Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida Penetapan waktu pencuplikan darah hewan uji

B. Uji Pendahuluan

1. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Penelitian ini menggunakan karbon tetraklorida sebagai senyawa hepatotoksin. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan kerusakan hati ringan yaitu steatosis tanpa menyebabkan kematian pada hewan uji. Penanda terjadinya steatosis dapat dilihat dari peningkatan aktivitas serum ALT sebanyak tiga kali lipat dan AST sebanyak empat kali lipat dari nilai normal terhadap kontrol Zimmerman, 1999. Dosis hepatotoksin karbon tetraklorida pada penelitian ini mengacu dari penelitian Janakat dan Al-Marie 2002, yaitu sebesar 2 mLkgBB dalam olive oil 1:1 secara intraperitoneal. Berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Marie 2002, dosis hepatotoksin karbon tetraklorida sebesar 2 mLkgBB sudah dapat menimbulkan kerusakan hati pada tikus. Pemberian karbon tetraklorida secara intraperitoneal bertujuan agar karbon tetraklorida dapat langsung terabsorbsi dengan cepat melalui rongga peritoneal menuju pembuluh darah sehingga toksisitas dapat terjadi dalam waktu yang cepat.

2. Penetapan waktu pencuplikan darah hewan uji

Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji bertujuan untuk mengetahui waktu dimana terjadi kerusakan paling besar pada organ hati hewan uji oleh karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB yang ditandai dengan peningkatan aktivitas ALT dan AST tertinggi pada selang waktu tertentu tanpa menyebabkan kematian hewan uji. Pencuplikan darah hewan uji dilakukan melaui sinus orbitalis pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB secara intraperitoneal. Data aktivitas serum ALT dan AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada jam ke-0, 24, dan 48 tersaji pada tabel IV. Tabel IV. Purata aktivitas serum ALT-AST tanpa perlakuan jam 0 dan perlakuan kontrol karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada selang waktu 24 dan 48 jam Selang Waktu jam Purata aktivitas serum ALT ± SE UL Purata aktivitas serum AST ± SE UL 54,0 ± 3,5 100,2 ± 9,9 24 198,4 ± 23,7 461,2 ± 46,3 48 74,0 ± 8,2 177,2 ± 17,0 Keterangan. SE : Standar Error Tabel IV menunjukkan nilai aktivitas serum ALT pada jam ke-0, 24, dan 48 berturut-turut sebesar 54,0 ± 3,5; 198,4 ± 23,7 dan 74,0 ± 8,2 UL. Dari gambar 8, terlihat aktivitas serum ALT pada jam ke-24 dengan dosis karbon tetraklorida 2 mLkgBB lebih tinggi jika dibandingkan dengan jam ke-0 dan 48. Peningkatan aktivitas serum ALT pada jam ke-24 sebesar 3,67 kali lipat dibandingkan dengan aktivitas serum pada jam ke-0. Pada pencuplikan darah jam ke-48 terjadi peningkatan aktivitas serum sebesar 1,35 kali dibandingkan waktu ke-0, namun sudah terjadi penurunan bila dibandingkan dengan aktivitas serum pada jam ke-24, sehingga peningkatan aktivitas serum ALT jam ke-24 telah memenuhi syarat hepatotoksisitas yang telah ditentukan, yaitu ≥ 3 kali lipat Janakat dan Al-Marie, 2002. Data aktivitas serum ALT dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan data terdistribusi normal p0,05 namun variansi tidak homogen p=0,017, sehingga tidak dapat dilanjutkan ke analisis pola searah One Way ANOVA. Analisis dilakukan dengan Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas serum ALT antar kelompok waktu. Hasil uji menggunakan Kruskal Wallis menunjukkan signifikansi p= 0.002 p ≤ 0,05, yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna diantara kelompok. Maka, untuk melihat perbedaan tiap kelompok waktu dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil uji menggunakan Mann Whitney antara jam ke-0 dengan jam ke-24 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna p=0,009. Aktivitas ALT jam ke-48 mengalami penurunan, namun penurunan yang terjadi belum mencapai keadaan normal sehingga memberikan perbedaan bermakna terhadap jam ke-24. Jika dibandingkan dengan jam ke-0, aktivitas ALT jam ke-48 menunjukan perbedaan tidak bermakna, yang berarti telah terjadi penurunan aktivitas ALT secara signifikan jika dibandingkan dengan jam ke-0. Hal ini menunjukkan bahwa pada jam ke-24 terjadi kerusakan hati maksimal yang ditandai dari puncak tertinggi nilai aktivitas serum ALT dibandingkan dengan waktu pencuplikan lainnya jam ke-0 dan 48. Hasil statistik aktivitas serum ALT pada pencuplikan darah jam ke- 0, 24, dan 48 jam dapat dilihat pada tabel V. Tabel V. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada waktu pencuplikan darah jam 0,

24, dan 48 jam Mann-Whitney Test

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tertraklorida.

1 1 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 99

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 4 113

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekokta Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

3 7 127

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% Herba Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 110

Pengaruh waktu pemberian infusa herba Bidens pilosa L. jangka pendek sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

3 13 115

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 94

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak Etanol 50% HERBA Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 6 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 5 100

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 155