Internasionalisme atau Perikemanusiaan LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SOEKARNO
131
Dengan demokrasi, diharapkan masyarakat Indonesia mampu meletakkan segala sesuatu di atas kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Maka demokrasi
yang harus dijalankan adalah demokrasi Indonesia sendiri, dengan demikian kita dapat menyelenggarakan apa yang menjadi amanat penderitaan daripada
rakyat Indonesia. Demokrasi bukan hanya sekedar teknis, tetapi satu alam jiwa pemikiran dan perasaan kita.
27
Musyawarah atau demokrasi digali dari peradaban atau kebudayaan bangsa Indonesia sendiri, gotong royong dan semangat kekeluargaan,
musyawarah untuk mufakat.
28
proses pengambilan keputusan mengenai segala sesuatu merupakan tradisi dari nenek moyang “musyawarah untuk mufakat”.
Musyawarah mengenai segala sesuatu adalah suatu praktek yang berlaku di mana-mana. Di mana orang memiliki kebebasan berbicara dan didengarkan.
Setelah menjalani proses yang lama, suatu keputusan biasanya bisa diambil. Dalam keputusan tersebut tidak seorang pun yang pendapatnya sepenuhnya
diterima, tetapi juga tak seorangpun pendapatnya sepenuhnya ditolak, Karena semuanya merasa tertampung.
29
Demokrasi dalam diri Soekarno, sudah mulai terbentuk ketika ia telibat percakapan dengan tokoh-tokoh SI saat ia tinggal di rumah
Tjokroaminoto. Dari percakapan-percakapan mengenai kapitalisme Belanda,
27
Soekarno., Pancasila Sebagai Dasar Negara, Jakarta : Inti Idayu Press-Yayasan Pendidikan Soekarno, 1984, hlm. 95-106.
28
Panitia Lima., Uraian Pancasila di Lengkapi dengan Dokumen Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, Jakarta : Penerbit Mutiara, 1980, hlm. 45.
29
Eka Darmaputera., Pancasila Identitas dan Modernitas Tinjauan Etis dan Budaya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987, hlm. 25.
132
Soekarno mulai meresapkan percakapan politik tersebut. Bahkan ia tak segan- segan untuk mengajukan pertanyaan pada salah seorang tokoh yang ada,
seperti Alimin, maupun Tjokroaminoto sendiri. Percakapan-percakapan tersebut terus dipupuknya hingga menjadi suatu bentuk musyawarah. Pada
akhirnya Soekarno terlibat dalam perkumpulan politiknya yang pertama, dimana ia menjadi bagian dari Tri Koro Dharmo pada tahun 1920. Beserta
anggota-anggotanya ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan mengembangkan kebudayaan asli. Berkaca dari kegiatan yang Soekarno
jalani, dapat dipastikan ia telibat percakapan, berpendapat, perbedaan, perdebatan dan mencari solusi dalam setiap permasalahan yang ada di dalam
organisasi tersebut. Dari hal-hal tersebut kita bisa melihat, bahwa di dalamnya telah terjadi musyawarah atau demokrasi antar anggota.
30
Dalam prakteknya, mulai nampak pada tahun 1927 ketika Soekarno bersama-sama dengan Dr. Tjipto Mangukusumo, Budiarto, Iskaq
Tjokrohadisurojo dan Sunarjo bersama- sama membentuk suatu persiapan untuk mempelajari dan mempertimbangkan pembentukan suatu organisasi.
Mereka lebih banyak berkumpul secara informal bersama-sama teman dekat untuk mempelajari dan mempertimbangkan pembentukan suatu organisasi.
Walau sedikit ditentang oleh tokoh senior mereka Dr. Tjipto Mangunkusumo yang berusaha memperingatkan bahaya tindakan pemerintah Hindia Belanda
yang menindas suatu partai nasional yang khusus diorganisasi untuk itu.
30
Cindy Adams., op.cit., hlm. 54-56.
133
Tetapi anggota yang lain memutuskan untuk jalan terus, hingga akhirnya terbentuklah PNI. Pada hakikatnya hal ini merupakan inisiatif kelompok basis
Indonesia, meskipun gagasan mengenai organisasi nasionalis yang baru telah lebih dulu didiskusikan dikalangan mahasiswa-mahasiswa Indonesia di negeri
Belanda. Pembentukan sebenarnya berasal dari hasil kerja kelompok studi daripada Perhimpunan Indonesia.
31
Musyawarah mufakat menjadi sikap sosial yang ditandai oleh kuatnya adat, nilai yang dijunjung tinggi adalah kebersamaan didalam tindakan
gotong-royong, maupun dalam pengambilan keputusan itu sendiri dengan tujuan menjaga serta memelihara keserasian hubungan dalam kelompok.
32
musyawarah mufakat merupakan kepribadian bangsa Indonesia, tradisi ini menjadi kekuatan bangsa Indonesia yang berusaha dikembangkan dalam
Pancasila. Musyawarah atau demokrasi diharapkan oleh Soekarno supaya dapat menjembatani segala perbedaan-perbedaan, berkompromi dan
mengungkap pendapat atau usulan untuk kebaikan semua pihak. Dan pada akhirnya demokrasi yang akan membawa permusyawaratan pada Dewan
Perwakilan Rakyat.
33
31
Legge John .D., op.cit., hlm. 110.
32
Eka Darmaputera., op.cit., hlm. 41-42.
33
Panitia Lima., op.cit., hlm. 33.
134