Munculnya Para Pemimpin Asli Jawa

46 hanya berhenti ditahap ini saja, beliau juga berusaha membentuk jiwa-jiwa pejuang dan yang bisa ikut serta dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

B. Munculnya Para Pemimpin Asli Jawa

Dari awal kedatangannya F. van Lith S.J. memang ingin mencetak calon penerus-penerusnya yang berasal dari masyarakat Jawa. Dengan mendirikan sekolah bagi masyarakat pribumi beliau yakin kelak akan muncul pemimpin yang mampu membawa kepada kemajuan bagi masyarakat Jawa. Pemimpin tersebut tidak hanya sebatas memikirkan segala macam hal mengenai kegerejaan saja, melainkan juga memikirkan hal yang lebih ke arah kepentingan seluruh masyarakat Jawa. Sejak awal F. van Lith S.J. selalu mengatakan bahwa kelak harus ada yang menggantikannya menjadi pemimpin misi di Jawa dan orang itu haruslah yang berasal dari kaum pribumi. Beliau menganggap bahwa jika pemimpin orang pribumi berasal dari kalangan mereka akan lebih bisa dimengerti apa yang disampaikan dan apa yang menjadi tujuannya. Memang ucapan tersebut muncul ketika beliau berkotbah di depan murid-muridnya dan dalam situasi yang religius dan harapannya supaya muncul imam pribumi akan tetapi, muridnya juga tidak hanya sebatas menelan mentah-mentah begitu saja. Beliau berharap kelak mereka tidak hanya sebatas menjadi pemimpin umat Katolik sajamelainkan menjadi pemimpin di pemerintahan Indoneia kelak ketika sudah mendapatkan kemerdekaan. Hal ini terlihat dari karya para alumni sekolah yang didirikan oleh F. van Lith S.J. di berbagai daerah yang tidak hanya sebatas fokus dalam kegiatan 47 gerejani melainkan juga sekaligus berperan dalam upaya merajut persatuan dan kesatuan melainkan juga kemerdekaan Indonesia. 39 Dari awal F. van Lith S.J. sudah membela rakyat pribumi lewat ungkapan- ungkapannya mengenai tindakan pemerintah kolonial di Indonesia dan Jawa khususnya. Secara terang-terangan beliau mengatakan akan memilih membela dan berjuang bersama masyarakat pribumi dibandingkan mendukung penindasan yang dilakukan pemerintah kolonial. Selain itu, beliau juga secara terang-terangan memperingatkan orang-orang Belanda di Indonesia supaya tidak terus menindas dan menganggap remeh orang pribumi terutama orang Jawa. Bahkan dalam suatu catatannya beliau secara terang-terangan mengatakan bahwa beliau sudah memikirkan bahwa kelak Jawa akan bergabung dengan daerah jajahan Belanda di seluruh wilayah Nusantara dan akan berubah menjadi sebuah wilayah kesatuan yang disebut dengan Nusantara. 40 Gagasan dan pemikiran F. van Lith S.J. lewat beberapa brosur yang diterbitkanya tersebut mengilhami para muridnya untuk sepaham dan sepemikiran dengannya. Banyak lulusan Kolese Xaverius yang bekerja menjadi guru di sekolah-sekolah Katolik dan negeri menyebarkan semangat kebangsaan di antara murid-muridnya. Dua orang lulusan awal dari Kolese Xaverius menjadi pioner dalam perjuangan masyarakat Jawa adalah Mgr. A. Soegijapranata S.J. dan Ignatius Kasimo. Kedua orang ini merupakan tokoh yang ikut berperan dalam upaya mencapai kemerdekaan bersama dengan tokoh-tokoh nasional lainya. 39 Fl. Hasto Rosarianto, op. cit., hlm. 190. 40 Hubertus Josephus Willbrordus Maria Boelaars, op. cit.,109-110. 48 Lulusan Kolese Xaverius selalu menjalin komunikasi dengan semua angkatan. Semasa hidupnya, F. van Lith S.J. juga selalu mengunjungi para alumnus Kolese Xaverius. Lulusan Kolese Xaverius banyak yang tergabung dalam berbagai organisasi sosial maupun keagamaan. Jauh sebelum munculnya organisasi politik di antara kalangan orang-orang Katolik, banyak lulusan Kolese Xaverius yang tergabung dalam suatu organisasi atau sosial. Perkumpulan pertama yang didirikan pada tahun 1913 adalah Katolik Wandawa “Keluarga Katolik”. Nama tersebut berasal dari istilah Jawa wanduwandawa yang berarti suatu kelompok kekerabatan yang luas. Selain perkumpulan tersebut ada pula perkumpulan lain seperti Katholike Sosial Bond yang anggotanya merupakan guru-guru lelaki yang kebanyakan merupakan lulusan Kolese Xaverius. Sebagai organisasi cabang dari Katolik Wandawa serta dijadikan komite sentral ada Poesara Katolika Wandawa . Pada tahun 1923 dibentuk sebuah organisasi perempuan yang diberi nama Wanita Katolik. 