Tujuan Pembelajaran Materi Ajar

64

B. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Sikap Spiritual a. Melalui pembelajaran siswa dapat mengamalkan sikap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah dengan belajar tekun. 2. Kompetensi Sikap Sosial b. Melalui pembelajaran siswa dapat menunjukkan sikap dan perilaku menghargai terhadap kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah. c. Melalui pembelajaran siswa dapat menunjukkan sikap bertanggung jawab dan peduli di sekolah. d. Melalui pembelajaran siswa dapat menunjukkan sikap reponsif dan pro- aktif dalam setiap legiatan pembelajaran di kelas. e. Melalui pembelajaran siswa dapat menunjukkan sikap dan perilaku cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari. f. Melalui pembelajaran siswa dapat menunjukkan sikap dan perilaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah. 3. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik dapat: a. Menjelaskan latar belakang kehidupan F. van Lith S.J 1896-1926. b. Menjelaskan keadaan Jawa sebelum kedatangan F. van Lith S.J 1896- 1926. c. Menjelaskan karya F. van Lith S.J. dalam bidang pendidikan di Jawa1896-1926. d. Menjelaskan dampak dari karya F. van Lith S.J. dalam bidang pendidikan di Jawa 1896-1926. e. Melaporkan latar belakang kedatangan, keadaan Jawa sebelum kedatangan F. van Lith S.Y. , karya F. Van Lith dalam bidang pendidikan di Jawa , dan dampak dari adanya karya dalam dunia pendidikan oleh F. van Lith S.J 1896-1926. 65

C. Materi Ajar

F. van Lith lahir pada tanggal 17 Mei 1863 di Oirschot, propinsi Brabant, Belanda Selatan. F. van Lith dari kecil ingin sekali menjadi seorang guru. Namun, ketika beliau belajar di sekolah Latin beliau berubah pikiran dan ingin sekali menjadi seorang Jesuit setelah membaca kritik yang ditujukan kepada para Jesuit. Setelah menyelesaikan kursusnya di tempat tuan Gamert, F. van Lith melanjutkan belajar di novisiat milik imam-imam Jesuit di Marindal, dekat Grave dan kemudian melanjutkan studi filsafat di Inggris. Sepulangnya dari Inggris F. van Lith menjalani Orientasi Kerasulan sebagai seorang guru Matematika dan Bahasa Inggris di Kolese Katwick dan kemudian dia melanjutkan studi Teologi di Maastricht. F. van Lith ditahbis menjadi imam pada tanggal 8 September 1894, kemudian dikirim ke Drongen, Belgia, untuk memulai tersiat. F. van Lith S.J. menerima sebuah pesan singkat dari Provinsial misi yang bernama H. van den Boogaard S.J. pada tanggal 18 Agustus 1896 untuk berkarya Indonesia. F. van Lith S.J. berangkat dari Maseilles pada tanggal 28 Agustus. Pada awal karyanya di Hindia Belanda, F. van Lith S.J berselisih paham dengan katekis dan P. Hovenaars S.J. karena para katekis melakukan tindakan korupsi. Perselisihan itu berlanjut dengan perbedaan pendapat mengenai metode yang digunakan dalam berkarya. Perbedaan antara keduanya terlihat dari cara menterjemahkan doa Bapa Kami dan cara membaptis. Perselisihan berakhir dengan dipindahnya P. Hovenaars S.J. dari Mendut. F. van Lith S.J. ingin membangun sekolah bagi kaum pribumi supaya mereka menganut Agama Katolik dan kelak menjadi kader penerusnya, dengan membangun Kweekschool-A atau 66 sekolah guru bantu dengan bahasa lokal sebagai bahasa pengantar. Kemudian, F. van Lith S.J. membuka Kweekschool-B sebagai lanjutan dari Kweekschool-A. Di Mendut F. van Lith S.J. mendirikan sekolah bagi perempuan-perempuan pribumi. Pada tanggal 30 September 1910 hingga 18 Maret 1911 kurang lebih selama enam bulan Provinsial Belanda yang bernama I. Vogels S.J. mengunjungi Indonesia. Bersamaan dengan kedatangan Provinsial Belanda tersebut, Kweekschool Muntilan dijadikan sebagai Kolese Xaverius. Melihat perkembangan iman yang mendalam dalam diri anak-anak asrama Kolese Xaverius, F. van Lith S.J. tergerak untuk membangun sebuah seminari di Muntilan. Dorongan ini muncul ketika seorang muridnya yang bernama P.J. Darmosapoetro dan F.X. Satiman menemuinya untuk megutarakan niatnya menjadi seorang imam. Kemudian pada tanggal 31 Mei 1912 diresmikanlah seminari di Muntilan. Dampak dari didirikannya Kweekschool-A dan Kweekschool B adalah tumbuhnya kaum terdidik dari kalangan pribumi. Dari munculnya kaum terdidik tersebut banyak yang kemudian menganut Agama Katolik dan mereka banyak bekecimpung dalam karya missioner serta menjadi tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia seperti Mgr. Albertus Soegijapranata S.J. dan Ignatius Kasimo.

D. Metode Pelajaran