Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 tidak pernah benar-benar melebur dan terkristalisasikan, dengan akibat nilai bersama yang bersifat sentral serta sistem normatif di Indonesia tidak pernah tercipta. Ditinjau dari sudut ekologi sosialnya, kaum abangan yang berpusat di desa- desa, yaitu kaum petani dalam masyarakat Indonesia. Kaum priyayi adalah lapisan atas di dalam masyarakat, yaitu para birokrat yang menguasai kota-kota di daerah pedalaman. Sedangkan kaum santri, merupakan unsur pedagang di dalam masyarakat, dapat dimengerti amat berpengaruh pada kota-kota perdagangan di wilayah-wilayah pesisir. Dengan demikian, kita dapat melihat kemajemukan masyarakat Indonesia juga terletak pada kenyataan tumpang tindihnya perbedaan- perbedaan ekologi sosial, kelas dan primordial, di dalam keadaan mana amat sulit tercipta simbol-simbol dan norma-norma bersama. 8 Tiga lapisan budaya yang ada di Indonesia, di mana dua faktor telah membentuk ketiga lapisan budaya itu serta beraneka ragam variasi kombinasi di antara mereka, yang pertama adalah faktor sejarah budaya, dan yang kedua ialah faktor lingkungan di mana masing-masing berkembang. Berikut sejarah terbentuknya ketiga lapisan budaya tersebut a Lapisan asli Hampir semua penduduk Indonesia sekarang, kecuali Irian dan sekitarnya, adalah dari kelompok Deutero-Melayu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J.H. Krom, menunjukkan, bahwa kehidupan orang-orang melayu mula-mula 8 Ibid., hlm. 15. 6 berpusat pada pertanian. Sistem persawahan mendorong banyak macam kegiatan yang ditujukan untuk menahan meluasnya hutan-hutan liar, sehingga mendorong penduduk untuk mencapai tingkat kerjasama timbal-balik serta saling menolong yang tinggi. Hal tersebut memunculkan organisasi sosial yang disebut desa. Kekhasan dari desa ini menjadi ciri yang menetap dari masyarakat Indonesia. Bahkan menurut Muskens, desa adalah simbol dari kepribadian nasional Indonesia. 9 Desa adalah simbol dari kepribadian nasional Indonesia. Banyak orang berpendapat, bahwa desa adalah tempat lahir tipe demokrasi asli Indonesia. Sebagai sebuah masyarakat kecil, terjalin erat satu sama lain. Hubungan timbal-balik di antara mereka, terkenal dengan sebutan tulung-tinulung atau sambat-sinambat. Di balik ikatan tolong-menolong yang bersifat praktis itu, adalah nilai-nilai moral yang bersifat sentral, mengatur kehidupan bersama mereka, misalnya: gotong-royong menekankan kerjasama, pada-pada menekankan kesamaan, dan tepa selira menekankan timbangtenggang rasa. Desa juga merupakan sebuah kesatuan religius. Ritus yang paling sentral adalah slametan terhadap nenek moyang, serta pendiri desa cikal-bakal, mereka didewakan dan dipuja. Animisme, merupakan konsepsi tradisional yang paling dasar. Kehidupan manusia dipercayai sebagai ada di dalam konteks kosmis. Di mana semua manifestasi alam, dipercayai sebagai konsekwensi dari kiprah kekuatan-kekuatan supra-natural. Menurut Vlekke, unsur-unsur pokok dari 9 Ibid., hlm. 23. 7 agama asli Indonesia adalah sebagai berikut: pertama, suatu kepercayaan yang bersifat panteistis, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu dan semua kehidupan mempunyai tenagaenergi kehidupan. Enersi ini jiwa pada seseorang dapat lebih kuat daripada yang ada pada orang lain. 10 b Lapisan India Para ahli sejarah tidak mencapai kesepakatan tentang perjumpaan pertama antara kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan India, apakah terjadi melalui suatu bentuk penaklukan secara militer, atau melalui cara perdamaian, baik dengan perantara perdagangan ataupun agama. Dibalik ketidakpastian mengenai hal tersebut, kita dapat menyebutkan bahwa paling sedikit ada tiga hal yang disepakati oleh kebanyakan pengamat. Pertama, bahwa ketika perjumpaan itu terjadi, Indonesia sama sekali bukanlah negara yang vakum secara sosio- budaya. Kedua, bahwa di dalam perjumpaan itu, kebudayaan Indonesia sama sekali tidak pasif dan tidak hanya menyerah. Ketiga, meskipun pengaruh dari anak benua India itu memang benar-benar kuat, tetapi tidak bisa mencabut lapisan budaya asli. Keberhasilan pengaruh India itu, pada satu pihak adalah oleh karena ia mengandung unsur-unsur yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Yakni seperti. Konsep-konsep filsafati serta agamawi yang relatif canggih, serta cara pendekatannya yang khas, membuat lapisan India 10 Ibid., hlm. 24-25. 