151
menolak. Bahkan akan mendukung dengan segenap kemamapuan saya curahkan demi berdirinya pemerintahan negara Indonesia dalam bentuk republik.
19
Sementara itu Muhammad Yamin memaparkan pendapatnya tentang bentuk pemerintahan negara Indonesia lebih mengedepankan republik. Hal ini
tidak bisa dilepaskan dari pengalaman pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang memasuki pintu gerbang kemerdekaan. Oleh karena itu kita harus segera
mewujudkan syarat dan sifat negara kita, yaitu: suatu negara yang merdeka yang didalamnya ada pembagian kekuasaan rakyat. Hal ini hanya terdapat dalam bentuk
republik. Republik merupakan bentuk yang sempurna dan memberikan jaminan kepada bangsa Indonesia dan tanah airnya. Adapun alasan Muhammad Yamin
lebih mengedepankan bentuk republik ini tidak dapat dilepaskan dari tigal utama yaitu:
1 Adanya keyakinan bahwa rakyat Indonesia menghendaki republik dan
republiklah yang memberikan yang jiwa kepada bangsa Indonesia, bukannya bentuk lain yang manapun.
2 Sebagai seorang nasionalis, hendak mengeluarkan perasaan rakyat terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, agar memerintah, supaya pemerintahan negara kita dijalankan secara musyawarah atau perundingan, dengan pembagian kekuasaan.
Dan hal ini hanya dapat dilaksanakan dalam suatu negara yang tersusun dalam
19
Saafroedin Bahar et.al., Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,
Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995, hlm. 108-109.
152
bentuk republik yang dikepalai oleh kepala negara yang dipilih oleh badan permusyawaratan rakyat.
3 Negara kita didirikan tidaklah hanya menurut syarat kebangsaan, kemauan
rakyat dan perintah agama. Melainkan juga untuk mencukupi syarat-syarat dunia internasional, yaitu untuk mendapatkan bentuk yang jelas supaya dapat
status internasional yang sempurna.
20
Muhammad Yamin dengan tegas memilih bentuk republik. Kemudian ia meminta kepada pimpinan sidang untuk segera mengambil keputusan mengenai
bentuk pemerintahan negara Indonesia karena situasinya mendesak. Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cara pegambilan suara terbanyak. Peserta
sidang hanya mempunyai dua pilihan tentang bentuk pemerintahan negara Indonesia yaitu republik atau kerajaan. Pada akhirnya ketua sidang menyetujui
pendapatnya Muhammad Yamin. Kemudian dilaksanakan pemungutan suara dengan hasil republik mendapatkan suara mayoritas yaitu dengan selisih suara 55 :
9. Soekarno kemudian menanyakan kepada ketua sidang, jadi keputusan sidang panitia menetapkan republik? Sudah jelas bahwa republik yang dipilih menjadi
bentuk pemerintahan negara Indonesia.
20
Ibid., hlm. 113.
153
D. Sistem Pemerintahan
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 terdapat banyak gagasan yang diungkapan oleh segelintir elit politik dengan pokok bahasan mengenai
sistem pemerintahan. Dalam sidang tersebut, Soepomo menghendaki adanya suatu jaminan bagi pimpinan negara terutama kepala negara terus menerus bersatu
dengan rakyat. Ia menghendaki susunan pemerintahan Indonesia harus dibentuk sistem badan permusyawaratan. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni
1945 mengungkapkan pendapatnya bahwa secara implisit menolak lembaga legislatif seperti negara Amerika Serikat. Walaupun ia mengkritik demokrasi
model lembaga legislatif di Amerika Serikat, namun bukannya berarti ia setuju dengan praktik sistem pemerintahan parlementer. Pada tanggal 15 Juli 1945,
Muhammad Yamin mengusulkan agar kementrian baik secara keseluruhan maupun perorangan bertanggungjawab kepada dewan perwakilan.
Walaupun anggota BPUPKI cenderung menolak pembentukan negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer menurut pola Barat. Dan semua pihak
mengutamakan sistem musyawarah mufakat yang asli Indonesia. Kekuasaan tertinggi berada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang akan bersidang
sekali dalam lima tahun, dan di mana sedapat mungkin semua golongan dan lapisan yang penting dalam masyarakat akan diwakili. Majelis akan memilih
presiden, yang akan diberi kekuasaan yang hampir tak terbatas selama lima tahun, dan hanya bertanggung jawab kepada Majelis itu. Sebuah Dewan Perwakilan
Rakyat yang biasa akan berfungsi memberikan pertimbangan. Presiden tidak
154
terikat untuk mengikuti pertimbangan-pertimbangannya, tetapi parlemen yang hanya memberikan pertimbangan itu akan diwakili sepenuhnya dalam Majelis
Permusyawaratan Rakyat, dengan demikian ikut memegang kekuasaan tertinggi. Presiden mengangkat menteri-menteri yang hanya bertanggung jawab
kepadanya.
21
Maka pada tanggal 18 Agustus 1945, sistem pemerintahan Indonesia disetujui menganut sistem presidensial dan disahkan oleh PPKI. Ada alasan pokok
yang mendasari pemilihan sistem pemerintahan presidensial antara lain: 1
Indonesia memerlukan kepemimpinan yang kuat, stabil dan efektif untuk menjamin keberlangsungan eksistensi negara Indonesia yang baru
diproklamasikan. Para pendiri bangsa meyakini bahwa model kepemimpinan negara yang kuat dan efektif hanya dapat diciptakan dengan memilih sistem
pemerintahan presidensial di mana presiden tidak hanya berfungsi sebagai kepala negara, tetapi sekaligus sebagai kepala pemerintahan.
2 Karena alasan teoritis, yaitu alasan yang terkait dengan cita negara staatsidee,
terutama cita negara integralistik pada saat pembahasan UUD 1945 dalam sidang BPUPKI. Sistem pemerintahann presidensial diyakini amat kompatibel
dengan paham negara integralistik. 3
Pada awal kemerdekaan presiden diberi kekuasaan penuh untuk melaksanakan kewenang-wenangan DPR, MPR, dan DPA. Pilihan pada sistem presidensial
dianggap tepat dalam melaksanakan kewenangan yang luar biasa. Dengan
21
Bernhard Dahm, op.cit., hlm. 364-365.