8
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab kajian teori ini, peneliti membahas tentang landasan teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pendidikan Inklusi
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan membawa
perkembangan yang
penting dalam
perkembangan manusia. Dengan begitu pendidikan juga menjadi hak asasi bagi manusia tanpa terkecuali, baik anak berkebutuhan tidak secara khusus
maupun anak yang memiliki kebutuhan khusus tanpa memandang latar belakang kehidupan. Dalam hal ini anak yang memiliki kebutuhan khusus
berhak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kesempatan seperti anak berkebutuhan tidak secara khusus yang lain. Permasalahan yang terjadi
sekarang ini adalah tidak semua daerah di Indonesia dekat dengan SLB sekolah luar biasa, kalaupun ada biasanya terdapat di di daerah ibukota
kabupaten. Padahal anak-anak yang berkelainan tidak hanya di daerah kabupaten, banyak yang tersebar di daerah-daerah terpencil. Keadaan
ekonomi orang tua yang lemah terpaksa tidak disekolahkan di SLB, dan tidak semua sekolah regular mampu menangani siswa yang memiliki kebutuhan
khusus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam persoalan yang seperti ini, muncul pendidikan inklusi yang bisa menjadi solusi bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Inklusi berasal
dari Bahasa Inggris yaitu inclution. Smith 2012: 45 menyebutkan inklusi adalah istilah terbaru yang dipergunakan untuk mendeskripsikan penyatuan
bagi anak-anak berkelainan penyandang hambatan cacat ke dalam program- program sekolah. Ilahi 2013: 23 menyebutkan pendidikan inklusi
merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik dan mental. Di Indonesia,
pendidikan inklusi secara resmi didefinisikan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama
dengan anak sebayanya di sekolah regular yang terdekat dengan tempat tinggalnya, Ilahi 2013: 23. Melalui pendidikan inklusi ini, anak yang
memiliki kebutuhan khusus bisa mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan tanpa merasa berkecil hati apabila harus berkumpul bersama anak
lain yang memiliki fisik yang normal. Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa anak atau peserta didik yang memiliki kelainan fisik dan mental disebut dengan istilah anak luar biasa. Sementara
dalam Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak yang memiliki kelainan fisik dan mental disebut dengan istilah
anak berkebutuhan khusus, Wiyani 2014: 17. Anak bekebutuhan khusus adalah anak yag memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak lain
pada umumnya pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Kirk dan Gallagher 1986: 5.
mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus the exceptional child adalah anak yang berbeda dari anak rata-rata atau normal dalam perihal;
karakteristik mental, kemampuan sensori, kemampuan komunikasi, perilaku sosial serta karakterisitik fisik. Sedangkan Hallan dan Kauffman 1986: 7
mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan pendidikan khusus yang disebabkan karena mereka mempunyai
perbedaan yang sangat mencolok dari anak-anak pada umumnya. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak lain pada umumnya tanpa selalu menunjukkan perbedaan emosi, fisik dan mental,
sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara khusus. Menurut Mangunsong dalam Aziz, 2015: 59 menyebutkan bahwa jenis-jenis anak
berkebutuhan khusus terdiri atas, autis Autistic Spectrum Disorder, Attention Defict Hyperactivity Disorder ADHD, anak berbakat gifted, anak dengan
hambatan berbicara dan bahasa, anak berkesulitan belajar, tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Sedangkan Cahya 2013: 9 menyebutkan jenis
anak berkebutuhan khusus meliputi tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, gifted, slow learner, anak berkesulitan belajar spesifik, anak
autis, anak ADHD. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Inklusi