8 segera diterima oleh lapisan atas dari masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, dan dalam skala yang lebih rendah di Sumatera. 11 c Lapisan Islam Lapisan disebut kebudayaan pesisir, atau kebudayaan pantai. Kebudayaan ini mulai tumbuh sekitar abad ke 14-18, dan sejak semula amat berkaitan dengan penyebaran agama Islam. Jadi, apabila lapisan asli berkaitan dengan lapisan petani, lapisan India dengan golongan atas, maka lapisan Islam mempunyai jalinan dengan unsur-unsur perdagangan di dalam masyarakat. Keseragaman budaya di antara orang-orang pesisir secara etnis sangat heterogen. Kebudayaan mereka masing-masing merupakan percampuran antara kebudayaan asli dengan kebudayaan Arab dan India Selatan. Islam masuk ke Indonesia melalui rute yang tidak langsung, ia telah menglami “penyaringan” dan “penggodogan” oleh pengalaman-pengalaman religius orang-orang Persia dan India, dan oleh karenanya relatif mengandung unsur mistik yang cukup kuat. Hal tersebut justru dapat diterima dengan mudah oleh penduduk Indonesia, bahkan sampai pada titik dirangkul pula ke dalam sinkretisme Jawa. Pada akhir abad ke-15 dan selama abad ke-16, pengaruh Islam semakin meluas, dan berhasil menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia. 12 11 Ibid., hlm. 26-28. 12 Ibid., hlm. 30-31. 9 Intervesi Barat juga memilki peranan penting bagi kebudayaan Indonesia. Perjumpaan yang terus -menerus dengan peradaban barat berhasil membentuk suatu lapisan budaya baru. Pengaruh kebudayaan terbesar adalah, bahwa periode ini merupakan latar belakang bagi lahirnya Republik Indonesia yang modern dan merdeka. Kebudayaan barat dapat dikatakan tidak pernah bersinggungan secara intensif dengan kehidupan rakyat banyak. Weber, dalam bukunya yang amat terkenal, pernah menjabarkan “roh kapitalisme”, yang merupakan keunikan kebudayaan barat, antara lain dalam bentuk: minat yang sungguh-sungguh kepada yang baru, semangat berpetualang dalam mengusahakan hal-hal baru, kesadaran individualism yang dalam, penghargaan yang tinggi kepada materi, dan pemujaan terhadap kerja sebagai suatu “panggilan”. Roh semacam itu tidak dengan begitu saja dapat ditanamkan di tempat lain, ia membutuhkan lahan yang cocok. 13 Seluruh masyarakat Indonesia pada dasarnya terstrukturkan menurut negara- pusat---masyarakat-desa Tichelman atau poros “Negara-Desa” Greetz, dengan lapisan yang amat lemah dan tipis di antara kedua kutubnya. Di sampan itu, pengambil operan beberapa unsur kebudayaan Barat juga mempunyai dampak yang tak dapat dipandang remeh. Abad ke-19 ditandai oleh semakin banyaknya priyayi muda yang menikmati pendidikan Barat, dan di dalam kenyataan mampu meyerap kebudayaan Barat ke dalam diri mereka. 14 13 Ibid., hlm. 38. 14 Ibid., hlm. 37-39. 10 Soekarno mengatakan, bahwa puncak penderitaan bangsa Indonesia adalah perang dengan segala akibatnya, yakni kemiskinan dan kemelaratan. Pada tanggal 1 Maret 1945 pemerintah Jepang meresmikan terbentuknya Badan Penyelidik Usaha- usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI. Tugas dari badan tersebut, adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata pemerintahan dan lain-lain, yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. 