Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat Ismail dkk. dalam Hamzah Muhlisrarini, 2014: 48. Matemtaika mempelajari tentang operasi hitung, sifat dan unsur berbagai bangun datar dan ruang, pengukuran, penafsiran data sederhana, dan pemecahan masalah melalui Matematika. Menurut Runtukahu dan Kandou 2014: 32-42 fungsi Matematika adalah sebagai bahasa simbol untuk berkomunikasi, merekam pengetahuan, membuat klasifikasi ganda secara langsung, menjelaskan, membuat kegiatan reflektif, menunjukkan struktur, manipulasi proses matematika secara otomatis, mengulang informasi dan pengertian, dan fungsi seni. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama BSNP, 2006: 147. Tujuan mempelajari Matematika adalah mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 kemampuan mengukur, menurunkan dan berhitung serta menggunakan rumus Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Matematika diajarkan sebagai pengasah otak untuk kebutuhan filsafat maupun teologis, serta diajarkan untuk memenuhi kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan, teknologi dan hampir semua kebutuhan sehari-hari Runtukahu Kandou, 2014: 15. Pembelajaran Matematika yang seharusnya adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan menghadapkan siswa dengan realitas, serta dapat membantu siswa untuk menyelesaikan masalah pengukuran dan hitungan. Sehingga, guru harus merancang proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas berpikir siswa dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi Matematika Susanto, 2013: 187. Untuk mengembangkan kreativitas berpikir, kemampuan berpikir, serta meningkatkan penguasaan materi Matematika, diperlukan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat di dalamnya, tidak melulu terpaku pada pembelajaran yang bersifat abstrak dan mendidik siswa dengan cara menghafal tanpa memahami konsep awal dari suatu materi. Peserta didik perlu didorong untuk memperkaya diri melalui pengamatan mengenai pemaknaan dari dunia nyata dan bukan hanya didasarkan atas persepsi nyata dari hasil pengamatan inderawi Abdulhak Darmawan, 2013: 8. Dalam konteks pendidikan formal, sekolah diciptakan untuk tempat para siswa belajar. Maka guru dan berbagai fasilitas pembelajaran yang lain disediakan untuk membantu siswa melaksanakan kegiatan belajarnya. Siswa menjadi pusat seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah Prastowo, 2014: 20. Pembelajaran 3 yang berpusat pada peserta didik, menjadikan peserta didik sebagai subjek dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Posisi peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran, sangat memungkinkan bagi mereka untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran Wiyani, 2014: 166. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman, karena dengan pengalaman tersebut pelajar menggunakan seluruh pancaindranya Cronbach dalam Baharuddin Wahyuni, 2015:16. Siswa perlu belajar melalui pengalaman dan dihadapkan dengan permasalahan tentang pengukuran dan perhitungan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembelajaran yang konvensional hanya memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyimak penjelasan gurunya dalam memberikan contoh dan menyelesaikan soal-soal di papan tulis, kemudian meminta siswa bekerja sendiri dalam buku teks atau lembar kerja siswa LKS yang disediakan. Konsekuensinya ialah siswa akan mengalami kesulitan atau membuat kesalahan jika diberi soal yang berbeda dengan soal latihan yang telah dijelaskan guru. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya mengahafalkan prosedur penyelesaian dan kemampuan pemahaman siswa dapat dikatakan kurang Susanto, 2013: 192. Pengalaman dalam belajar dapat diperoleh siswa melalui kegiatan pembelajaran yang didukung oleh sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang terbaik. Warsita dalam Prastowo, 2015: 122 juga menegaskan bahwa belajar sesungguhnya perlu adanya sumber belajar. Sumber belajar ialah segala sesuatu yang bisa menimbulkan proses belajar. Adapun contohnya adalah buku paket, modul, LKS, realitas, dan model Prastowo, 2015: 124. Buku yang sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran Matematika adalah buku yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 mengarahkan siswa pada kehidupan sehari-hari yang memuat masalah Matematika seperti pengukuran dan hitungan. Dari hasil wawancara kepada 4 guru kelas IV di empat sekolah dasar yang berada di Kabupaten Sleman khususnya di wilayah Sleman Timur, diperoleh informasi bahwa pembelajaran Matematika di kelas belum berpusat pada peserta didik. Guru mengakui bahwa dalam pembelajaran Matematika masih sering mengajar secara konvensional dengan memberikan materi melalui ceramah dan metode hafalan. Guru-guru mengungkapkan terdapat beberapa materi yang sulit untuk diajarkan kepada siswa, salah satunya adalah materi KPK dan FPB di kelas IV. Materi ini dianggap sulit untuk disampaikan kepada siswa karena siswa kurang memahami konsep dari KPK dan FPB sehingga sering terbalik antara soal KPK dan soal FPB dalam penyelesaiannya. Dalam penyampaian materi KPK dan FPB, guru menggunakan buku paket yang sudah ada dan memberikan cara cepat melalui pohon faktor. Namun, menurut pendapat dari 4 guru yang diwawancarai, materi yang disajikan dalam buku paket yang ada masih abstrak bagi siswa. Apalagi untuk buku kurikulum 2013, materi KPK dan FPB tidak dipelajari secara mendalam. Selain itu, dalam penyampaian materi KPK dan FPB guru-guru juga tidak menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 siswa kelas IV di empat sekolah dasar yang berada di Kabupaten Sleman khususnya di wilayah Sleman Timur, diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi KPK dan FPB. Mereka sulit untuk membedakan antara konsep kelipatan dan konsep faktor. Siswa juga terkadang bingung jika diminta untuk menyelesaikan soal cerita yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 berkaitan dengan materi KPK dan FPB. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu siswa yang diwawancarai “Bingung kalau disuruh ngerjain soal cerita KPK FPB suka kebalik caranya, jadinya salah jawabannya ”. Siswa juga mengungkapkan bahwa selama pembelajaran KPK dan FPB, guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran dan hanya meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal dengan cara yang sudah dijelaskan oleh guru. Dari hasil wawancara tersebut, maka peneliti mengembangkan buku ajar berupa buku guru dan buku siswa dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI sebagai salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SD. Sesuai dengan teori perkembangan kognitif anak yang dikemukakan oleh Jean Piaget, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret 7-11 tahun. Dikatakan tahap operasional konkret karena pada masa ini, pikiran anak terbatas pada objek- objek yang ia jumpai dari pengalaman langsung. Anak akan menemui kesulitan untuk memecahkan masalah hanya dengan mengandalkan daya otaknya tanpa mencoba melakukan kegiatan. Segala sesuatu yang dipikirkan harus ditarik pada hal-hal yang konkret tanpa ada penarikan seperti itu, maka akan sulit dipecahkan oleh anak Abdulhak Darmawan, 2013: 74. Sehingga, pada tahap ini anak membutuhkan objek yang konkret agar dapat berpikir secara logis. Anak dapat melakukan “operasi” dan penalaran logis menggantikan pikiran intuitif, selama penalaran dapat diterapkan pada contoh khusus dan konkret Sumanto, 2014: 158. Selain itu, anak usia SD juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu senang bermain, selalu bergerak, bekerja atau bermain dalam kelompok, dan senantiasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 ingin melaksanakan atau merasakan sendiri Sumantri Nana, 2011: 63. Siswa kelas IV SD termasuk dalam tahap operasional konkret, sehingga salah satu pendekatan dalam pembelajaran Matematika yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa ini adalah pendekatan PMRI. Menurut Wijaya 2012: 20, pendekatan PMRI merupakan suatu pendekatan pembelajaran Matematika yang menghubungkan Matematika dengan realitas dan Matematika sebagai aktivitas manusia. Penggunaan kata realistik tidak sekadar menunjuk adanya suatu koneksi dengan dunia nyata, tetapi lebih mengacu pada penekanan penggunaan suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa Panhuizen dalam Wijaya, 2012: 20. Menurut Freudenthal dalam Wijaya, 2012: 20, proses belajar siswa hanya akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi siswa. Suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu konteks CORD dalam Wijaya, 2012: 20 atau pembelajaran menggunakan permasalahan realistik. Suatu cerita rekaan, permainan, atau bentuk formal Matematika bisa digunakan sebagai masalah realistik. Dalam Pendidikan Matematika Realistik, permasalahan realistik digunakan sebagai fondasi dalam membangun konsep Matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk pembelajaran Wijaya, 2012: 21. Berdasarkan analisis yang telah peneliti lakukan terhadap masalah yang terjadi di sekolah dasar maka peneliti melakukan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan sebuah produk berupa buku ajar. Buku yang dihasilkan terdiri dari buku guru dan buku siswa yang dibuat menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia untuk kelas IV SD. Peneliti membuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 dua jenis buku yaitu buku guru dan buku siswa karena tidak hanya siswa saja yang membutuhkan buku sebagai sumber belajar, tetapi guru juga membutuhkan sebuah buku yang dapat memberikan panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan pendekatan PMRI. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berjudul “Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesi a PMRI”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas II Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 163

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas IV SD dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 2 174

Pengembangan buku guru dan buku siswa SD kelas II mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

3 16 141

Pengembangan buku siswa dan buku guru sekolah dasar kelas III mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 158

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas IV SD dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 168

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 160

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III SD dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

1 9 181

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas IV SD dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 0 172

Pengembangan buku guru dan buku siswa SD kelas II mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 0 139

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III SD dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 2 179