5. Pendidikan inklusif berarti melibatkan peran orangtua secara bermakna
dalam proses perencanaan. Keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada pertisipasi aktif orangtua pada pendidikan anaknya, misal
keterlibatan mereka dala penyususnan Program Pengajaran Individual PPI dan bantuan dalam belajar di rumah.
2.1.3 Metode Pengajaran
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai suatu tujuan, Djamarah dalam Zain, 2010: 11. Pengajaran dapat diartikan sebagi praktik menularkan
informasi untuk proses pembelajaran, Huda 2013:6. Metode pengajaran merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, Siregar 2010: 32. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Bahri dalam Siregar, 2010: 32 bahwa metode pengajaran sebagai cara yang
digunakan guru sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai
secara maksimal apabila seorang guru menggunakan metode pengajaran dengan tepat, Raharjo 2012: 56. Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa metode merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, dan tujuan akan tercapai apabila metode yang digunakan sesuai dengan
karakteristik siswa. Dengan begitu, dalam memilih metode pengajaran yang akan digunakan ketika mengajar di dalam kelas, guru harus mengetahui latar
belakang kemampuan siswanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam pendidikan inklusi, bentuk metode pengajaran yang digunakan guru di kelas meliputi, metode pengajaran langsung, metode pengajaran tidak
langsung, scaffolding, dan latihan mandiri, Rosenshine dan Stevens dalam Friend 2015: 202. Berikut ini berbagai bentuk metode yang digunakan dalam
pendidikan inklusi: 1.
Metode Pengajaran Langsung Siswa akan lebih siap untuk mempelajari keterampilan dan pokok bahasan
ketika materi tersebut disampaikan secara sistematis dan eksplisit melalui metode pengajaran langsung, Rosenshine dan Stevens dalam Friend 1986:
202. Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Model pengajaran ini merupakan model yang kadar
berpusat pada gurunya paling tinggi dan paling sering digunakan, Majid 2013: 11. Dalam metode ini di dalamnya termasuk metode ceramah,
praktek, latihan dan demonstrasi. Menurut Arends dalam Trianto 2009:41 model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang betahap. Berikut beberapa elemen kuncinya:
a. Mengulas dan memeriksa kembali hasil pekerjaan kemarin.
Aspek dari pengajaran langsung ini termasuk menetapkan kegiatan rutinitas untuk memeriksa pekerjaan rumah serta mengulas kembali
keterampilam prasyarat dan pengajaran yang sebelumnya. b.
Menampilkan muatan atau keterampilan baru. Para guru memulai pelajaran dengan pernyataan pendek mengenai gambaran ringkas
mengenai apa yang akan dipelajari. Materi disampaikan dengan langkah kecil, misalnya demonstrasi atau menggunakan ilustrasi dan contoh
konkret. Pendidikan keterampilan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus selain berfungsi selektif, edukatif, rekreatif dan
terapi juga dapat dijadikan bekal dalam kehidupan kelak. Selektif yaitu untuk mengarahkan minat, bakat serta keterampilan. Edukatif berarti
membimbing anak untuk berpikir logis, berperasaan halus dan kemampuan untuk bekerja. Rekreatif adalah kegiatan yang dipergagakan
sangat menyenangkan bagi anak berkebutuhan khusus. Terapi yaitu aktivitas keterampilan yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana
habilitasi akibat kelainan atau ketunaan yang disandangnya. c.
Menyediakan latihan dengan bimbingan dan memeriksa pemahaman siswa. Cara guru membimbing yaitu dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang berkaitan dengan keterampilan baru. Respon siswa tidak hanya memberikan kesempatan
bagi siswa untuk berlatih namun juga memungkinkan kita untuk memantau sejauh mana pengetahuan siswa.
d. Memberikan umpan balik dan koreksi serta mengajari ulang. Ketika
siswa menjawab dengan percaya diri dan jawaban benar, maka guru wajib memberikan pengakuan singkat dari jawaban siswa misalnya
dengan “Ya, itu benar”. Apabila siswa menjawab dengan ragu-ragu, guru bisa memberikan pengakuan singkat, misalnya “Ya, Aris itu benar
karena……”. Apabila jawaban siswa masih salah atau kurang tepat, maka guru wajib memberikan umpan balik dengan membenarkan
jawaban siswa. e.
Menyediakan latihan mandiri. Siswa-siswi diberikan tugas latihan mandiri yang berkaitan langsung dengan keterampilan yang diajarkan
sampai siswa bisa menjawab dengan benar. f.