15 Melihat dari latar belakang Indonesia pada masa tradisional, Soekarno berusaha memahami dan menggali Pancasila. Gagasan Pancasila disampaikan pertama kali oleh Soekarno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Hari-hari sebelum tanggal 1 Juni 1945, telah terjadi perdebatan yang tajam, mencerminkan perbedaan pendapat di antara golongan sesama anggota BPUPKI yang berjumlah lebih dari 60 orang. 16 Namun perdebatan-perdebatan tersebut berubah, setelah Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya yaitu “Pancasila Dasar Negara Indonesia Merdeka”. Semua perdebatan tersebut seolah menemukan alurnya, dan seperti kelahirannya, dasar negara Indonesia merdeka itu telah melalui 15 A.M.W. Pranarka, Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, Jakarta : Yayasan Proklamasi Centre For Strategic and Internasional Studies, 1985, hlm. 25. 16 Saafroedin Bahar et.al., Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995, hlm. xxv-xxvi. 11 perdebatan sesama anggota BPUPKI. Soekarno juga mengharapkan agar dalam badan perwakilan Indonesia merdeka kelak, demi terciptanya undang-undang yang mencerminkan hati nurani rakyat dengan tak terkecuali. Dasar negara Indonesia, yakni Pancasila tidak pernah menolak perbedaan pendapat, suku, agama, status sosial. Tetapi perbedaan-perbedaan yang beraneka ragam tersebut sebaliknya melebur menjadi satu dalam ikatan persatuan sebagai cermin kepribadian bangsa, yaitu musyawarah mufakat “Bhinneka Tunggal Ika”. 17 Pemikiran Soekarno tentang Pancasila, tidak lepas dari pengaruh pergerakan politik yang telah ada dalam jiwanya. Terutama sejak ia tinggal di rumah pemimpin nasionalis Tjokroaminoto saat Soekarno bersekolah di HBS di Surabaya. Pendidikan yang ia jalani selama bertahun-tahun ini, sebagian besar adalah pendidikan Belanda dan Barat. Di sekolah HBS inilah, sebagai seorang pelajar Belanda dan di rumah yang ditumpanginya tersebut ia mulai berkenalan dengan paham nasionalisme. Paham yang mulai bersemi dan yang berlindung di bawah sayap Marxisme Barat, memiliki ciri suatu ideologi kebebasan. 18 Pengaruh nasionalisme dalam diri Soekarno terus berkembang sampai ia menjadi mahasiswa di Bandung, ia semakin gencar menentang kolonialisme dan imperealisme yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut membuat pemerintah kolonial risau tatkala Soekarno mendirikan partai politik yang dianggap bertujuan untuk merobohkan 17 Soekarno, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Jakarta : Inti Idayu Press-Yayasan Pendidikan Soekarno, 1984, hlm. V. 18 Lambert Giebels, Soekarno Biografi 1901-1950, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001, hlm. 21. 12 pemerintahan Hindia-Belanda. Soekarno menjelma menjadi seorang pemimpin yang ditakuti sekaligus disegani. Pemikiran-pemikiran dan pidato yang ia miliki dituangkan dengan tajam dan luas mengenai keadaan politik internasional dan masyarakat Indonesia dibawah penjajahan asing. 19 Masuknya pemikiran Barat ke Indonesia, telah memberikan dampak yang begitu hebat, di mana munculnya gerakan kebangkitan nasional ditandai oleh berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. BU menghendaki pendidikan rakyat, sehingga dapat terangkatlah harkat, derajat dan martabatnya. 20 Berawal dari pergerakan Budi Utomo inilah, kemudian bermunculan berbagai organisasi lainnya yang memiliki semangat perjuangan bagi perbaikan nasib bangsa Indonesia. Lahirnya Pancasila, adalah buah pemikiran yang luar biasa dari seorang Soekarno. Pemikiran Soekarno mencapai puncaknya pada tahun 1945, ketika ia mengemukakan gagasan tentang dasar Negara di depan sidang umum BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Soekarno telah berjasa besar atas terciptanya dasar negara Pancasila yang masih kita digunakan hingga saat ini. Di mana perumusuan tersebut bertujuan untuk membawa bangsa Indonesia pada arah yang lebih baik. Pancasila menjadi satu-kesatuan dan paham kebangsaan yang mengacu pada perasaan, sikap 19 Soekarno, Indonesia Menggugat, Jakarta: Penerbit S.K.Seno, 1951, hlm. 1. 