilah Pancasila, sebagai satu dasar filsafat negara, atau sebagai Weltanschauung untuk dijadikan dasar negara Indonesia merdeka. Satu filsafat kenegaraan yang dapat diterima dan disetujui oleh seluruh anggota yang hadir dalam sidang BPUPKI. Dasar negara yang dapat mempersatukan seluruh kekuatan bangsa Indonesia. Pada kenyataannya memang benar Pancasila baru dikemukakan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, namun isi dari ajaran-ajaran Pancasila sudah lama diketemukan, atau lebih tepatnya tumbuh dan berkembang dalam kandungan ibu pertiwi Indonesia. Soekarno menjelaskan, bahwa dirinya bukan pencipta dari Pancasila itu, namun ia adalah penggali dari apa yang sudah ada di Indonesia ini. Selanjutnya hal tersebut harus dijadikan dasar dari berdirinya negara Indonesia merdeka, yakni filsafat Pancasila. Soekarno menggali Pancasila sejak tahun 64 Notonagoro, Pantjasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1962, hlm. 8. 83 1918, saat ia menjadi mahasiswa di Bandung. Antara tahun 1927-1933, telah banyak pemikiran yang dihasilkan, di mana antara tahun-tahun tersebut ajaran- ajaran Pancasila telah banyak dikemukakan, meskipun dikala itu istilah Pancasila belum diketemukan. Misalnya saja ajaran sosionasionalisme dan sosiodemokrasi. 65 Pancasila telah disepakati sebagai dasar negara Indonesia, bangsa Indonesia pun membutuhkan dasar hukum yang kuat. Rumusan Pancasila akan dirancang menjadi preambule dasar falsafah negara dan rancangan Undang- undang Dasar. 66 Undang-undang dasar, merupakan sebuah hukum dasar tertinggi dan merupakan perwujudan dari Pancasila. Undang-undang dasar didasarkan atas sistem kekeluargaan, maka segala pasal-pasal akan diselaraskan dengan sistem itu. Negara Indonesia bersifat kekeluargaan, tidak saja hidup kekeluargaan ke dalam, akan tetapi juga ke luar. Dalam usaha menyusun UUD 1945, juga diingat dinamika masyarakat, dinamika kehidupan masyarakat dan negara Indonesia yang terus tumbuh, maka UUD 1945 disusun hanya secara garis besar saja, agar mudah mengikuti dinamika kehidupan masyarakat. 67

a. Perbedaan dan Perdebatan Ideologi Dalam Sidang BPUPKI

Pada sidang BPUPKI yang telah berlangsung, terjadi proses perbedaan dan perdebatan yang dipengaruhi oleh tiga ideologi: pertama ideologi kebangsaan, kedua Islam dan yang ketiga ideologi Barat modern sekular. 66 Mohammad Hatta.,op.cit., 1983. hlm. 198. 67 Panitia Lima., Uraian Pancasila, Jakarta: Mutiara, 1980, hlm. 18-20. 84 Ideologi kebangsaan tampak dalam pandangan-pandangan yang mempertahankan persatuan, kebangsaan, kekeluargaan, kerakyatan dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab. Ideologi barat modern sekular tampak dari pendapat-pendapat yang menghendaki masuknya hak-hak dasar didalam Undang-Undang Dasar dan adanya pertanggungjawaban para menteri kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Perbedaan idelogi ini juga sudah tampak dalam sidang umum yang pertama, dimana menghendaki agar urusan negara dipisahkan dari urusan agama. Ideologi Islam tampak dari pendapat yang menghendaki bahwa agama Islam menjadi dasar negara, negara mempunyai kewajiban untuk melaksanakan syariat Islam, bahwa agama Presiden harus agama Islam, dan agama resmi negara adalah agama Islam. 68 Perbedaan antara ideologi kebangsaaan dan ideologi Islam, sudah terjadi sejak sidang umum BPUPKI belangsung. Walaupun telah diusahakan terjadinya kompromi dalam bentuk rumusan yang termaktub di dalam rancangan Undang-Undang Dasar, namun demikian perbedaan antara ideologi kebangsaan dan ideologi Islam tetap berjalan. Anggota Latuharhary mengatakan bahwa, dampaknya akan sangat besar jika mewajibkan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, mengingat bahwa bangsa Indonesia tidak 68 A.M.W. Pranarka., op.cit., hlm. 47-48. 85 hanya terdiri dari satu agama saja. Tapi ada Kristen, Khatolik, Buddha dan Hindu. 69 Sidang pada tangggal 10 Juli 1945, disampaikan oleh Soekarno. Di mana ia menjelaskan, bahwa Panitia kecil mendapat tugas yang sangat berat, sehubungan adanya perbedaan pendapat antara golongan kebangsaan dan golongan Islam. Perbedaan itu, terutama yang mengenai masalah agama dan negara. Namun pada akhirnya tercapai kesepakatan antara kedua golongan dalam panitia Sembilan. “Allah Subhanahuwataala memberkati kita. Sebenarnya pada permulaan adalah kesukaran antara golongan yang dinamakan golongan kebangsaan. Mula-mula ada kesukaran mencari pertemuan faham antara golongan ini, terutama yang mengenai soal agama dan negara, tetapi sebagai tadi saya akatakan, Allah Subhanahuwata’ala memberkati kita sekarang ini; kita sekarang sudah ada persetujuan”. 70 Rancangan prembule hukum dasar, telah disepakati oleh para anggota BPUPKI, yang tergabung dalam panitia kecil panitia Sembilan. Kewajiban umat Islam untuk menjalankan syariat Islam, merupakan kebulatan nasionalisme Indonesia. Didalamnya diharapkan adanya persatuan bangsa Indonesia, perikemanusiaan, perwakilan permufakatan kedaulatan rakyat dan keadilan sosial. Prembule tersebut juga akan menjadi suatu alat pemersatu yang melindungi segenap golongan yang ada didalam anggota BPUPKI. 71 69 Ibid. 70 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 94. 71 Muhammad Yamin.,op.cit., hlm. 153-155; Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 94-96. 86 Perdebatan yang terjadi banyaklah yang mengenai “kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, bahwa Latuharyhary sebagai seorang Kristen menyampaikan keberatannya pada kalimat tersebut. Usul yang sama juga disampaikan oleh Wongsonegro dengan didukung oleh Hoesein Djajadiningrat, bahwa mungkin anak kalimat tersebut dapat menimbulkan fanatisme karena seolah-olah memaksa menjalankan syariat Islam bagi orang-orang Islam. Namun Soekarno sekali lagi menegaskan, bahwa kalimat tersebut merupakan kompromi yang sudah disepakati antara golongan kebangsaan dan golongan Islam, yang didapat dengan susah payah. 72 Panitia kecil menyampaikan 2 pasal dari rancangan pertama Undang- Undang Dasar pada sidang BPUPKI. 73 Dan yang menjadi topik utama adalah pasal 4 dan 28. Pasal 4 ayat 2 tentang presiden: “yang dapat menjadi presiden dan wakil presiden hanya orang Indonesia asli. Pasal 28 tentang agama: ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untu memeluk agama apa pun untuk beribadat menurut agamanya masing-masing”. Lalu Wahid Hasjim mengusulkan, agar pasal 4 ayat 2 itu ditambah dengan kata-kata “yang beragama Islam”. Jika presiden orang Islam,maka pemerintah-perintah berbau Islam dan akan besar pengaruhnya. Ia juga mengusulkan agar pasal 29 72 Endang Saifuddin Anshari.,op.cit., hlm. 34-35. 73 Ibid., hlm. 36.