untuk melekat pada permukaan serbuk halus adsorbsi, dan kecenderungan molekul untuk menguap berubah ke keadaan uap Gandjar dan Rohman, 2012.
H. Alanin Aminotransferase ALT dan Aspartat Aminotransferase AST
Aspartat aminotransferase AST SGOT merupakan enzim yang terdapat pada jaringan dengan aktivitas metabolik tinggi, mengkatalisis konversi
bagian nitrogen asam amino menjadi energi dalam siklus krebs. Enzim ini dahulu disebut glutamat-oksaloasetat transaminase GOT dan dirujuk sebagai GOT
serum SGOT. AST ditemukan dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati, jantung, otot skelet, ginjal, pankreas dan eritrosit. Pada kerusakan sel-sel tersebut,
AST dalam serum meninggi Shivaraj, 2009. Alanin aminotransferase ALTSGPT merupakan enzim konsentrasi
tinggi yang terjadi pada hati, mengkatalis kelompok amino dalam siklus krebs untuk menghasilkan energi jaringan. Dahulu disebut glutamat-piruvat
transaminase serum SGPT. ALT terdapat terutama pada sel ginjal, sel jantung dan otot skelet. Pada kerusakan sel hati ALT meninggi di dalam serum sehingga
merupakan indikator kerusakan sel hati Shivaraj, 2009. ASTSGOT dan ALTSGPT sering dianggap sebagai enzim hati karena
tingginya konsentrasi keduanya dalam hepatosit, tetapi hanya ALT yang spesifik. Pada penyakit hati, kadar AST dan ALT serum umumnya naik dan turun secara
bersama-sama. Bila hepatosit cedera, enzim yang secara normal berada di dalam intrasel ini akan masuk ke dalam aliran darah. Hepatosit sentrilobulus mengalami
cedera apabila hipotensi arteri menyebabkan berkurangnya darah yang masuk ke hati atau apabila peningkatan tekanan balik akibat gagal jantung kanan
memperlambat keluarnya darah dari vena sentral. Pada kerusakan hipoksik ini, kadar aminotransferase meningkat sampai derajat sedang Shivaraj, 2009.
I. Landasan Teori
Terdapat bermacam-macam kerusakan di dalam hati. Salah satunya adalah kerusakan hati akibat induksi obat yaitu nekrosis. Kerusakan hati ini
ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas ALT dan AST serum, umumnya naik dan turun secara bersama-sama Shivaraj, 2009.
Salah satu senyawa model yang dapat menimbulkan toksisitas adalah karbon tetraklorida. CCl
4
membutuhkan bioaktivasi dalam fase I sitokrom sistem P450 untuk membentuk metabolisme reaktif berupa radikal trichloromethyl
•CCl
3
dan radikal trichloromethyl peroksi •OOCCl
3
. Radikal bebas yang terbentuk dapat berikatan dengan asam lemak tak jenuh ganda untuk
menghasilkan alkoksi R• dan radikal peroksi ROO• yang pada akhirnya menghasilkan lipid peroksida yang sangat reaktif, mengubah aktivitas enzim, dan
menyebabkan cedera atau nekrosis Weber, 2003. Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khan, Khan, Sahreen, Jan,
Bokhari, and Rashid 2011, menunjukkan hasil bahwa Sonchus arvensis L. efisien mencegah terjadinya cedera adrenal yang disebabkan oleh CCl
4
melalui efek antioksidan. Penelitia yang dilakukan Kurniawan 2014 yang meneliti
tentang efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek 6 jam herba Bidens pilosa L. Diketahui bahwa pemberian jangka pendek herba Bidens pilosa L.
memiliki efek hepatoprotektif terhadap tikus betina teinduksi karbon tetraklorida.
Hal tersebut mendasari pemilihan waktu enam jam jangka pendek sebagai waktu praperlakuan sebelum diinduksi dengan karbon tetraklorida.
Penelitian ini menggunakan fraksi air ekstrak etanolik herba Sonchus arvensis L. didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Soegihardjo 1984
yang meneliti tentang kandungan flavonoid dan daya antihepatotoksik dari Sonchus oleraceus L. Diketahui bahwa fraksi air Sonchus oleraceus L.
mengandung luteolin aglikon yang memiliki efek antihepatotoksik.
J. Hipotesis