Kehidupan Masa Kecil F. van Lith S.J. Hingga Menjadi Seorang Jesuit

9

BAB II LATAR BELAKANG KEHIDUPAN F. VAN LITH S.J.

A. Kehidupan Masa Kecil F. van Lith S.J. Hingga Menjadi Seorang Jesuit

F. van Lith lahir pada tanggal 17 Mei 1863 di Oirschot, sebuah kota kecil di antara kota Tilburg dan Endhoven, di Propinsi Brabant, Belanda Selatan. Pada saat dia berumur 4 tahun keluarganya pindah ke Kota Eindoven. Ayahnya bekerja sebagai seorang juru sita di kota tersebut. Pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang diwariskan oleh ayahnya. Seperti halnya sebuah tradisi, kelak F. van Lith juga akan diwarisi pekerjaan tersebut. Akan tetapi, F. van Lith ingin menjadi guru sekolah atau bahkan menjadi seorang imam. 7 Kota Eindhoven merupakan pusat kebudayaan dan perdagangan pada waktu F. van Lith muda atau sekitar tahun 1870. Selain itu, Kota Eindhoven merupakan kota terbesar di Nort Brabanth. Dahulunya kota Brabath adalah kota yang cukup besar dengan ribuan penduduknya serta menjadi kota dagang dan pusat kebudayaan. Akan tetapi, pada saat itu kota Brabanth menjadi medan perang antar agama Katolik melawan Kristen Protestan. Tidak hanya itu, kekuasaan asing dan taufan juga silih berganti menggempur arca-arca gereja di sana. Meskipun Kota Brabanth sudah hancur lebur, semangat dan keberanian masyarakat di sana tak kunjung padam. Suatu ketika kemenangan bagi penduduk Brabanth muncul, yaitu ketika kebebasan untuk memeluk Agama Katolik hadir. 7 Fl. Hasto Rosarianto, op. cit., hlm. 108. 10 Meskipun pada akhirnya mereka terbelakang dalam hal materi, akan tetapi mereka kaya akan jiwa Katolik mereka. Watak welas asih, bijaksana, murah hati dan pekerja keras menjadi modal awal semangatnya untuk menjadi seorang Jesuit yang baik di antara orang Jawa nantinya. Dia menolak keinginan orang tuanya untuk meneruskan tradisi sebagai juru sita. F. van Lith tidak ingin menjadi “duri dalam daging” bagi sesamanya. Jika dia menjadi seorang juru sita, pasti akan gemar menyakiti orang serta mengusir orang seenaknya saja dan hal itu adalah sesuatu yang amat tidak diinginkannya. Karena ingin mengejar cita-citanya menjadi seorang guru, akhirnya F. van Lith memutuskan untuk masuk sekolah Latin yang dipimpin oleh tuan Gemert. F. van Lith muda kemudian mengikuti kursus di sana dan belajar dengan tekun. Dalam dua tahun, dia mampu menyelesaikan kursus yang seharusnya empat tahun ditempuhnya. F. van Lith sangat gemar membaca buku. Kebanyakan dari bacaannya adalah mengenai keagamaan, khususnya tentang Agama Katolik. Dalam benaknya muncul keinginan supaya Agama Katolik dapat berkembang dengan pesat. Ketika F. van Lith membaca mengenai bagaimana perlawanan para Jesuit menentang kritik yang ditujukan kepada mereka, terbesit dalam hatinya untuk menjadi seorang Jesuit. 8 Setelah menyelesaikan kursusnya di tempat tuan Gamert, F. van Lith melanjutkan belajar di novisiat milik imam-imam Jesuit di Marindal dekat Grave. 8 Panitia Kerja Pembangunan Monumen Romo van Lith S.J., Manunggal Dengan Rakyat Dasar mengrasul Romo Van Lith S.J. Pendiri Misi Jawa Tengah 1863-1926, Yogyakarta, Panitia Kerja Pembangunan Monumen Romo van Lith S.J, 1979, hlm. 5-6. 11 Di sana F. van Lith terkenal sebagai pribadi yang penyendiri dan pemalu. F. van Lith menyadari bahwa sifatnya itu tidak baik bagi kariernya kelak jika menjadi seorang imam. Dia berusaha menghilangkan kebiasaan buruk tersebut dengan berlatih seni berpidato. Lambat laun kebiasaan buruknya itu hilang dengan sendirinya. Setelah menyelesaikan proses belajarnya bersama dengan para Jesuit di Marindal, F. van Lith melanjutkan studi filsafat di Inggris. Dia menjalani studi di Stonyhurst, Inggris selama 3 tahun. Sepulangnya dari Inggris F. van Lith. menjalani Orientasi Kerasulan sebagai seorang guru matematika dan Bahasa Inggris di Kolese Katwick. Selama mengajar di Kolese Katwich F. van Lith dikenal sebagai pribadi yang sederhana, murah hati, jujur, adil, dan tegas oleh murid dan sesama guru. Setelah menyelesaikan tugasnya di Kolese Katwich, F. van Lith melanjutkan studi Teologi di Maastricht. Barulah setelah tiga tahun F. van Lith dapat menyelesaikan studi Teologinya. F. van Lith ditahbis menjadi imam pada tanggal 8 September 1894. Satu tahun sesudah ditahbis menjadi seorang imam, F. van Lith S.J. dikirim ke Drongen, Belgia, untuk memulai tersiat. Hal yang tidak terduga harus dijalani seorang Jesuit baru ini. F. van Lith S.J dikirim ke Jawa untuk menjalankan misinya sebagai seorang misionaris. Karena beliau seorang yang taat kepada perintah pemimpin misi dan aturan sebagai seorang misionaris, akhirnya beliau menjalankan perintah untuk berkarya di Hindia Belanda. 9 9 Ibid., hlm. 6-7. 12

B. Penunjukan F. van Lith S.J. ke Tanah Misi di Jawa