24
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-
orang dewasa lainnya. e.
Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan,
anak biasanya tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada masa kelas-kelas tinggi karena permasalahan dalam penelitian terdapat di kelas IV yang melibatkan
subjek penelitian berumur 9 atau 10. Sehingga kegiatan pembelajaran dalam buku dibuat dengan memperhatikan sifat khas anak-anak pada masa kelas-kelas tinggi.
2.1.5 PMRI
2.1.5.1 Pengertian PMRI
Wijaya 2012: 20 mengungkapkan bahwa Pendidikan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran Matematika di Belanda.
Pendidikan Matematika Realistik menempatkan penekanan dalam penggunaan situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa. Susanto 2013: 205 menguraikan
bahwa Pendidikan Matematika Realistik Indonesia merupakan suatu pendekatan pembelajaran Matematika yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa PMRI merupakan suatu pendekatan yang menghadapkan siswa pada permasalahan yang nyata dalam
kehidupan sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.1.5.2 Karakteristik PMRI
Treffers dalam Wijaya, 2012:21 merumuskan lima karakteristik Pendidikan Matematika Realistik, yaitu:
1. Penggunaan konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran Matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia
nyata, tetapi dapat dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain yan bermakna dan dapat dibayangkan oleh siswa.
2. Penggunaan model
Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan dan Matematika konkret menuju pengetahuan Matematika tingkat formal.
Model merupakan suatu alat “vertikal” dalam Matematika yang tidak bisa dilepaskan dari proses matematisasi karena model adalah tahapan
proses transisi level informal menuju level Matematika formal. 3.
Pemanfaatan hasil kontruksi siwa Siswa memiliki kebebasan dalam mengembangkan strategi pemecahan
masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan
pengembangan konsep Matematika. 4.
Interaktivitas Pemanfaatan
interaksi dalam
pembelajaran Matematika
dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.
26
Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna saat siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
5. Keterkaitan
Pendidikan Matematika Realistik menempatkan keterkaitan antar konsep Matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses
pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran Matematika diharapkan dapat mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep
Matematika secara bersamaan. Seluruh karakteristik dalam Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
PMRI tersebut digunakan oleh peneliti sebagai dasar pembuatan buku guru dan buku siswa.
2.1.6 Buku Ajar