30 | SMASMK kelas X
A. Pendahuluan
1. Hakikat dan Makna Ibadah
Ibadah kepada Huang Tian Tuhan Yang Mahabesar sudah dikenal sejak dahulu kala, keika agama Khonghucu masih dikenal sebagai agama Ru isilah asli agama
Khonghucu. Ibadah merupakan pernyataan pengabdian kita kepada Tian, Tuhan Yang Mahapencipta. Jadi, hakikat ibadah itu adalah pengabdian kita manusia
kepada Sang Khalik Mahapencipta atau Huang Tian Tuhan Yang Mahabesar.
Ibadah besar kepada Tian 天
dilaksanakan umat Khonghucu sejak 5.000 tahun yang lampau. Seiap musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin
dilaksanakan ibadah sembahyang kehadirat Huang Tian oleh raja-raja suci. Ibadah secara umum dapat
diarikan sebagai segala perbuatan baikbajik yang dilakukan dengan niat
yang tulus, ikhlas, dengan cara yang benar, dan untuk tujuan yang baik
sebagai bentuk pernyataan sujud dan takwa kepada Tuhan, dalam rangka
memenuhi kodrat kemanusiaannya. Arinya, bahwa semua perbuatan
yang dilakukan dengan tulus, ikhlas, caranya benar, dan tujuannya baik
mulia adalah merupakan bentuk ibadah. Jadi, ibadah bukan sekadar
hal yang menyangkut ritual atau sembahyang semata.
Namun demikian, sembahyang merupakan hal pening dalam ibadah bagi manusia, terutama dalam rangka pengabdian dan ketakwaannya kepada Sang
Mahapencipta Tuhan, seperi yang tersurat di dalam kitab catatan kesusilaan Li Ji bahwa:
“Jalan Suci yang mengatur manusia baik-baik, iada yang lebih pening daripada kesusilaan. Kesusilaan ada lima macam, tetapi iada yang lebih
pening daripada sembahyang.”
Tulus
Tulus arinya sesuatu yang benar-benar tumbuh dari dasar hai, jujur, dan idak pura-pura. Dengan kata lain, tulus adalah melakukan sesuatu karena dorongan dari
dalam, dari dasar hai tanpa terpaksa atau dipaksa. Bukan karena sesuatu melakukan sesuatu. Bukan karena ada apanya, tetapi apa adanya dorongan dari dalam.
“Beribadahsembahyang itu bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan ia harus… bangkit dari dalam, lahir di dalam hai. Jika hai yang di dalam
itu bergerak, memancarlah ia dalam upacara, orang yang bijaksana di dalam
sumber: dokumen Kemdikbud Gambar 3.1 Sembahyang merupakan hal pening dalam
ibadah kepada Tuhan
diunduh dari
psmk.kemdikbud.go.idpsmk
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 31
beribadahsembahyang didukung oleh sempurnanya iman Cheng, dan percaya Xin, mewujud di dalam perilaku satya Zhong dan sujud Jing
.” Li Ji. XXV: 1
Mengzi berkata, “Orang memangku jabatan itu bukan karena miskin, tetapi adapula suatu keika Ia memangku jabatan karena miskin. Orang menikah itu juga
bukan karena ingin mendapat perawatan, tetapi adapula suatu keika ia mendapat perawatan.” Mengzi. V B: 5
Ikhlas
Ikhlas bermakna bersih dari kotoran. Secara sederhana ikhlas berari melakukan
sesuatu tanpa mengharapkan balasan atau imbalan. Orang yang ikhlas adalah orang
yang menjadikan indakannya murni tanpa ada tujuan lain di baliknya. Dengan kata lain,
ikhlas berari melakukan kebaikan demi kebaikan, dan sama sekali bukan ingin
mendapatkan imbalan dalam bentuk apa pun, atau bukan karena takut mendapatkan
hukuman apa pun. Nabi Kongzi mengatakan, “Mendahulukan
pengabdian dan
membelakangkan hasil, bukankah ini sikap menjunjung kebajikan?
” Maka, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah
mencoba untuk melaksanakan apa yang kita ketahui secara moral seharusnya kita lakukan, tanpa memikirkan
bahwa dalam prosesnya kita akan berhasil atau gagal. Bersikap idak mengindahkan keberhasilan atau
kegagalan yang bersifat lahiriah, dalam pengerian tertentu kita idak pernah gagal. Sebagai hasilnya, kita
akan selalu bebas dari kecemasan apakah akan berhasil, dan bebas dari ketakukan apakah akan gagal.
Caranya Benar Tujuannya Baik
Tujuannya baik dan caranya benar. Walaupun tujuannya baik jika caranya idak benar, atau caranya benar tetapi tujuannya idak baik idak memenuhi syarat untuk
dikatakan sebagai ibadah. Ini terkait dengan masalah ‘kemurnian hai’ dan ‘tata cara.’’ Zigong berkata, “Sesungguhnya tata cara itu harus selaras dengan kemurnian hai,
dan kemurnian hai itu harus mewujud di dalam tata cara. Ingatlah, kulit harimau dan macan tutul, bila dihilangkan bulunya takkan banyak berbeda dengan kulit kambing.”
Lunyu. Jilid XII Pasal 8 ayat 2
Referensi
Lakukan segala sesuatu karena itu adalah indakan yang secara
moral harus kita lakukan. Bukan karena mengharapkan
hasil. Kalau hasilnya idak ada, bukan soal pening, jika
ternyata ada hasilnya, juga idak pening, bukan karena
hasil kita melakukannya.
Pening
Harta benda menghias rumah, laku bajik
menghias diri, hai yang lapang bersih
ikhlas membuat tubuh kita sehat.
diunduh dari
psmk.kemdikbud.go.idpsmk
32 | SMASMK kelas X
2. Ibadah Terbesar