Sidang Pengesahan Dasar Falsafah Negara dan UUD

101 di sini harus menandatangani naskah itu, cukuplah dua orang saja yang menandatanganinya atas nama rakyat Indonesia yaitu Soekarno- Hatta. 94 Dengan disetujinya usul Soekarni oleh seluruh anggota sidang, maka Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah itu berdasarkan naskah tulisan Soekarno, disertai dengan perubahan-perubahan yang telah disetujui. Sayuti Melik segera mengetik naskah daripada rumusan Proklamasi. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah itu, yakni kata-kata “tempoh” diganti menjadi “tempo” sedangkan “wakil-wakil bangsa Indonesia”. Demikian pula perubahan terjadi pada cara penulisan tanggal, yaitu “Jakarta 17-805” menjadi “Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05”. Dengan perubahan tersebut maka naskah yang sudah diketik segera ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta. pada bagian akhir diganti dengan “Atas nama Bangsa Indonesia”. 95 94 Mohammad Hatta, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, Jakarta: Tintamas, 1982, hlm. 52. 95 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, op.cit., hlm. 86. 102 Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi, Soekarno membacakan Proklamasi. Upacara Proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Setelah Proklamasi dibacakan dan bendera nasional Sang Merah Putih dinaikkan sebagai tanda bangsa Indonesia sudah merdeka, benegara, berdaulat, serta lagu Indonesia Raya dinyanyikan, rakyat bersorak dan gembira. 96

b. Menjelang Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI

Sehari sebelum pelaksanaan sidang PPKI, tepatnya pada sore hari setelah Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Mohammad Hatta menerima telepon dari tuan Nijyijima, pembatu Admiral Maeda menayakan dapatkah menerima seorang opsir kaigun angkatan laut, karena ia mau mengungkapkan suatu hal yang penting bagi Indonesia. Demikian pernyataan Hatta: “……..Nijyijima sendiri akan menjadi juru bahasanya. Saya persilahkan mereka datang. Opsir itu saya lupa namanya datang sebagai utusan kaigun untuk memberitahukan dengan sungguk- sungguh, bahwa wakil Protestan dan Katolik dalam daerah yang dikuasai oleh angkatan laut Jepang, berkeberatan sangat terhadap bagian kalimat dalam pembukaan Undang-undang Dasar, yang berbunyi “Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Mereka mengakui, bahwa kalimat itu tidak mengikat mereka, hanya mengenai rakyat yang beragama Islam. Tetapi tercantumnya ketetapan seperti itu di dalam suatu dasar yang menjadi pokok Undang-undang Dasar berarti mengadakan diskriminasi terhadap mereka golongan minoritas. Jika “diskriminasi” itu dtetapkan juga, mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia. Saya katakana bahwa bukan itu suatu diskriminasi, sebab penetapan itu hanya mengenai rakyat yang beragama Islam. Waktu merumuskan Pembukaan Undang-undang Dasar itu, Maramis yang ikut serta dalam panitia Sembilan, tidak mempunyai keberatan apa- 96 Mohammad Hatta, op.cit., 1978. hlm. 454. 103 apa dan pada tanggal 22 Juni ia ikut menandatanganinya. Opsir tadi mengatakan bahwa itu adalah pendirian dan perasaan pemimpin- pemimpin Protestan dan Katolik dalam daerah pendudukan kaigun. Mungkin waktu itu Maramis Cuma memikirkan bahwa kalimat tersebut berlaku hanya untuk rakyat Islam yang 90 jumlahnya dan tidak mengikat rakyat Indonesia yang beragama lain…….setelah terdiam sebentar, sayaa katakana kepada opsir itu, bahwa esok hari dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan akan saya kemukakan masalah yang sangat penting itu”. 