D. Hepatotoksin
Obat dan senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan hati dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai dapat teramalkan dengan kejadian tinggi atau tidak
dapat teramalkan dengan kejadian rendah. Hepatotoksin teramalkan. Dapat diartikan sebagai senyawa yang
memiliki efek hepatotoksik hampir pada seluruh populasi yang terpejankan senyawa tersebut dan efek yang timbulkan bergantung pada dosis pemberian.
Contohnya adalah asetaminofen, karbon tetraklorida, dan alkohol Forrest, 2006. Hepatotoksin tidak teramalkan. Dapat diartikan sebagai senyawa yang
memiliki efek hepatotoksik pada sebagian kecil populasi yang terpejankan senyawa tersebut. Frekuensi kejadiannya sangat jarang dan beberapa efek yang
ditimbulkan bergantung pada dosis pemberian. Contohnya adalah isoniazid, sulfonamid, valproate, dan fenitoin Forrest, 2006.
Kerusakan hati dapat diakibatkan toksisitas langsung oleh obat atau metabolitnya, atau mungkin sebagai tanggapan idiosinkrasi pada orang yang
mempunyai gen khusus yang mempengaruhinya. Masa laten antara mulai terapi dan permulaan penyakit hati membantu mencari etiologinya Forrest, 2006.
E. Karbon tetraklorida
Gambar 6. Struktur karbon tetraklorida ATSDR, 2005
Karbon tetraklorida gambar 6 memiliki nama lain karbona; karbon klorida; methane tetraklorida; perklorometan; tetraklorometan; dan benzinoform,
merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar Alkreathy, 2014. Memiliki berat molekul 153,82, titik didih 76,5
C, titik beku -23 C, massa
jenis 1,594 gmL, larut di dalam pelarut organik dan 800 mgL larut dalam air dengan suhu 20
C ATSDR, 2005. Karbon tetraklorida secara luas digunakan sebagai cairan pembersih
dalam industri digunakan sebagai agen pembersih dan dalam keperluan rumah tangga digunakan sebagai penghilang noda pada pakaian, furniture, dan karpet.
Karbon tetraklorida juga digunakan pada alat pemadam kebakaran dan sebagai fumigan untuk membunuh serangga pada biji tanaman ATSDR, 2005. Dalam
beberapa penelitian, karbon tetraklorida digunakan sebagai senyawa model untuk studi hepatotoksisitas kronis maupun akut Mohit, 2011.
CCl
4
dimetabolisme oleh CYP2E1, CYP2B, dan mungkin juga oleh CYP3A untuk membentuk radikal trichloromethyl. CCl
3
mengikat molekul seluler sehingga dapat merusak perkembangan sel penting. Mohit, Parminder, Jaspreet,
Manisha, 2011. Dalam mekanismenya gambar 7, CCl
4
membutuhkan bioaktivasi dalam fase I sistem sitokrom P450 untuk membentuk metabolisme
reaktif berupa radikal trichloromethyl •CCl
3
dan radikal trichloromethyl peroksi •OOCCl
3
. Radikal bebas yang terbentuk dapat berikatan dengan asam lemak tak jenuh ganda untuk menghasilkan alkoksi R• dan radikal peroksi ROO• yang
pada akhirnya menghasilkan lipid peroksida yang sangat reaktif, mengubah
aktivitas enzim, dan menyebabkan cedera atau nekrosis Weber, 2003 and Ogeturk, 2005.
Karbon tetraklorida diketahui dapat mengurangi glutation GSH dari fase II enzim dan mengurangi enzim antioksidan sehingga dapat menginduksi
terjadinya oksidatif stres gambar 7. Oksidatif stres merupakan faktor utama penyebab terjadinya cedera akut dan kronis pada berbagai jaringan Czechowska,
2003 dan Preethi, 2009. Radikal bebas dari CCl
4
dapat mengurangi fungsi GSH enzim antioksidan yang mengarah ke cedera hati.
Gambar 7. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi dari karbon tetraklorida Timbrell, 2008
Biotransformasi CCl
4
menjadi metabolit beracun dapat menyebabkan toksisitas pada hati dan ginjal. Paparan CCl
4
secara akut dapat menyebabkan steatosis hati yang ditandai dengan terjadinya nekrosis sentrilobar. Metabolit
beracun yang terbentuk melepaskan LDL low-density lipoprotein dan
mengosongkan tempat penyimpanan gluthation pada hati. Selain itu, peningkatan konsentrasi kalsium pada mitokondria hati disertai dengan perubahan dalam
distribusi elektrolit menyebabkan pembengkakkan sel hati dan penipisan glikogen hati. Paparan CCl
4
secara kronis dapat menyebabkan terjadinya fibrosis atau sirosis ATSDR, 2005.
F. Metode Ekstraksi