Kebangsaan LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SOEKARNO
117
membayangkan pemikir-pemikir yang sedang marah selagi berpidato dan meneriakkan semboyan-semboyan seperti “persetan dengan penindasan” dan
“hidup kemerdekaan”. Hatinya seakan menyala-nyala dan mulai mempraktikannya dengan berdiri diatas meja dengan emosional yang tinggi.
6
Melalui Tri Koro Darmo, yang kemudian namanya di ubah menjadi Jong Java, Soekarno memiliki pergaulan sosial yang berlandaskan kebangsaan. Di
mana dalam perkumpulan tersebut ia dan kawan-kawannya membaktikan diri untuk mengembangkan kebudayaan asli seperti mengajarkan main gamelan
dan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial.
7
Setelah menyelesaikan pendidikan HBS di Surabaya selama 5 tahun pada tahun 1921, Soekarno meninggalkan Surabaya dan menuju Bandung. Di
sana ia tinggal di rumah Haji Sanusi, untuk kembali meneruskan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi Technische Hoogeschool. Menurut
Soekarno kota Bandung memiliki warna ideologi yang khas. Sebab di kota Bandung ini telah berkembang pemikiran bahwa tujuan pergerakan adalah
kemerdekaan penuh untuk tanah air Indonesia. Gagasan-gagasan tersebut dikembangkan oleh Indische Partij yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada pemikiran-pemikiran Soekarno selanjutnya. Di Bandung pula ia berkenalan dengan tokoh-tokoh nasionalis sekuler, seperti Douwes Dekker,
Dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Soekarno begitu
6
Ibid., hlm. 52-53.
7
Ibid., hlm. 56.
118
terkesan dengan cara Douwes Dekker dalam mendekati situasi Hindia Belanda untuk kemudian memperkenalkan cara pandangnya meraih
kemerdekaan secara penuh untuk tanah air Indonesia. Pandangan tersebut menjadi kesimpulan tersendiri bagi Soekarno dalam menunjukkan
kesetiaannya kepada tanah air dan bersedia berjuang untuk memperoleh kemerdekaannya. Pengaruh pemikiran semacam itu sangat terasa pada diri
Soekarno dan pada kemudian hari berkembang menjadi aliran utama dalam pemikiran nasionalisme Indonesia, hal tersebut akan terlihat jelas pada
gagasan dan pemikiran politik Soekarno.
8
Terutama dari Dr. Tjipto Mangunkusumo, ia mengambil suatu pelajaran penting, di mana ia memiliki keberanian untuk mempertahankan keyakinan
dan berjuang untuk tanah air kaum Pandawa. Pada diri Tjipto Mangunkusumo, Soekarno menemukan kembali kepercayaan kepada Ratu
Adil. Ketiga orang tersebut memimpin Indische Partij yang radikal, sebagian besar anggotanya adalah orang-orang Indo-Eropa dan merupakan satu-satunya
partai yang lebih banyak berpikir dalam rangka nasioanalisme Indonesia daripada dalam Islam, Marxisme, atau ukuran-ukuran suku bangsa yang
sempit. Di dalam ide-ide mereka Soekarno menemukan pembenaran bagi suatu bentuk nasionalisme yang tidak mengandung komitmen tertentu
terhadap Islam, teori perjuangan kelas, maupun kaitan formal dengan kelompok etnik tertentu. Pada diri Ki Hadjar Dewantara, Soekarno belajar
8
Peter Kasenda.,op.cit., hlm. 18-20.
119
tentang sistem sekolah Taman Siswa, yang dimulai dimulai pada tahun 1922, menolak Islam pembaharu dan memakai kebudayaan Jawa sebagai dasar
filosofis bagi ciri nasional baru. Hal ini mendapat tanggapan postif di dalam pemikiran Soekarno. Menurutnya cara kaum abangan Jawa, dan terutama
golongan atas di antara mereka itu, meyerap ide-ide Hindu, Buddha, Islam, dan Barat ke dalam suatu sintesis yang unik yang mereka anggap memuaskan,
tampaknya menjadi model bagi seluruh bangsa Indonesia.
9
Pengaruh-pengaruh dan gagasan-gagasan yang telah diterima oleh Soekarno, menjadi suatu perjalanan panjang dalam kehidupan politiknya.