97 Begitu seriusnya hal tersebut, maka pada tanggal 18 Agustus 1945, sebelum sidang Panitia Persiapan dimulai. Mohammad Hatta mengajak Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo dan Teuku Hasan mengadakan suatu rapat pendahuluan untuk membicarakan masalah itu. 98 “Supaya kita jangan pecah sebagai bangsa, kami mufakat untuk menghilangkan bagian kalimat yang menusuk hati kaum Kristen itu dan menggantinya dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Apabila suatu masalah yang serius dan bisa membahayakan keutuhan negara dapat diatasi dalam sidang kecil yang lamanya kurang dari 15 menit, itu adalah suatu tanda bahwa pemimpin-pemimipin tersebut di waktu itu benar-benar mementingkan nasib dan persatuan negara”. 99 Mohammad Hatta menyatakan bahwa, semangat Piagam Jakarta tidak lenyap dengan menghilangkan perkataan “Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dan menggantinya dengan “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa”. 100 Perubahan tersebut, tentu saja menimbulkan reaksi penolakan terutama dari golongan Islam, seperti A. Kahar 97 Mohammad Hatta, op.cit., 1982. hlm. 58-59. 98 Mohammad Hatta, op.cit., 1983. hlm. 202;Mohammad Hatta, op.cit.,1978. hlm. 457. 99 Mohammad Hatta, op.cit., 1982. hlm. hlm. 60. 100 Ibidem. 104 Muzakkir 101 dan Ki Bagus Hadikusumo, 102 yang telah memberikan jasa pengorbanan begitu besar, baik dalam memperjuangkan maupun dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jasa para nasionalis Islam dalam merumuskan formula resmi pertama Pancasila dalam bentuk Piagam Jakarta. 103 Letak pengorbanan nasionalis Islam adalah tidak mengadakan perlawanan dan tantangan, karena jiwa toleransi mereka. 104 Reaksi positif ditunjukkakan oleh Teuku .M. Hasan, hal tersebut dapat dipahami karena dia tidak tergolong kelompok nasionalis Islam. Sedangkan pihak yang menyepakati perubahan sila pertama tersebut, adalah golongan pihak kebangsaan, seperti Soekarno, Ahmad Subardjo dan Mohammad Hatta. 101 N.N., Tentang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam Konstituante Jilid III, 1958, Bandung, hlm. 38. Dalam sidang Konstituante A. Kahar Muzakkir mengatakan “Bahwa Pancasila telah dikebiri, Pancasila itu telah dirusak. Sebab prinsip-prinsip yang mendatangkan moral yang luhur dengan adanya Pancasila, yang tadinya merupakan agreement itu dicederai dengan sengaja. Itu berarti pula bahwa perjanjian itu telah dibatalkan dengan kehendak eenzijdig. Saya katakanatas kehendak satu pihak, yaitu pihak kebangsaan. Maka dengan ini, dengan tegas saya menyatakan, bahwa jikalau orang berbicara tentang penghianatan terhadap suatu perjanjian yang disebut “ Gentlemen Agreement”, maka pihak yang menghianati itu bukanlah pihak kami, pihak Islam, akan tetapi, pihak yang merubah itulah, yakni yang menghapuskan rumusan-rumusan yang esensiil yang mengenai Islam”. 102 Menurut kesaksian sejarah Mr. Kasman Singodimedjo, seorang anggota PPKI dalam sidang Konstituante mengatakan bahwa saat proses perubahan sila pertama sebelum sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dimulai Soekarno dan Mohammad Hatta, menyuruh Teuku .M.Hasan sebagai putera Aceh menyantuni Ki Bagus Hadikusumo guna menentramkannya. Hanya dengan kepastian dan jaminan bahwa 6 bulan lagi sesudah bulan Agustus tahun 1945 akan dibentuk sebuah Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Majelis Pembuat Undang-undang Dasara Negara guna memasukkan materi Islam itu kedalam Undang-undang Dasar yang tetap, maka bersabarlah Ki Bagus Hadikusumo itu untuk menanti. 103 Endang Saifuddin Anshari.,op.cit.,hlm. 60-611. 104 Dalam bukunya yang berjudul Piagam Jakarta 22 Juni 1945, Endang Saifuddin Anshari mengutip pernyataan Mentri agama H. Alamsjah, bahwa : “Hal ini ditempuh tidak lain karena keinginan umat Islam membentuk persatuan dalam kemerdekaan. Sehingga lahirnya Pancasila seperti yang dikenal sekarang adalah hadiah dari umat Islam”. 105

c. Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI

Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membentuk Dokurisu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, yang beranggotakan 21 orang. PPKI dipimpin oleh Soekarno sebagai ketua dan Mohammad Hatta sebagai wakil ketua. 105 Tugas dari PPKI, ialah menetapkan UUD dan hal-hal yang perlu untuk negara Indonesia yang kemerdekaannya akan “dihadiahkan” oleh pemerintah Jepang pada tanggal 24 Agustus 1945. 106 a Agenda Sidang PPKI Sidang PPKI dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus, atau sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia. 107 Agenda yang akan dibahas dalam sidang tersebut adalah pengesahan Undang-undang dasar. Sidang diketuai oleh Soekarno dan Mohammad Hatta sebagi wakilnya. Dalam pidato pembukaannya Soekarno meminta agar rapat berjalan dengan cepat dan tidak bertele-tele, mengingat bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan harus segera disusul dengan penyusunan undang-undang dasar dengan mengikuti garis-garis besar yang telah dirancang oleh Dokuritu Zyunbi Tyoosakai. Perubahan-perubahan yang penting saja yang akan dibicarakan dalam sidang ini, urusan kecil-kecil hendaknya dikesampingkan dan juga pemilihan presiden dan wakil 105 St. Sularto dan D. Rini Yunarti., op.cit., hlm 41; Endang Saifuddin Anshari., op.cit., hlm. 49-50. 106 J.C.T Simorangkir dan B. Mang Reng Say, Tentang dan Sekitar Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: Penerbit Djambatan,1986, hlm. 115. 107 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 412. Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, berlangsung di Jalan Pejambon Jakarta dan bertempat di gedung Tyuuoo Sangi-In, pada jam 11.30 WIB. 106 presiden. 108 Perubahan-perubahan daripada perkataan yang diusulkan dan disetujui oleh beberapa anggota mengenai pembukaan Undang-undang Dasar serta pasal Undang-undang Dasar. 109 b Proses Pengubahan Sila Pertama Setelah sidang dibuka oleh Soekarno dan memberikan pidato singkat, maka Mohammad Hatta dipersilahkan menyampaikan laporannya, mengenai perubahan-perubahan pokok yang penting. 1 Menghilangkan pernyataan Indonesia merdeka serta pembukaan yang lama diganti dengan pembukaan yang semula dirancang oleh panitia kecil panitia Sembilan. Dalam mukadimah kembali pada prembule yang lama, dahulu panitia kecil telah merancang prembule untuk Undang- undang Dasar. Tetapi kemudian pada sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai merubah prembule itu dan memecah menjadi dua, ialah pernyataan Indonesia merdeka dan Pembukaan yang singkat. Kemudian Mohammad Hatta membacakan dasar falsafah negara yang telah mengalami perubahan mendasar. 108 Lembaga Soekarno-Hatta., op.cit., hlm. 41. 109 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 413. 107 Pembukaan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia, yang merdeka,bersatu,berdaulatan, adil dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah –darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu hukum dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan- perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. 110 2 Pasal 6 alinea 1 menjadi: ”Presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam dicoret”, menjadi “Presiden ialah orang Indonesia asli”. Hal ini terkait jika Presiden republik orang Islam, agaknya menyinggung perasaan dan pun tidak berguna. 110 Muhammad Yamin, op.cit., hlm. 759; Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 417; A.M.W. Pranarka., op.cit., hlm. 60. 