Dua Unsur Nyawa dan Roh Gui Shen Watak Sejai Xing sebagai Daya Hidup Rohani

Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 15

1. Dua Unsur Nyawa dan Roh Gui Shen

Berdasarkan prinsip Yin-Yang, bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan kehidupan ini selalu dengan dua unsur yang berbeda, tetapi saling mendukung dan melengkapi satu sama lain. Yin-Yang, negaif-posiif, wanita-pria, bumi-langit, malam- siang, kanan-kiri, dan seterusnya. Dalam diri manusia, Tuhan memberkahinya dengan dua unsur: nyawa dan roh. Maka diyakini, bahwa manusia adalah makhluk termulia di antara makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Karena selain memiliki nyawa daya hidup jasmani, manusia juga memiliki roh daya hidup rohani. Roh atau daya hidup rohani yang di dalamnya bersemayan “Xing” atau Watak Sejai sebagai Firman Tuhan atas diri manusia, yang mengandung benih-benih kebajikan, yaitu: Ren, Yi, Li, dan Zhi. Watak Sejai inilah yang menjadi benih suci sehingga manusia berkemampuan untuk berbuat bajik dan sekaligus menjadi tanggung jawab manusia untuk menggemilangkannya sehingga menjadi tetap baik sampai pada akhirnya sesuai irman-Nya. Nyawa atau daya hidup jasmani yang di dalamnya terkandung daya rasa atau “nafsu” yang merupakan kekuatan bagi manusia untuk melangsungkan hidupnya. Daya rasa atau “nafsu” itu adalah: Xi, Nu, Ai, dan Le. Tanpa keempat daya rasa ini manusia idak dapat melangsungkan kehidupannya. Maka, baik daya hidup rohani Watak Sejai ataupun daya hidup jasmani nafsu merupakan dua unsur yang dimiliki oleh manusia.