Tahapan dan proses yang telah ia lewati menjadikannya peka terhadap tujuan kolonial. Soekarno menyerukan nasionalisme dan persatuan demi kepentingan
nasionalisme itu sendiri yang mengandung arti bahwa doktrin-doktrin untuk tidak menyerah dengan perjuangan sosial masyarakat Indonesia, menolak
kekuasaan penjajahan secara radikal. Soekarno terlibat mendirikan Algemeene Studi Club di kalangan mahasiswa pada tahun 1926, organisasi ini nyata-nyata
bersifat politis dengan kemerdekaan untuk Indonesia sebagai tujuannya. Di dalam gerakan ini Soekarno melihat adanya bukti bahwa yang terpenting
adalah dicapainya persatuan. Nasionalisme itu muncul sebagai satu gagasan yang mempersatukan yang berangsur-angsur menjadi penting. Pandangan
demikian itu bukan hanya mengenai kemerdekaan tetapi juga mengenai
9
M.C. Ricklefs., Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1991, hlm. 276- 277.
120
tatanan politik yang berlandaskan rasa kepribadian nasional, dimana nasionalisme telah menyajikan suatu rasa kesetiaan yang mungkin dapat
menyampingkan ikatan-ikatan keluarga, rasa kesukuan atau ikatan tradisional lainnya.
Dengan dibentuknya Algemeene Sudie Club di Bandung, semakin meyakinkan Soekarno mengutuk eksklusive dan chauvinisme nasionalisme
Eropa serta mempertentangkannya dengan nasionalismenya sendiri yang berlandaskan cinta kasih seluruh umat manusia.
10
Soekarno melihat penduduk bumiputra sebagai suatu kelompok sebenarnya yang tidak terbagi-bagi dalam
kedudukan sosial, tetapi terbagi dalam aliran serta ideologi. Keisyafan dan tragic itu pulalah yang sekarang menjadi nyawa pergerakan rakyat di
Indonesia.
11
Soekarno mengenal aspek kolonial dengan kondisi-kondisi di Eropa yang tidak asing baginya. Ia meyakini, bahwa apa yang ia ketahui
mempunyai warna ideologi yang kuat seperti Marxis sejati, di mana ia melihat dan merasakan mengenai rakyat yang diperas dan menderita, mengenai tirani
kaum kapiltalis, mengenai pertentangan yang tak dapat diperdamaikan di antara kelas-kelas, serta kemenangan yang sebentar lagi akan di capai.
12
Soekarno menyadari bahwa bangsa tidak ditentukan oleh ras, bahasa atau agama atau pun perbatasan wilayah. Perjuangannya lepas dari teori Islam
maupun Marxis tentang revolusi sosial, yang memberikan tekanan kepada
10
Legge John .D., Sukarno Sebuah Biografi Politik, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm. 98.
11
Peter Kasenda.,op.cit., hlm. 24.
12
Bernard Dahm., op.cit., hlm. 75.
121
keutamaan perjuangan politik untuk mencapai kemerdekaan dan mengabaikan masalah-masalah mengenai bentuk negara dan tipe masyarakat yang akan
dibangun jika merdeka nanti. Hal tersebut mencerminkan suatu konsepsi nasionalis yang murni dibandingkan dengan konsepsi-konsepsi nasionalisme
yang berlaku sebelumnya di Indonesia. Dalam penggarapannya mengenai nasionalisme telah membawanya untuk menggali sumber-sumber intelektual
yang bermacama-macam. Soekarno mengenali semua aliran politik dalam pergerakan Indonesia dan ia menciptakan suatu konsep ideal dengan
menciptakan persatuan tanpa harus saling berhadapan dengan perlawanan dari pihak manapun. Didalam Algeemeene Studie Club, yang menerbitkan
majalahnya sendiri Indonesia Muda, Soekarno memaparkan pemikiran- pemikirannya yang semakin matang melalui sebuah karangan “Nasionalisme,
Islam dan Marxisme”. Melalui pemikirannya Soekarno berusaha mensejajarkan Nasionalisme,
Islam dan Marxisme dan tujuannya adalah menempatkan orang Islam dan Marxis di bawah Nasionalis. Ia menginginkan agar orang-orang Islam dan
Marxis bersekutu dengan orang-orang nasionalis dan bersama-sama menjadi satu roh yang besar, roh persatuan. Soekarno menghimbau pada masing-
masing aliran untuk membenamkan perbedaan-perbedaan antara mereka dan bersama-sama bekerja untuk meraih kemerdekaan. Nasionalis yang menolak
bekerja dengan kaum Marxis, adalah keliru memahami perkembangan sejarah. Asal-usul Marxisme di Indonesia sama halnya dengan asal-usul
122
nasionalisme, suatu perlawanan yang sama terhadap penindasan. Kaum muslimin, pada gilirannya hendaknya mengatasi rasa takutnya terhadap
Marxisme dan mengakuinya sebagai sekutu. Kapitalisme, musuh kaum Marxis, juga musuh Islam dan taktik Marxis, yang baru ialah bekerjasama
dengan gerakan-gerakan nasionalisme Islam sejati. Dalam pemikiran Soekarno ketiga aliran itu memiliki status yang sama dan bukan saja hanya
saling melengkapi, tetapi mengandung pengertian bahwa nasionalisme adalah arus sentral. Karena Islam adalah agama kaum yang tertindas, maka pemeluk
Islam haruslah nasionalis. Karena modal di Indonesia adalah modal asing maka kaum Marxis yang berjuang melawan kapitalisme haruslah pejuang
nasionalis. Tujuannya adalah persatuan antara Nasionalisme, Islam dan Marxisme, tetapi isi nasionalisme dalam Islam dan Marxislah yang
memungkinkan persatuan itu. Nasionalisme adalah ideologi yang merangkum, yang dapat menyalurkan aliran-aliran yang berbeda itu ke dalam satu arus.
