Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 93
Pada zaman Nabi Kongzi, Kelenteng sudah ada sebagai tempat penghormatan kepada raja. Pada waktu itu menjadi tempat menyimpan benda-benda milik raja
yang sudah meninggal. Nabi Kongzi sering mengunjungi Kelenteng itu sebagai tempat belajar membuka wawasan. Dalam kitab Lunyu diceritakan bahwa seiap kali
Nabi Kongzi memasuki kelenteng selalu saja banyak hal yang ditanyakan. Di dalam kitab Lunyu
tercatat: Tatkala Nabi Kongzi masuk ke dalam kelenteng besar untuk memperingai Pangeran Zhao, banyak hal ditanyakan. Ada orang berkata, “Siapa
berkata anak Negeri Co itu mengeri kesusilaan? Masuk ke dalam kelenteng banyak hal ditanyakan.” Mendengar itu nabi bersabda, “Justru demikian inilah kesusilaan.”
Lunyu . III: 15
2. Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng
Nabi Kongzi mempunyai kesan yang mendalam terhadap kelenteng. Beliau mempunyai ide untuk menjadikan kelenteng itu sebagai media belajar bagi rakyat
di luar istana. Nabi Kongzi menyadari bahwa di dalam masyarakat ada orang yang punya banyak waktu untuk belajar dan membaca buku, yaitu para pejabat negara dan
para guru. Namun ada orang di dalam masyarakat yang jumlahnya lebih banyak idak punya waktu untuk membaca buku karena sibuk bekerja, mereka itu adalah pekerja
profesional, para ahli yang kerja di bidang produksi barang, para pedagang yang sibuk bekerja di pasar, para petani dan pekerja lainnya, dan kelompok pengusaha.
Kelompok pekerja sibuk ini juga memerlukan pembinaan rohani dan juga perlu belajar meskipun dalam waktu singkat.
Pemikiran ini mendorong Nabi Kongzi menjadikan kelenteng sebagai tempat masyarakat ‘menjalankan ibadah’ dan ‘belajar membina kehidupan rohaninya’.
Nabi Kongzi menata kelenteng dengan bentuk luarnya yang indah dan menarik, dan juga menata altar para Shenming serta menaruh altar Tian Gong di bagian depan.
Semua orang yang bersembahyang di kelenteng wajib bersembahyang kepada Tian Gong Tuhan terlebih dahulu. Setelah bersembahyang kepada Tian Gong baru
sembahyang kepada para Shenming
. Dengan adanya altar Tian Gong, Nabi Kongzi memasukkan unsur Ketuhanan dalam kelenteng, yang saat di zamannya hanya
rajalah yang boleh bersembahyang kepada Tuhan Tian. Menjadi jelas bahwa kelenteng sudah ada jauh sebelum zaman Nabi Kongzi.
Buki sejarah menyatakan peninggalan Dinasi Shang 1766 – 1122 SM sudah ada kelenteng. Sementara Kong Miao sebagai tempat ibadah dan penghormatan kepada
Nabi Kongzi yang pertama dibangun tahun 478 SM, satu tahun setelah wafat Nabi Kongzi. Hal pening lain adalah bahwa jauh sebelum maraknya pembangunan
kelenteng di masa Dinasi Tang 618 – 905 SM, pembangunan Kong Miao sudah hampir merata di seluruh kota di daratan Cina.
Kong Miao bersama-sama dengan Kong Fu tempat inggal keturunan Nabi
Kongzi dan Kong Lin taman makam Nabi Kongzi dan keturunannya dikenal dengan ‘Tiga Kong’, dan merupakan warisan sejarah dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Di
dalam ‘Tiga Kong’, tersebut terdapat 460 balariung, aula, altar dan paviliun, 54 buah pintu gapura dan 1.200 pohon berusia ribuan tahun serta prasasi tulis bersejarah
sebanyak lebih dari 2.000 buah.
diunduh dari
psmk.kemdikbud.go.idpsmk
94 | SMASMK kelas X
Kelenteng sengaja dibangun di dekat pasar dan di bukit-bukit agar masyarakat mudah menemukannya. Orang-orang yang bertempat inggal dekat pasar atau
tempat ramai mudah menemukan kelenteng. Para petani yang bertempat inggal di pedesaan juga mudah menemukan kelenteng, mereka dapat beribadah dan belajar
di kelenteng. Para penjaga kelenteng seharusnya orang yang berpengetahuan luas dan mendalam sehingga dapat membantu umat agama yang beribadah di kelenteng
sehingga pelaksanaan ibadah atau sembahyang dapat berjalan dengan khusuk.
Di zaman kemudian dua ratus tahun setelah zaman Nabi Kongzi, seorang tokoh bernama Xunzi 326-233 SM meneruskan penyebaran agama Khonghucu. Xunzi
menyatakan dalam tulisannya bahwa para kaisar yang baru naik tahta diwajibkan membangun 7 buah kelenteng besar, para gubernur yang baru dilanik diwajibkan
membangun 5 buah kelenteng di wilayahnya, dan para bupai yang baru dilanik diwajibkan membangun 3 buah kelenteng di wilayahnya. Dengan demikian, di
Zhongguo Tiongkok sejak zaman dahulu sudah banyak kelenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu juga tempat umat Khonghucu mempelajari kehidupan dan
kebudayaan.
3. Para Suci Shenming dalam Kelenteng