2. Watak Sejai Xing sebagai Daya Hidup Rohani

Ajaran Khonghucu Ru Jiao meyakini bahwa pada dasarnya sifat manusia itu asalnya baik, suci dan murni. Tuhan Yang Maha Esa sebagai Khalik pencipta mencakup: Yuan, Heng, Li, dan Zhen, menjadikan manusia memperoleh percikan kebajikan-Nya sebagai irman yang berada pada diri seiap manusia. Percikan kebajikan Tuhan dalam diri manusia itu berupa Xing Watak Sejai yang di dalamnya terkandung benih-benih kebajikan, yaitu: Ren, Yi, Li, dan Zhi. diunduh dari psmk.kemdikbud.go.idpsmk 16 | SMASMK kelas X “Firman Tuhan itulah dinamai Watak Sejai Xing, hidupberbuat mengikui Watak Sejai itulah dinamai menempuh Jalan Suci, bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamai agama.” Zhongyong. Bab Utama Pasal 1 Keempat benih kebajikan inilah yang menjadi kemampuan luhur bagi manusia untuk berbuat bajik, sekaligus menjadi tanggung jawab manusia untuk mempertahankan dan menggemilangkan benih-benih kebajikan itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa Keempat benih kebajikan itu ada dalam diri seiap manusia dan menjadi sifat dasar manusia. • Rasa hai berbelas kasihan dan idak tega itulah benih dari cinta kasih. • Rasa hai malu dan idak suka itulah benih dari kebenaran. • Rasa hormat dan rendah hai itulah benih dari kesusilaan. • Rasa hai menyalahkan dan membenarkan itulah benih dari kebijaksanaan. » Siapa yang idak merasa ibakasihan melihat orang lain menderita. » Siapa yang idak malu melakukan perbuatan yang idak berlandaskan kebenaran, dan siapa yang suka jika diperlakukan idak benar. » Siapa yang idak mengeri bahwa kepada orang yang lebih tua harus menaruh hormat, mengalah dan merendah hai. » Siapa yang idak dapat membedakan bahwa sesuatu itu pantas atau idak pantas untuk dilakukan. Mengzi berkata: “Rasa hai kasihan dan idak tega iap orang mempunyai; rasa hai malu dan idak suka, iap orang mempunyai; rasa hai hormat dan mengindahkan, iap orang mempunyai; rasa hai membenarkan dan menyalahkan, iap orang mempunyai. Adapun rasa hai berbelas kasihan dan idak tega itu menunjukkan adanya benih cinta kasih. Rasa malu dan idak suka menunjukkan adanya benih menjunjung kebenaran. Rasa hai hormat dan mengindahkan menunjukkan adanya benih kesusilaan. Rasa hai menyalahkan dan membenarkan menunjukkan adanya benih kebijaksanaan. Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan itu bukanlah hal-hal yang dimaksudkan dari luar ke dalam diri, melainkan diri kita sudah mempunyainya. Akan tetapi, sering manusia idak mau mawas diri. Maka dikatakan, carilah dan engkau akan mendapatkan. Sia-siakanlah dan engkau akan kehilangan …” “Sifat orang memang berbeda-beda, mungkin berbeda berlipat dua sampai lima atau bahkan idak terhitung. Akan tetapi, itu idak dapat dicarikan alasan kepada Watak Sejainya.” “Mengapa kukatakan iap orang mempunyai perasaan idak tega akan sesama manusia? Kini bila ada seorang anak kecil yang hampir terjerumus ke dalam perigi, niscaya dari lubuk hainya imbul rasa terkejut dan belas kasihan. Ini bukan karena dalam hainya ada keinginan untuk dapat berhubungan dengan orang tua anak itu, diunduh dari psmk.kemdikbud.go.idpsmk Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 17 bukan ingin mendapat pujian kawan-kawan sekampung, bukan juga karena khawair akan mendapat celaan.” “Dari hal itu kelihatan, bahwa yang idak mempunyai rasa belas kasihan itu bukan orang lagi, yang idak mempunyai perasaan malu dan idak suka itu bukan orang lagi, yang idak mempunyai perasaan rendah hai dan mau mengalah itu bukan orang lagi, yang idak mempunyai perasaan menyalahkan dan membenarkan itu bukan orang lagi.” “Perasaan berbelas kasihan itulah benih cinta kasih, perasaan malu dan idak suka itulah benih kebenaran, perasan rendah hai dan mau mengalah itulah benih dari kesusilaan, dan perasaan menyalahkan dan membenarkan itulah benih dari kebijaksanaan.” Mengzi. Bab II A: 6 Mengzi berkata, 1 “Kemampuan yang dimiliki orang dengan tanpa belajar, disebut kemampuan asli Liang Ling . Pengerian yang dimiliki orang dengan tanpa belajar, disebut pengerian asli Liang Zhi.” 2 ”Anak-anak yang didukung idak ada yang idak mengerimencintai orang tuanya, dan setelah besar idak ada yang idak mengeri harus hormat kepada kakaknya.” 3 ”Mencintai orang tua itulah cinta kasih, dan hormat kepada yang lebih tua itulah Kebenaran. Tidak dapat dipungkiri memang itulah kenyataan yang ada di dunia.” Dari ayat di atas dapatlah dikatakan suatu dokrin iman yang dengan jelas menyebutkan akan diri manusia itu, di dalamnya ada Watak Sejai Xing yang menjadi kodratnya sebagaimana diirmankan Tuhan. Dengan demikian, tentunya Watak Sejai itu ada pada diri seiap manusia, dan pasi sama adanya. Semua manusia, apakah baik atau jahat secara fundamental memiliki jiwa yang sama, jiwa yang sepenuhnya idak pernah dapat dileyapkan oleh keegoisan, serta selalu mewujudkan dirinya segera dalam reaksi intuiifnya terhadap segala sesuatu. Perasaan kasihan secara otomais muncul dalam diri seiap manusia keika melihat seorang anak kecil jatuh ke dalam sumur. Perasaan tersebut muncul secara spontan dan alami karena memang demikianlah kebenaran kodrat kita sebagai manusia. Pengetahuan kemampuan merasakan ini adalah perwujudan dari sifat kita yang asli. Yang perlu dilakukan oleh kita manusia adalah mengikui arahan dari pengetahuankemampuan intuiif itu, dan selanjutnya tanpa keraguan mengarah kepadanya. Karena apabila kita mencoba untuk menemukan alasan untuk idak mengikui arahan-arahannya, berari kita menambahkan sesuatu atau mungkin mengurangi sesuatu dari pengetahuankemampuan intuiif itu. Dengan demikian kita akan kehilangan kebaikan teringgi kita. Tindakan mencari alasan merupakan sikap yang disebabkan oleh keegoisan. Dengan Watak Sejai, hidup manusia dibangun sehingga mempunyai suatu nilai. Karena memiliki Watak Sejai itulah manusia menjadi makhluk mulia dan utama dari segala ciptaan-Nya. Watak Sejai merupakan percikan dari sifat kebajikan Tuhan, maka, pada dasarnya manusia mampu beriman dan mengeri akan perihal kuasa kebajikan-Nya. » Ren, muncul paling awal dalam diri seiap manusia. » Yi, muncul kemudian setelah pengerian berkembang. » Li, dapat ditanamkan pada masa menjelang remaja. » Zhi, merupakan tuntunan yang tak terbatas keika manusia berangkat dewasa. diunduh dari psmk.kemdikbud.go.idpsmk 18 | SMASMK kelas X Akivitas Bersama Diskusi Kelompok D Diskusikan pernyataan bahwa Ren muncul paling awal dalam diri seiap manusia. Yi muncul kemudian setelah pengerian berkembang pada masa balita. Li dapat ditanamkan pada masa menjelang remaja. Zhi, merupakan tuntunan yang tak terbatas keika manusia beranjak dewasa.

3. Daya Hidup Jasmani