20 G. Moedjanto, Dari Pembentukan Pax Neerlandica sampai Negara Kesatuan Republik Indonesia, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2003 , hlm. 73-76. 13 mental cinta tanah air, bangsa dan negara serta kesediaan berkorban demi kepentingan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. 21 Paham kebangsaan telah dihayati dan diresapi oleh rakyat Indonesia selama proses pergerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan. Secara konkrit dituangkan sebagai landasan idiil Pancasila dalam landasan konstitusional UUD 1945, dengan Pancasilanya merupakan kesatuan tak terpisahkan. Pancasila merangkum sejelas-jelasnya seluruh subtansi, isi dan esensi dari paham kebangsaan Indonesia. Jika bangsa Indonesia tidak mengacu pada Pancasila dan UUD 1945, merupakan suatu tindakan ahistoris yang mengarah kepada bentuk penyimpangan. 22 Pancasila bagi bangsa Indonesia mengandung berbagai pengertian, antara lain sebagai pandangan hidup bangsa dan ideologi nasional disatu pihak juga sebagai dasar negara Indonesia. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila, selain merupakan konsep kultural juga merupakan konsep politik serta konsep hukum. 23 21 Sejarah Lahirnya Pancasila, Jakarta : Yayasan Pembela Tanah Air YAPETA, 1995, hlm. 3. 22 Ibid 23 Pariata Westra, Pancasila Dalam Empat Pilar Utama Negara-Bangsa Edisi I, Yogyakarta : Pusat Dokumentasi Kepustakaan Balai Pembina Administrasi dan Manajemen, 2011, hlm. 1. 14

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila sebagai dasar falsafah negara? 2. Apa latar belakangnya dan bagaimana pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila? 3. Problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh Soekarno dan bagaimana penyelesainnya? Pada persoalan yang pertama antara lain akan dijelaskan tentang latar belakang Pancasila sebagai dasar falsafah negara, yang di sampaikan Soekarno pada sidang umum Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, pengesahan dasar falsafah negara dan UUD dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Pada persoalan kedua akan dijelaskan pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, yaitu kebangsaan sebagai sila pertama dan Internasionalisme atau perikemanusiaan sebagai sila kedua, mufakat demokrasi sebagai sila ketiga, sila kesejahteraan sosial, dan Ke-Tuhanan sebagai sila keempat dan kelima. 15 Pada permasalahan ketiga akan di jelaskan tentang problem kenegaraan yang dikemukakan oleh Soekarno dan penyelesaiannya tentang dasar negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan dan wilayah negara.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Untuk menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila sebagai dasar falsafah negara. 2. Untuk menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila. 3. Untuk menjelaskan problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh Soekarno dan bagaimana penyelesainnya.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah: a. Bagi Penulis Penulisan ini menjadi suatu makna yang berharga bagi penulis, dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Pancasila. Hal tersebut sangat berguna sebagai pembelajaran dan wawasan penulis supaya mampu mengimplementasikan Pancasila dengan baik sebagai pandangan hidup bangsa. 16 b. Bagi Universitas Sanata Dharma Penulisan skripsi ini, diharapkan melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi, yakni bidang penelitian, skripsi ini diharapkan dapat menambah kekayaan khasanah pustaka sejarah sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pembeljaran sejarah, khususnya mengenai Sejarah pemikiran Soekarno tentang Pancasila 1916-1945. c. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa pendidikan Sejarah untuk mempelajari lebih dalam mengenai sejarah pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila 1916-1945 . Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa.

