13
kewajiban merawat dan mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya. Beliau sangat sadar bahwa orang tuanya sangat membutuhkan perhatian darinya. Kedua, F. van
Lith S.J. merasa bahwa yang sebenarnya harus dibangun terlebih dahulu adalah pusat-pusat misi yang ada di Eropa dan bukan di Indonesia. Pusat Misi di Eropa
haruslah kuat karena dijadikan pondasi perkembangan misi di luar Eropa. Gereja Katolik di Eropa harus bisa bersatu supaya mampu mengembangkan misi di
tempat lain.
11
C. Keadaan Misi di Jawa
Pada waktu kedatangan F. van Lith S.J. ke Indonesia tahun 1896 hanya ada sekitar empat puluh Jesuit yang berkarya di Indonesia. Pada tahun 1893 mulai
terlihat perubahan yang signifikan dari karya para misionaris. Para misionaris lebih banyak yang mengkaryakan dirinya bagi masyarakat pribumi dibandingkan
dengan komunitas Eropa. Tahun-tahun terakhir menjelang abad 20 inilah misi di antara para penduduk pribumi Jawa dimulai.
Masa depan misi di Jawa bergantung pada para misionaris yang baru datang, yaitu F. van Lith S.J. dan P. Hovenars S.J. Sebelum terjun langsung ke
dalam misi di Jawa, F. van Lith S.J. belajar bahasa dan kebudayaan Jawa terlebih dahulu. Mereka harus paham mengenai seluk beluk masyarakat Jawa. Masyarakat
Jawa sangatlah menjunjung tinggi nilai-nilai, norma-norma, serta adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Satu-satunya jalan supaya bisa masuk ke dalam
masyarakat Jawa adalah dengan menyatu atau membaur dengan mereka.
11
Ibid., hlm. 112-115.
14
Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang ramah dan sebenarnya tidak senang dengan konflik atau peperangan. Oleh sebab itu, F. van Lith S.J. sangat paham apa
yang harus dilakukan dan dikerjakan. Misi pada waktu itu lebih banyak dilakukan oleh para katekis hasil karya
J. Keyjer S.J. di Gedangan, Semarang lewat sekolah katekisnya. Sebenarnya kurang bijak jika memberikan tugas sebagai seorang katekis kepada katekis baru
tersebut, karena latar belakang mereka kebanyakan dari Kristen Protestan dan banyak dari mereka memiliki catatan buruk sebelum masuk Katolik. Kebanyakan
dari mereka terlibat penggelapan uang. Selain itu, terkesan bahwa orang Katolik baru ini masuk kedalam komunitas Katolik hanya sekedar untuk berlindung saja
dan bukan merupakan sebuah pertobatan yang murni. G. Hellings S.J. waktu itu cukup berhasil berkarya di antara masyarakat
pribumi di Semarang mencoba inovasi baru demi kemajuan misinya. Di sana beliau mengumpulkan ratusan orang Jawa-Katolik di wilayahnya. Kemudian
mereka dibagi menjadi beberapa kelompok yang nantinya akan menjadi guru agama dan katekis di daerah Yogyakarta, Kedu, Ambarawa, dan Semarang.
Mereka diberi wewenang yang cukup besar dari G. Hellings S.J. Tidak hanya itu saja, G. Hellings S.J. juga megusulkan kepada Vikaris Apostolik supaya misi
menggaji mereka supaya dapat memanfaatkan mereka secara total. G. Hellings S.J. menganggap para katekis baru tersebut layak mendapatkan wewenang yang
lebih dari para misionaris. Bahkan, G. Hellings S.J. menyebut mereka sebagai “Paulus van Java”.
15
Penolakan atas usulan G. Hellings S.J. muncul dari I. Vogel S.J. dan para imam Jesuit di sekitar Magelang. Surat dari I. Vogel S.J. kepada Vikaris Batavia
sudah menjelaskan bahwa latar belakang dari para katekis ini sudah tidak baik. Beberapa katekis yang dahulunya penganut Kristen merupakan para koruptor
yang kemudian beralih masuk ke Katolik. Mereka dikucilkan setelah melakukan tindakan korupsi. Selain itu, beliau berpendapat bahwa penunjukan dan pemberian
wewenang yang besar kepada para katekis yang sebagian mantan penganut Kristen tersebut merupakan sebuah ungkapan keputusasaan dari G. Hellings S.J. I.
Vogel S.J. meyebut para katek is tersebut sebagai “maling, koruptor, pencuri,
lalim, peminum opium”.
12
Keputusan besar ini akan berimbas buruk bagi karya F. van Lith S.J. nantinya. Para Katekis tidak lagi mementingkan karya misionaris, tetapi lebih
mementingkan materi saja. Kebobrokan para katekis ini akan terbongkar saat F. van Lith S.J. memulai karyanya. Tindakan korupsi dan keburukan lainnya dari
pera katekis baru ini terbongkar dan menjadikan karya misioner di Hindia tercoreng. Perubahan besar demi kemajuan sebuah misi Jawa akan dilakukannya.
Keberhasilan misi di Jawa sangat erat kaitannya dengan karya-karya yang dilakukannya.
12
Ibid,. hlm. 116-117.
16
BAB III KARYA F. VAN LITH S.J. DI JAWA