Transkripsi Ritmis TRANSKRIPSI RITMIS DAN ANALISIS TEKSTUAL RAP

BAB IV TRANSKRIPSI RITMIS DAN ANALISIS TEKSTUAL RAP

4.1 Transkripsi Ritmis

Sebelum melakukan kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah mengubah bunyi musik ke dalam lambang visual melalui sebuah proses kerja yang disebut transkripsi. Nettl mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, mengalihkan bunyi menjadi simbol visual, atau kegiatan memvisualisasikan bunyi musik ke dalam bentuk notasi dengan cara menuliskannya ke atas kertas. 25 Pada umumnya dalam budaya oral, notasi yang digunakan ialah notasi konvensional Barat, hal ini menjadi alternatif pilihan yang paling besar kemungkinannya digunakan, terutama jika dalam budaya musikal yang diteliti tidak tersedia sistem penulisan notasi musik. Walaupun kegiatan mentranskripsi musik tradisional dalam bentuk notasi visual sejak lama telah dianggap sebagai tugas yang esensial, berat dan sukar bagi para etnomusikologmusikologmusisi seniman, namun untuk melihat dan memahami bunyi musik sebagai produksi dari tata tingkah laku masyarakat pemiliknya dalam bentuk visual, maka tidak ada cara lain kecuali melakukan transkripsi terhadap bunyi musik yang akan dideskripsikan itu. 26 25 Nettl, op. cit., 98. 26 Supanggah, op. cit., 13. Dari pengamatan yang dilakukan oleh beberapa ahli, memang terdapat kelemahan yang serius terhadap hasil transkripsi yang menggunakan notasi musik Barat yang konvensional. Hal ini disebabkan: Universitas Sumatera Utara • Pertama, notasi ini terlalu subyektif, yaitu telinga manusia tidak mampu menerima atau menangkap apa saja yang disajikan dalam musik yang akan ditranskripsi, sekalipun rekaman itu diulang berkali-kali, dan juga ketajaman persepsi individual dari si pentranskripsi yang berbeda-beda. • Kedua, notasi musik Barat bukan didesain untuk musik tradisi lisan lihat Seeger, 1958. • Ketiga, sejauh ini belum ada satu notasi visual pun yang dirancang, termasuk notasi Barat dengan tanda-tanda khusus untuk nada-nada non-konvensional dan lain-lain, yang dapat mewakili, seperti kualitas suara yang asli, cara-cara yang penting dalam memproduksi bunyi vokal atau intrumental, dan sebagainya. 27 Untuk itu keterbatasan notasi musik Barat haruslah disadari apabila kita hendak melakukan suatu transkripsi yang detail, sebagaimana di kemukakan oleh Singer. “The limitations of our Western musical notation must be taken into consideration, particularly when attempting a detailed transcription”. 28 Namun demikian Nettl 1975 mengatakan bahwa untuk menemukan ciri- ciri yang mendasari musik yang diteliti, notasi konvensional Barat dapat digunakan, tetapi dengan membubuhkan tanda-tanda khusus yang berguna untuk 27 Masalah di atas kemudian dapat dipecahkan dengan diciptakannya oscilograph , sonagraph, dan melograph. Melograph model C yang dibuat oleh Charles Seeger dapat menganalisis suara secara sangat detail serta dapat menghasilkan gambar dari rekaman nada-nada, amplitudo, dan spektrum bunyi pada saat bersamaan ke dalam bentuk sebuah film grafik. Akan tetapi sekalipun peralatan ini mempunyai sifat obejektif, namun terdapat kelemahan-kelemahan dari informasi yang diberikannya, dan terdapat pula sejumlah materi yang tidak dapat dianalisis dengan menggunakan alat ini. Di satu sisi alat ini memberikan informasi lebih banyak dari yang diperlukan sehingga sulit untuk dipelajari, artinya alat ini mampu menangkap lebih banyak dibanding daya tangkap telinga manusia, padahal sebuah transkripsi haruslah berdasar kepada apa yang dapat diterima oleh indera pendengaran manusia, dengan kata lain tujuan dari pentrans- kripsian adalah untuk mencatat hal-hal yang esensial, serta menghindari hal-hal yang dipandang tidak esensial. Untuk itulah kemudian penggunaan notasi Barat dalam pentranskripsian suatu musik tetap dipakai sesuai kepentingan dan kegunaannya. Ibid., 14-15. Lihat juga Barbara Crader, “Ethnomusicology,” dalam Stanley Sadie, The New Grove Dictionary of Music and Musicians London, New York: Macmillan Publisher Limited, 1980, 117. 