Sering-sering mengulas kembali. Memberikan ulasan mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pekerjaan rumah
dan ulangan. Materi yang terlewatkan dalam pekerjaan rumah atau ulangan bisa diajarkan kembali.
2. Metode Pengajaran Tidak Langsung
Metode pengajaran langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi dalam melakukan observasi dan penyelidikan. Borich
menyebutkan tipe pengajaran ini sering disebut sebagai konstruktivis karena adanya keyakinan bahwa siswa-siswi mampu membangun
pengertian mereka sendiri, dan dari sebagian kasus tanpa pengajaran eksplisit dari guru dalam Knight, 2002. Jarolimek menyebutkan metode
pengajaran tidak langsung paling umum disebut dengan pengajaran inkuiri,
atau pengajaran penemuan dalam Maroney: 2003. Peran guru dalam pendekatan inkuiri sebagai fasilitator yang membimbing penyelidikan
siswa dengan membantu mengidentifikasi persoalan kemudian menemukan solusi dari permasalahan yang ditemukan siswa. Dalam pembelajaran tidak
langsung guru merancang lingkungan belajar, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dan guru memberikan umpan balik
ketika siswa melakukan inkuiri. Metode pengajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan pengajaran non cetak maupun cetak
serta sumber-sumber lain. 3.
Latihan Siswa Mandiri Dalam metode pengajaran latihan mandiri ini memberikan kesempatan
kepada siswa supaya mandiri. Latihan yang diberikan untuk siswa bersifat individual sehingga memungkinkan siswa bekerja secara mandiri.
Penggunaan model pengajaran ini bertujuan untuk membangun inisiatif dari masing-masing siswa secara individu, kemandirian serta peningkatan
diri. Selain itu, pemberian tugas juga harus spesifik dan tersistem, harus berkaitan dengan objek sasarannya. Dengan memberikan latihan yang
tersistem sangat membantu anak berkebutuhan khusus supaya dapat menguasai keterampilan akademis. Bentuk latihan lain yang dapat
membantu siswa, yaitu dengan memberikan pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah memiliki efek positif terhadap prestasi siswa.
4. Scaffolding
Scaffolding merupakan “bentuk dukungan yang disediakan oleh guru atau
siswa lain untuk membantu siswa menjembatani jarak antara kemampuan mereka yang sekarang dengan target yang dituju”, Rosenshine Stevens
dalam Friend 1992: 2. Dukungan yang diberikan ini meliputi strategi pengajaran tersistematis. Sebelum menggunakan scaffolding, mula-mula
guru mencari tahu jika siswa-siswinya memiliki pengetahuan dasar yang diperlukan untuk mempelajari keterampilan yang akan diajarkan.
a. Memberikan strategi kognitif yang baru. Guru memperkenalkan strategi
yang konkret. Pertama-tama guru memperkenalkan strategi pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah, mengajukan hipotesis untuk
menjelaskan masalah, mengumpulkan data untuk mengevaluasi hipotesis, mengevaluasi bukti, dan membuat kesimpulan.
b. Mengatur tingkat kesulitan selama latihan terbimbing. Pada tahap ini, siswa
mulai melatih strategi baru dengan materi pelajaran yang sudah disederhanakan sehingga mudah untuk mempelajarinya.
c. Menyediakan konteks yang beraneka ragam untuk latihan siswa. Proses
pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan bisa di luar kelas atau dibuat kelompok kooperatif sehingga masing-masing siswa
dapat membantu teman lain yang belum paham. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Menyediakan umpan balik, guru membuat daftar ceklis evaluasi
berdasarkan pada pemecahan masalah. Siswa mengajukan pertanyaan kepada dirinya sendiri untuk mengevaluasi kemampuan diri siswa.
e. Mengingkatkan tanggung jawab siswa. Siswa diberikan tugas mandiri,
namun dengan meminimalisir bantuan dari guru atau teman lain. f.
Menyediakan latihan mandiri. Guru memberikan tugas individu kepada siswa untuk membantu mereka dalam menerapkan hal yang telah mereka
pahami terhadap situasi baru. Berdasarkan bentuk-bentuk metode pengajaran di sekolah inklusi, maka
sangatlah perlu bagi guru di sekolah dasar inkusi untuk memahami bentuk metode pengajaran ini sehingga dalam penarapannya di dalam kelas
mampu meningkatkan kemampuan serta potensi dari siswa. Untuk itu, teori dalam metode pengajaran ini dijadikan acuan dalam penyusunan kisi-kisi
metode pengajaran yang peneliti lakukan.
2.1.4 Sekolah Dasar Inklusi di Bantul