Pada usia 20 tahun, Soekarno mengenalkan istilah Marhaenisme. Marhaen, adalah sebutan bagi rakyat kecil yang mandiri memperjuangkan
hidupnya dengan tenaga, pikiran, alat-alat sendiri demi kebutuhan hidupnya agar terpenuhi, yang pada kenyataannya masih kekurangan. Walau hidup
dalam kemelaratan ia tetap tidak mengeluh dan terus berusaha dengan baik. Marhaenisme adalah sosialisme Indonesia dalam praktek dan penemuan
123
kembali kepribadian nasional Indonesia.
13
Marhaen adalah lambang bagi kaum yang lemah, sengsara dan tertindas akibat kekejaman imperealisme
selama berabad-abad, namun tetap berusaha hidup mandiri dan mengupayakan hidup bagi keluarganya.
Dalam buku otobiografinya yang berjudul Bung Karno penyambung lidah rakyat Indonesia. Soekarno mengatakan bahwa ia sudah memiliki
pegangan dalam bidang politik, dan dimana ia berkumpul selalu menjadi buah bibir. Atas keyakinan tersebut, dan berkat dukungan dari teman-temannya di
Algemeene Studie Club pada tahun 1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia PNI. Tujuan dari PNI adalah kemerdekaan sepenuhnya sekarang.
Soekarno dan para kader-kadernya membawa PNI kearah yang radikal, ia merasa tak perlu seperti partai-partai sebelumnya yang berusaha
menyembunyikan tujuannya supaya Belanda tak mengganggu mereka, baginya kemerdekaan harus dicapai sekarang, tidak perlu di sembunyikan
tanpa tedeng aling-aling
14
. Di bawah PNI, Soekarno selalu mengadakan rapat- rapat dan berpidato, dalam pidatonya ia selalu menggugah serta
membangkitkan jiwa dan semangat “heroisme dan patriotisme” di kalangan rakyat. Dalam kesempatannya berpidato ia selalu senantiasa menanamkan
jiwa nasionalisme kepada seluruh rakyat Indonesia, oleh karena Soekarno berkeyakinan, bahwa hanya dasar kebangsaanlah perjuangannya akan dapat
13
Cindy adams., op.cit., hlm. 85.
14
Ibid., hlm. 106.
124
berhasil dan cita-citanya untuk kemerdekaan Indonesia dapat tercapai.
15
Sikap Soekarno yang berani dan radikal dalam tubuh PNI, dianggap oleh pemerintah
kolonial sebagai pemberontakan, hal tersebut pun diakui oleh Soekarno bahwa ia adalah seorang pemberontak dan PNI sebagai tentara pemberontak.
16
Kehadiran Soekarno di tengah-tengah rakyat dengan pidato yang berapi-api sangat mendapat perhatian dari rakyat, dan menjadi ketakutan sendiri bagi
pihak kolonial, oleh karena pengaruh Soekarno yang begitu besar, maka ia tidak pernah lolos dari intaian dan incaran pihak pemerintah kolonial.
17
Di bawah bendera PNI, Soekarno semakin membentangkan aksi-aksi politiknya. Di mana ia menjadi bagian dalam memprakarsai berdirinya
Pemufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia PPPKI. PPPKI sendiri dibentuk pada bulan Desember tahun 1927,
merupakan front persatuan organisasi-organisasi kaum nasionalis yang beranggotan PNI, Sarekat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Sumatra Bond,
Kaum Betawi dan kelompok studi dr. Sutomo. Unsur yang mengikat mereka adalah mencapai persatuan nasional dan keinginan untuk merdeka.
18
Aktivitas-aktivitas Soekarno dalam tubuh PNI dan PPPKI semakin lama semakin tumbuh dengan pesat. Pemerintah kolonial merasa aksi-aksi
Soekarno memiliki tujuan untuk merobohkan kekuasaan kolonial dengan
15
Solichin Salam., Bung Karno Putera Fajar, Jakarta: Gunung Agung, 1986, hlm. 53.