28 Roberta L. Singer, “Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse in Ethnomusicology: Essays in Honor of George List Indiana University Archieve, 1978, 113. Universitas Sumatera Utara memberikan kejelasan pada musik yang ditranskripsikan itu. 29 Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Pandora Hopkins, bahwa kita menggunakan notasi karena adanya keinginan untuk menunjukkan bahwa notasi itu adalah sebagai fenomena yang telah memiliki arti bagi pemakainya, dan dengan notasi dapat memberikan materi yang bernilai untuk perbandingan. 30 Lagipula, “Transcription, therefore, are needed to visualize what we near, to enable us to study musics comparatively and in detail, and to help us communicate to others what we think we heard”. 31 Demikianlah Phylis M. May berpendapat bahwa transkripsi diperlukan untuk memvisualisasikan apa yang didegar yang memung- kinkan untuk membantu mempelajari musik secara komparatif dan detail, serta membantu untuk mengkomunikasikannya kepada pihak lain tentang apa yang dipikirkan dari apa yang didengar itu. Meskipun sesungguhnya mentranskripsikan bunyi musik ke dalam bentuk visualisasi tidak akan pernah bisa sama persis sebagaimana ketika musik itu disajikan. 32 Lagu yang berjudul Satu Microphone yang akan penulis traskripsikan berikut ini merupakan sebuah lagu yang bersifat logogenic yaitu karya seni vocal yang lebih mementingkan pesan syairnya daripada melodi. 33 29 Bruno Nettl, The Study of Ethnomusicology: Twenty-nine Issues and Concepts Chicago: University Press, 1983, 16. 30 Pandora Hopkins, “The Purpose of Transcription”, dalan Journal for the Society of Ethnomusicology Ann Arbor Michigan, 1966, 316. 31 Phylis M. May, “Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse in Ethnomusicology: Essays in Honor of George List Indiana University Archieve, 1978, 109. 32 Transkripsi pada umumnya pasti dipengaruhi oleh interpretasi si transkriptor terhadap karakter-karakter musik itu. Oleh sebab itu tidak akan dapat dihindari atau akan ada muncul perbedaan-perbedaan akan sebuah segmen musikal dari dua orang atau lebih dalam mentranskripsikan suatu musik. Lihat juga Nettl, Theory and Method, op.cit., 99. 33 Hasil wawancara dengan Erizon Koto tanggal 17 juli 2013 Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam proses transkripsi, penulis mengambil kesimpulan untuk mengabaikan aspek melodis, karena struktur melodi yang membangun komposisi Universitas Sumatera Utara lagu tersebut tidak memiliki koherensi terhadap pola-pola akord serta nada-nada yang dimainkan oleh intrumen pengiring. Oleh karena itu, dalam konteks ini penulis hanya menggunakan metode transkripsi ritmis untuk menggambarkan bagaimana pergerakan pola ritem yang dimainkan dalam flow 34 1. Nada dasar E = 1, merupakan nada dasar dimana musik pengiring yang mengiringi lagu satu microphone bermain dan memberikan mood bagi sang rapper untuk memulai menuangkan ide nya. yang rapper Ucok Munthe gunakan dalam pembentukan lagu ini. Setelah mendapatkan pola ritem yang ada dalam nyanyian, penulis menuliskannya ke dalam garis para nada yang menggunakan notasi Barat atau notasi balok. Penulis memakai notasi Barat karena notasi tersebut paling umum digunakan dan dikenal dalam informasi sebuah musik. Berikut penulis jelaskan beberapa hal yang menjadi dasar dalam mentranskripsi dan mendeskrisikan lagu Satu Microphone. 2. Karya Hiphop adalah sejenis karya yang atonal, hingga menjadi dasar bagi penulis untuk meletakkan seluruh notasi di nada “ B “ untuk memudahkan proses pentranskripsian ritem yang dimainkan dalam lagu tersebut. Hasil transkripsi lagu yang berjudul Satu Microphone tersebut dapat dilihat dibawah ini: 34 Telah dijelaskan didalam Bab III Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.2 Analisis Tekstual