D. Tinjauan Pustaka

Sumber sejarah pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan pancaindera yang lain atau dengan alat-alat mekanik seperti telepon dan lain-lain untuk mengetahui suatu peristiwa. 24 Sumber primer itu tidak perlu asli asli yang dimaksud di sini adalah bahwa dari sumber yang ada dalam peristiwa tersebut tetapi sumber primer itu hanya harus asli dalam artian kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain, melainkan berasal dari sumber 24 Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, Jakarta : UI Pres, 1969, hlm. 35. 17 pertama. Dengan demikian sumber primer harus dihasilkan oleh seseorang yang sejaman dengan peristiwa yang dikisahkan. 25 Adapun sumber yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah berupa sumber tertulis yang diperoleh melalui buku-buku dan surat kabar. Buku-buku dan surat kabar yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI 26 . Buku yang diterbitkan oleh Sekretariat Republik Indonesia ini, memaparkan tentang awal BPUPKI dibentuk dan proses kerja BPUPKI sendiri. Dimana didalamnya terurai dengan jelas, tentang berlangsungnya sidang-sidang yang dilaksanakan oleh BPUPKI. Dalam sidang-sidang tersebut muncul perdebatan-perdebatan dari para penggagas dasar negara Pancasila hingga terbentuknya UUD 1945. Buku ini digunakan untuk membahas bab II, III dan IV. Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila 27 . Buku ini menguraikan mengenai sejarah perkembangan pemikiran tentang Pancasila sebagai ideologi, dasar negara dan sumber hukum. Pemikiraan-pemikiran tentang Pancasila mempunyai sejarah perkembangannya, di mana Pancasila merupakan hal yang fundamental bagi 25 Ibid., hlm. 35-36. 26 Saafroedin Bahar., et.al., Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995. 27 Buku ini merupakan disertasi yang ditulis oleh A.M.W. Pranarka, yang memberikan dokumentasi lengkap mengenai pemikiran dan pengkajian tentang Pancasila. Dan diterbitkan oleh Yayasan Proklamasi Centre For Strtegis and Internasional Studies Jakarta, pada tahun 1985. 18 Indonesia. Bagian Heuristik dalam buku ini mengungkapkan konteks sejarah dari sumber-sumber pemikiran mengenai Pancasila itu. Penggambaran sejarah perkembangan pemikiran mengenai Pancasila sebagai suatu Ideen Geschichte. Disini dikemukakan pendapat-pendapat dan latar belakang berbagai aliran yang ikut membentuk sejarah pemikiran Pancasila. Memuat suatu analisa kritis atas sejarah perkembangan pemikiran suatu ideologi Pancasila dalam eksistensi, esensi maupun operasionalisasi Pancasila. Buku ini digunakan untuk membahas bab II dan bab III. mengenai Pancasila disampaikan dalam sidang umum BPUPKI dan perdebatan- perdebatan penganut ideologi yang berbeda-beda. Pancasila Sebagai Dasar Negara 28 , buku yang diterbitkan oleh Inti Idayu Press. Buku ini mengupas tentang bagaimana sosok Soekarno sebagai penggali Pancasila. Soekarno percaya bahwa Pancasila merupakan dasar negara republik Indonesia yang mampu menjadi alat pemersatu bangsa. Pemikiran Soekarno dipengaruhi oleh wawasan barat, dimana ia membandingkan perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai suatu kemerdekaan. Soekarno menguraikan mengapa ia menggali Pancasila sebagai dasar negara dan juga tentang arti, inti dari sila-sila yang terdapat dalam Pancasila itu sendiri. Buku ini digunakan untuk membahas bab III, tentang penjelasan Soekarno tentang Pancasila, yang bukanlah hasil renungan 28 Buku ini merupakan kumpulan kursus tentang Pancasila oleh presiden Soekarno di Istana Negara, Jakarta pada tanggal 26 Mei, 5 Juni, 16 Juni, 22 Juli, dan 3 September 1958. Serta kuliah umum pada seminar Pancasila di Yogyakarta tanggal 21 Februari 1959 dan pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945.