108 3 Pasal 29 ayat 1: “Negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa”. Sebagai pengganti “Negara berdasarkan atas ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. 111 Inilah perubahan yang dapat mempersatukan segala bangsa. Setelah direvisi oleh Mohammad Hatta, Pancasila dalam pembukaan Undang-undang Dasar mengalami perubahan. Jika sebelumnya isi dan urutan Pancasila dalam Piagam Jakarta sebagai berikut: 1 Ke-Tuhanan- kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi pemeluk- pemeluknya. 2 Kemanusiaan yang adil dan beradab 3 Persatuan Indonesia 4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan 5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka perubahan yang disetujui secara bulat pada sidang PPKI isi dan urutan Pancasila dalam pembukaan Undang-undang adalah sebagai berikut: 1 Ke-Tuhanan Yang Maha Esa 2 Kemanusiaan yang adil dan beradab 3 Persatuan Indonesia 111 Soeripto, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 cetakan ke-1,Surabaya: Penerbit Grip, 1962, hlm. 110-111; Endang Saifuddin Anshari., op.cit., hlm. 51; Lembaga Soekarno-Hatta., op.cit., hlm. 42-43; Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 414-416. 109 4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan 5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perubahan juga terjadi pada pembukaan Undang-undang Dasar itu sendiri, atas usul I Gusti Ketut Pudja alinea ketiga yang berbunyi: “Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa” diganti menjadi “Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa”. Kemudian Ki Bagoes Hadikoesomo mengusulkan perkataan “menurut dasar” dicoret saja dan lebih baik diganti dengan “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan dan seterusnya”. Hasil dari keputusan yang diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota pada sidang PPKI, adalah: Pembukaan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia, yang merdeka,bersatu,berdaulatan, adil dan makmur. Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah –darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan 110 kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu Undang- undang Dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 112 Alenia I, mengandung makna: Suatu anti-these yang mengandung pertentangan antara kemerdekaan bangsa dan kolonialisme diseluruh dunia. 113 Kemerdekaan mutlak menjadi hak segala bangsa, Indonesia menentang penjajahan di atas dunia. 114 Alenia II dan III, mengandung makna: Karena rahmat Tuhan, bangsa Indonesia telah sampai pada tujuannya untuk merdeka dan melaksanakan tugas, agar masyarakatnya bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Tugas-tugas tersebut dilaksanakan dengan berpegang teguh kepada Pancasila dan Undang- undang Dasar. Kemerdekaan yang didapat adalah anugerah dari Tuhan, karena rakyat Indonesia telah berjuang dan berkorban untuk mencapai cita- cita luhur, yaitu kemerdekaan Indonesia. 112 Saafroedin Bahar et.al., op.cit., hlm. 419-420 113 Muhammad Yamin, op.it., hlm. 250-251. 114 Lembaga Soekarno-Hatta.,op.cit., hlm. 58.; Panitia Lima.,op.cit., hlm. 22. 111 Alenia IV, mengandung makna: Suatu sintese negara republik Indonesia yang dibentuk atas kemerdekaan yang telah diproklamirkan dan disusun menurut tinjauan bangsa Indonesia yang bernama ajaran Pancasila. 115 Setelah mengalami berbagai perubahan melalui perdebatan-perdebatan yang panjang, maka dapat dicapai suatu keputusan yang bulat. Dengan demikian Pancasila disahkan menjadi dasar Falsafah Negara Indonesia. 115 Muhammad Yamin.,loc.cit 112

BAB III LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SOEKARNO

TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA Bangsa Indonesia telah memiliki akar kebudayaan yang beragam. Sosio kultural budaya yang begitu beraneka ragam telah menjadikan bangsa ini kaya akan kebudayaan dan nilai-nilai tradisi. Kemajemukan rakyatnya menjadikan bangsa Indonesia, bangsa yang unik dengan tradisi dan kebudayaan yang berbeda- beda. Pancasila sebagai bentuk pencapaian terbaik bangsa, ditengah-tengah kemajemukan masyarakat itulah Pancasila digali oleh Soekarno. Berdasarkan atas tradisi-tradisi dan nilai-nilai kemanusiaan yang telah ada jauh sebelum bangsa ini lahir. Keanekaragaman bahasa, adat-istiadat, suku, budaya, rasetnik dan agama memampukan rakyat Indonesia menyadari kesatuan bangsa untuk lepas dari para penjajah. Cita-cita luhur rakyat Indonesia untuk merdeka dan lepas dari para penjajah pada akhirnya memunculkan tokoh-tokoh dan para pemimpin yang memiliki pemikiran kritis, diantaranya adalah Soekarno sendiri. Bersama-sama berjuang meraih kebebasan dan kemerdekaan bangsa. Soekarno cukup menyadari situasi dan tradisi Indonesia, yakni menyepi sebelum kembali ke masyarakat. Seperti Arjuna pahlawan dalam perang Mahabarata yang telah melewati masa hukuman dan meyepi untuk membina kekuatan spiritual. Seperti Airlangga yang telah menarik diri dari masyarakat ramai dalam waktu yang lama untuk meditasi dan latihan-latihan keaagamaan 113 sebelum pada akhirnya ia muncul untuk membangun kerajaan Jawa Timur. Pemikiran Soekarno begitu tajam. Ia pun menyadari bahwa ia harus terpinggirkan dari dunia yang ramai dalam kurun waktu yang lama dalam penahanannya. Pada waktunya ia akan kembali dengan membawa kekuatan baru ke dalam masyarakat. Perjuangan Soekarno dalam dunia politik, adalah menuju gelanggang utama tempat Soekarno memainkan kegiatan politiknya pada saat-saat akhir kekuasaan pendudukan Jepang di Indonesia dan menyampaikan pemikirannya dalam sidang BPUPKI, yang dinamakan dengan Pancasila.

A. Kebangsaan

Sejak kecil Sekarno sangat menyukai cerita-cerita pewayangan terutama cerita Mahabarata, Bharata yudha, Ramayana dan tokoh favoritnya adalah Bima. Kesukaannya pada cerita-cerita tersebut, karena pengaruh dari ayahnya yang begitu mengidolakan tokoh pewayangan bernama Karna. Karna adalah seorang pahlawan besar dalam cerita Mahabarata yang sangat kuat dan sangat besar. Ayahnya mengharapkan Soekarno menjadi seorang berjiwa patriot, memiliki keberanian dan kepedulian bagi negaranya, menjadi seorang pahlawan besar bagi rakyatnya. Harapan ayah Soekarno tak sia-sia, karena pada kenyataannya Ia menjadi seorang pemimpin besar bangsa Indonesia dan menuju pada sebuah kemerdekaan bangsa. Pada tahun 1914 Soekarno masuk menjadi siswa Hollads Inlandsche SchoolHIS Sekolah Pribumi Belanda. Ia merasakan, bahwa hari-harinya di 114 sekolah di tandai dengan kemiskinan dan diskriminasi dari teman-teman Belanda pada kala itu. Soekarno kemudian oleh ayahnya di pindahkan ke Europeesche Lagere School Sekolah Dasar Eropa di Mojokerto agar ia dapat memasuki HBS yang selalu berpeluang untuk memasuki perguruan tinggi Belanda. Pola pengajaran di ELS dianggap bersifat diskriminatif terhadap anak-anak pribumi karena melakukan asas persamaan atau concordantie. Di mana pelajaran yang diberikan sama persis dengan pengajaran yang diberikan pada tingkat pendidikan yang sama di Belanda. Soekarno menyelesaikan pendidikan ELS tepat waktu, dan ia melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi, oleh ayahnya Soekarno dimasukkan ke Hoogere Burger School atau HBS Sekolah Lanjutan Tinggi di Surabaya. 