41 Salah satu aktifitas yang terbilang sukses yang digalang oleh para alimnus Kolese Xaverius dalam rangka mempererat tali persaudaraan antar lulusan adalah diterbitkannya sebuah majalah yang diberi nama Djawi Seraja Jawa Bekerjasama yang menerbitkan edisi pertama pada bulan Januari 1914. Pada pertengahan tahun saja sudah ada sekitar 500 orang yang berlangganan majalah tersebut. Banyak dari kalangan masyarakat tertarik untuk membaca karena isi dari majalah tersebut banyak bermuatan kritik sosial dan di dalamnya membangun semangat persatuan dan penanaman nasionalisme. Pada tahun 1920 majalah 41 Karel Steenbrink, op. cit., hlm. 644. 49 Djawi Serajadigantikan surat kabar yang diberi nama Swara Tama dan yang menjadi ketua redaktur adalah A. Soegijapranata S.J. Surat kabar ini berisikan berita nasional dan internasional yang banyak mengkritik mengenai semangat anti paham sosialis. 42 Pada tahun 1923, bertempat di Yogyakarta, sejumlah lulusan Kolese Xaverius membentuk suatu perkumpulan yang disebut dengan Pakempalan Politiek Katholie Djawi PPKD. Perkumpulan ini merupakan tindak lanjut dari terjalinnya dua komunitas lulusan Kolese Xaverius yang bernama Katholiek Djawi Vereeniging voor Politiek Actie dan IKP. Tujuan utama dari organisasi ini adalah untuk memajukan perikehidupan Bangsa Indonesia. Perubahan nama terjadi seiring dengan bertambah banyaknya anggota dan lingkupnya yang semakin luas serta pluralitasnya semakin kuat menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek Indonesia PPKI. Tokoh yang terkenal dari PPKI adalah Ignatius Kasimo yang sekaligus menjabat sebagai ketua organisasi tersebut. Ignatius Kasimo sangat berpengaruh suaranya dalam kegiatan di Dewan Rakyat. Beliau sangat menginginkan Indonesia merdeka dari Belanda. Cita-cita kebangsaan merupakan sebuah gagasan yang beliau usung bersama PPKD dalam sebuah rapat di Dewan rakyat. Beliau mengatakan bahwa Agama Katolik yang dibawa dan disebarkan oleh para misionaris tidak bertentangan dengan tujuan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Beliau juga selalu mendorong seluruh anggota dewan untuk bersatu dalam upaya mencapai cita-cita kebangsaan yang merdeka dari para penjajah Belanda tanpa memandang latar belakang agama ataupun suku dan 42 Ibid., hlm. 644. 50 budaya. Apa yang disuarakan oleh Ignatius Kasimo tersebut merupakan bukti bahwa karya-karya misioner yang ada di Indonesia dan Jawa khususnya membangun rasa cinta tanah air dan umat Katolik di Indonesia menyerukan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. 43 Peranan Ignatius Kasimo dalam perjuangan kebangsaan dimulai dari kegigihannya membela dan memperjuangkan hak-hak kemerdekaan di dalam Volksraad Dewan Rakyat dari tahun 1931-1943. Pidatonya yang terkenal di Volksraad adalah ketika dia menyerukan kemerdekaan untuk Bangsa Indonesia dalam sidang Volksraad 19 Juli 1932. “Tuan Ketua Dengan ini saya menyatakan bahwa suku-suku bangsa Indonesia yang berada di bawah kekuasaan Negeri Belanda, menurut kodratnya mempunyai hak serta kewajiban untuk membina eksistensinya sendiri sebagai bangsa, dan karenanya berhak memperjuangkan pengaturan negara sendiri sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan bangsa sesuai dengan kebutuhan nasional, yaitu sesempurna mungkin. Ini berarti bahwa Negeri Belanda sebagai negara berbudaya terpanggil untuk ikut mengembangkan seluruh rakyat, dan khususnya sebagai negara penjajah, mempunyai kewajiban untuk membimbing dan merampungkan pendidikan rakyat, sehingga dengan demikian dapat dicapai kesejahteraan rakyat Indonesia, untuk kemudian dapat diberikan hak untuk mengatur dan akhirnya memerintah sendiri.” 44 Bagi kalangan Katolik sendiri Ignatius Kasimo dipandang sebagai “bapak politik” bagi umat Katolik Indonesia. Lewat Partai Katolik yang didirikannya Ignatius Kasimo ingin menggarisbawahi bahwa iman Katolik adalah iman yang harusnya menggema dalam hidup bermasyarakat sehari-hari. Selain itu beliau selalu menekankan bahwa apa yang diajarkan oleh para pembesar misi tidaklah demi kepentingan Bangsa Belanda melainkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat pribumi. Hal ini sesuai dengan apa yang diserukan oleh F. van Lith S.J. yang menyatakan bahwa para misionaris merupakan pihak 43 Anton Haryono, op. cit., hlm., 202-203. 