16
Cindy Adams., op.cit., hlm. 107.
17
Solichin Salam., op.cit., hlm. 54.
18
Lambert Giebels., op.cit., hlm. 86-87 ; Legge John .D., op.cit., hlm. 113.
125
kekerasan dan mereka semakin mencurigai setiap aksi Soekarno. Maka pada tahun 1930 Soekarno dan beberapa temannya di tangkap atas tuduhan
pemberontakan terhadap pemerintah kolonial. Di hadapan pengadilan kolonial, ia melakukan pembelaannya. Di mana
ia mengecam imperealisme dan kapitalisme kolonial yang menyebabkan penderitaan dan kemiskinan bangsa Indonesia. Pleidoinya tersebut kemudian
di bukukan dibawah judul “Indonesia Menggugat”. Di kota Bandung Soekarno mulai memimpin pergerakan politiknya yang bersasakan
“nasionaliosme”. Nasionalisme itu dalam hakikatnya mengecualikan segala pihak yang
tak ikut mempunyai keinginan hidup menjadi satu dengan rakyat, walaupun nasionalisme itu sesungguhnya mengecilkan segala golongan yang tak merasa
satu golongan, satu bangsa dengan rakyat. Nasionalis sejati yang cintanya pada tanah air itu bersendi pada pengetahuan atas susunan ekonomi-dunia dan
riwayat. Bukan semata-mata timbul dari kesombongan belaka, nasionalis yang bukan chauvinis, haruslah menolak segala paham pengecualian yang sempit
budi. Nasionalis yang sejati, nasionalisnya itu bukan semata-mata meniru nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan
kemanusiaan. Nasionalis yang menerima rasa nasionalismenya sebagai suatu wahyu dan melaksanakan rasa itu sebagai bakti agar terhindar dari paham
yang sempit. Menurut Soekarno nasionalis Indonesia, adalah nasionalis ke- Timuran, nasionalisme yang membuat kita menjadi perkakasnya Tuhan dan
126
membuat kita hidup didalam roh. Kita menyadari, bahwa kaum pergerakan nasional Indonesia, bukannya menjadi abdi atau hamba dari pada negeri
tumpah darah kita, akan tetapi kita juga merasa menjadi abdi bagi Asia, bagi kaum yang sengsara dan abdi hamba dunia. Terutama bangsa kita Indonesia.
Bukan nasionalisme yang ke Barat-baratan, begitu agresif dan selalu menyerang yang mengejar materi dan mementingkan diri sendiri.
19
Nasionalisme sangat penting bagi Soekarno, karena menurutnya dasar filsafat Indonesia merdeka adalah nasionalismekebangsaan, dan pada akhirnya ia
tuangkan menjadi prinsip pertama dalam Pancasila pada sidang Umum Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI.
20
Paham kebangsaan mengandung arti positif, di mana kita akan mampu membangunkan kultur kepribadian kita dengan sebaik-baiknya secara sehat,
kita bisa menjadi suatu bangsa yang hidup bersaudara dengan bangsa-bangsa yang lain, dengan tetap berpegang teguh pada kepribadian sendiri dengan
kulturtradisi sendiri. Rasa kebangsaan adalah rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
21
Kebangsaan yang menghendaki satu Nationale Staat, meliputi seluruh kepulauan Indonesia. Bukan daerah yang berdiri sendiri-
sendiri, seluruh pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan Sunda dan Sulawesi melebur menjadi satu dan menjadi sebuah negara. Soekarno mengatakan,
19
Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi Jilid I, Jakarta : Panitia Penerbit di Bawah Bendera Revolusi jilid I,1965, hlm. 76.
20
Peter Kasenda., op.cit., hlm. 99.
21
Departemen Penerangan, Tjamkan Pantja Sila Pantjasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: Pradnja Paramita,1964, hlm. 114.
127
bahwa Indonesia satu kelompok kepulauan di khatulistiwa, dibatasi oleh lautan sekeliling dan dipagar oleh dua benua, daratan Asia dan Australia, dan
didiami oleh oleh satu bangsa dari satu keturunan. Soekarno menggunakan dalil-dalil teori Geo- politik ciptaan Karl Haushofer tentang Blut-und-Boden.
Teori tersebut sangat menarik bagi kaum nasionalis Asia dan Indonesia khususnya untuk membela cita-cita kemerdekaan, persatuan bangsa dan tanah
air. Bangsa Indonesia bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup di daerah yang kecil, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia yang tinggal
di pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatra sampai Irian, karena antara manusia Indonesia sudah terjadi “character gemeischaft” dan telah menjadi
satu. Indonesia harus menuju dan mendirikan Nationale Staat, diatas kesatuan bumi Indonesia.
22