1 Mengawali pendidikannya pada tahun 1916-1921 Soekarno bersekolah Hoogere Burger School HBS Surabaya. Pendidikan yang ia nikmati selama menjadi siswa HBS adalah pendidikan Belanda dan Barat. Ia tinggal di rumah seorang pemimpin nasionalis Tjokroaminoto, ia adalah seorang pemimpin dari Sarekat Islam SI, disanalah ia mula mengenal paham nasionalisme. Seperti yang di jelaskan pada pembahasan sebelumnya, melalui Tjokroaminoto pula ia bisa bertemu dengan Alimin yang memperkenalkannya pada Marxisme. Dalam perjalanan awal karier politiknya, ia pun berkenalan dengan Musso dan Dharsono, mereka adalah pengurus dari Sarekat Islam dan anggota dari Indiche School Democratische Vereeniging ISDV. Pada waktu 1 Lambert Giebels, Soekarno Biografi 1901-1950, Jakarta: Grasindo, 2001, hlm. 17-19. 115 itu mereka tengah memainkan peranan penting dalam pergerakan melawan kolonial dengan tokoh militan Islam seperti Haji Agus Salim. 2 Soekarno semakin mendalami teori marxis selama di bangku sekolah melalui C. Hartagh seorang guru yang mengajar bahasa Jerman di HBS yang juga tercatat sebagai anggota ISDV. 3 Perkenalannya dengan tokoh-tokoh besar semakin membuatnya yakin untuk terjun dalam dunia politik dan ia mendapat pengaruh pemikiran Barat yang modern. Soekarno menjadi anggota Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan suci, melambangkan kemerdekaan politik, ekonomi dan sosial. Ia pun mengikuti studieclub, mengembangkan pemikiran dan cita-cita, berdebat dan mengungkapkan pendapatnya yang dengan tegas tidak menyetujui tentang keharusan bagi generasi untuk menguasai bahasa Belanda. Nusantara adalah daerah yang terdiri dari pulau-pulau dan bahasa yang harus dikuasai adalah bahasa melayu baru setelahnya adalah bahasa asing. Rasa Nasionalisme dalam diri Soekarno terus tumbuh, ia mengatakan bahwa rumah Tjokroaminoto 4 adalah dapur Nasionalisme. Di mana ia banyak ikut terlibat dalam pembicaran-pembicaraan politik bersama Tjokroaminoto, Alimn dan Muso, Haji Agus Salim dll. Soekarno mengagumi Thomas Jefferson, melalui Declaration of Independence yang ditulisnya pada tahun 2 Peter Kasenda, Soekarno Muda Biografi Pemikiran 1926-1933, Jakarta: Komunitas Bambu, 2010, hlm. 16. 3 Bernard Dahm, Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, Jakarta: LP3ES, 1987, hlm. 36. 4 Tjokroaminoto adalah seorang pemimipin Sarekat Islam yang rumahnya ditempati oleh Soekarno semasa menjadi siswa HBS di Surabaya. 116 1776, buah pemikirannya menjadi menjadi cita-cita dan pendirian dasar Soekarno. Keinginannya untuk merobohkan kekuasaan kolonial Belanda terpatri dalam dirinya, ia menulis untuk majalah Tjokroaminoto dalam “Oetoesan Hindia” dengan menggunakan nama samaran Bima. 5 Melalui Tjokroaminoto dan Sarekat Islam, Soekarno telah mengalami berbagai aliran politik secara bergantian mulai dari harga diri bangsa, persatuan dan nasionalisme. Soekarno mendapatkan suatu pelajaran berharga dari seorang Tjokroaminoto, mempunyai daya cipta dan cita-cita tinggi seorang pejuang yang mencintai tanah tumpah darahnya. Secara tak sadar ia menggembleng Soekarno. Saat-saat bersekolah di HBS, ia seringkali merasakan kesunyian dan kesepian. Hal itu ia gunakan untuk membaca dan menyelami pemikiran dari tokoh-tokoh dunia seperti Beatrice Webb yang mendirikan gerakan buruh Inggris, Otto Bauer, Adler, Karl Marx Friedrich Engels dan Lenin. Jean Jacques Rousseau, Arstide Briand dan Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Perancis. Soekarno merasakan keberadaan mereka, menjadi pejuang revolusi besar dan menyelamatkan negaranya dari penjajahan kolonial Belanda. Secara emosional pemikiran Soekarno telah terpengaruh oleh negarawan-negarawan tersebut. Di tempatnya menuntut ilmu, Soekarno 5 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Jakarta: Gunung Agung, 1966, hlm. 35-67.