44 http:www.sesawi.net20111108ignatius-joseph-kasimo-pahlawan-nasional. Diakses pada tanggal 27 November 2014. 51 penengah antara Belanda dengan masyarakat pribumi serta jika masih terjadi penindasan maka para misionaris akan selalu mendukung pihak yang tertidas dan dalam hal ini adalah masyarakat pribumi. “…kami orang-orang Katolik Djawa bukanlah pengikut yang baik dari perintis besar Misi Jawa ini bila kami tidak sependapat dengan dia serta pengarang-pengarang Katolik terkenal lainnya seperti Cathrein dan Ferrari, mengenai prinsip kebangsaan, yaitu prinsip yang menyatakan bahwa setiap bangsa yang ada di seluruh dunia mempunyai hak untuk membentuk negara yang merdeka .” 45 Selain Ignatius Kasimo masih banyak tokoh lain yang sangat berpengaruh dalam perjuangan bangsa Indonesia. Salah satu tokoh yang sangat besar peranannya dalam perkembangan misi di Jawa dan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan adalah A. Soegijapranata S.J. Beliau tidak hanya sebagai salah satu tokoh yang turut berjuang dalam perjuangan, namun beliau juga sebagai seorang pemimpin umat Katolik di Jawa yang berasal dari kaum pribumi. Beliau menjabat sebagai Uskup pertama yang berasal dari golongan pribumi setelah didirikannya Vikaris Apostolik Semarang. Dilantiknya seorang Uskup yang berasal dari kalangan pribumi merupakan penghargaan yang sangat luar biasa dari para pemimpin Agama Katolik di Roma. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana para pemimpin misi di Roma sangat terkesan dengan keberhasilan misi di Jawa kususnya dan Indonesia pada umumnya. Hal ini menandakan bahwa orang pribumi telah sejajar dengan para pemimpin agama di Roma. Hal ini tidak bisa lepas dari bagaimana uasaha dari F. van Lith S.J. dalam membentuk kader-kader penerusnya. 45 http:www.sesawi.net20111108ignatius-joseph-kasimo-pahlawan-nasional. Diakses pada tanggal 27 November 2014. 52 Dalam catatannya ketika beliau berkunjung ke Surakarta dalam rangka menghadiri pernikahan Sri Mangkunegaran, F. van Lith S.J. mengatakan bahwa bangsa Indonesia khususnya Jawa tidak akan kehabisan pemimpin-pemimpin di masa yang akan datang. Hal ini beliau ungkapkan setelah melihat realita yang terjadi di sekitar Kraton Surakarta di mana beliau melihat anak-anak di sana bermain serdadu-serdaduan yang memperlihatkan jiwa kepemimpinan dan mentalitas yang bagus di antara anak-anak pribumi. Bahkan ungkapan yang perlu digarisbawahi adalah beliau sampai yakin bila anak-anak pribumi diberikan pendidikan yang tepat bukan hal yang mustahil bangsa Belanda yang menjajah Indonesia akan disingkirkan oleh mereka. Kehadiran Mgr. A. Soegijapranata S.J. sebagai pemimpin jemaat di Semarang inilah yang menjadi bukti bahwa ungkapan yang tertuang dalam catatan F. van Lith S.J. dia atas terbukti. 46 Mgr. A. Soegijapranata S.J. memiliki peran dalam mengobarkan semangat cinta tanah air dan bela negara serta beliau sebagai penyeimbang antara pihak pribumi dengan penjajah. Semboyan yang terkenal dari beliau adalah “kami adalah 100 Katolik dan 100 Indonesia”. Pernyataan ini merupakan bukti bahwa umat Katolik merupakan warga negara Indonesia yang juga harus turut berjuang dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. 47 Peran Mgr. A. Soegijapranata S.J. dalam dunia politik antara lain beliau mendukung Ir. Supardi yang merupakan orang kepercayaan beliau yang duduk di Dewan Nasional dalam pemerintahan Presiden Sukarno. Mgr. A. Soegijapranata S.J. termasuk salah 46 G. Budi Subanar, Kilasan Kisah Soegijapranata, KPG bekerjasama dengan USD 2012, Hal.17 47 Ibid., 18-21. 53 seorang pemimpin jemaat Katolik yang dekat dengan pemimpin bangsa Indonesia yaitu Ir. Sukarno. Banyak usaha yang dilakukan oleh Mgr. A. Soegijapranata S.J. dalam usahanya mempertahankan kemerdekaan. Usahanya tertuang dalam berbagai upaya diplomasi dengan Belanda atau Jepang yang menjajah Indonesia waktu itu. Inilah bentuk keberhasilan misi dan bukti keyakinan F. van Lith mengenai kehadiran kader-kader penerusnya. 54

BAB V KESIMPULAN