Tentang Hal Tertentu Tentang Sebab yang Halal dalam Pemberian Hak Tanggungan.

kewenangan pengurus dalam melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama yayasan. Khusus mengenai pembatasan tersebut, Undang-Undang Yayasan menyebutkan dengan tegas mengenai larangan bagi pengurus yayasan untuk melakukan atau mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan yayasan, pembina, pengurus, dan atau pengawas yayasan, atau seseorang yang bekerja pada yayasan, dengan pengecualian bahwa larangan tersebut tidak berlaku jika perjanjian tersebut ternyata bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan yayasan. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengurus yayasan berhak dan berwenang untuk mewakili yayasan dan karenanya bertindak untuk dan atas nama yayasan harus memperhatikan Anggaran Dasar Yayasan mengenai maksud dan tujuan yayasan, dan kewenangan pengurus dan atau anggotanya, dan Risalah Rapat Dewan Pembina Yayasan yang terakhir yang berhubungan dengan penetapan susunan pengurus dan atau pengawas yayasan.

3. Tentang Hal Tertentu

Hal-hal yang ditentukan dalam Pasal 11 ayat 1 butir c, d, dan e Undang- Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yaitu mengenai: 1. penunjukan secara jelas utang atau utang-utang yang dijamin, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan; Universitas Sumatera Utara 2. nilai tangungan; 3. uraian yang jelas mengenai objek Hak Tanggungan. adalah hal yang mutlak ada dalam setiap pemberian jaminan kebendaan dalam bentuk Hak Tanggungan. Hal adanya kebendaan tersebut merupakan hal tertentu yang harus dipenuhi agar suatu perjanjian mempunyai objek tertentu. Yang menjadi objek Hak Tanggungan adalah penunjukan yang jelas mengenai bidang tanah yang dijadikan objek Hak Tanggungan, yaitu Sertifikat Hak Atas Tanah. Dalam hal objek Hak Tanggungan belum bersertifikat, maka bidang tanah yang hendak dijaminkan tersebut harus dibuatkan terlebih dahulu. Dengan demikian berarti satu-satunya rujukan mengenai bidang tanah yang merupakan objek Hak Tanggungan adalah bidang tanah sebagaimana ternyata dalam suatu Sertifikat Hak Atas Tanah. Tanpa adanya rujukan yang jelas mengenai bidang tanah yang dijadikan objek Hak Tanggungan yang ternyata dalam suatu sertifikat Hak Atas Tanah, maka Hak Tanggungan tidak pernah ada.

4. Tentang Sebab yang Halal dalam Pemberian Hak Tanggungan.

Penjelasan Umum butir 8 Undang-Undang Hak Tanggungan yang secara tegas menyatakan, bahwa perjanjian pemberian Hak Tangungan adalah bersifat assesoir terhadap perikatan pokok, yang tanpa adanya keberadaan dari utang pokok tersebut, maka Hak Tanggungan tidak pernah ada. Dengan demikian dapat berarti keberadaan dari utang pokok adalah kausa atau sebab bagi adanya Hak Tanggungan. Sejalan dengan ketentuan pasal 1335 KUHPerdata yang menyatakan bahwa :”suatu Universitas Sumatera Utara perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau yang terlarang, tidaklah mempunyai kekuatan. Maka perjanjian pemberian Hak Tanggungan yang tidak didasarkan pada eksistensi utang pokok adalah perjanjian yang dibuat tanpa kausa, dengan pengertian bahwa kreditur dalam perjanjian tersebut atau pemegang Hak Tanggungan dalam perjanjian pemberian Hak Tanggungan tidaklah dapat menuntut pelaksanaan haknya dari debitur dalam perjanjian tersebut dalam hal perjanjian pemberian Hak Tanggungan adalah pihak yang memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang. Dalam pemberian kredit terhadap yayasan, perjanjian pokoknya adalah perjanjian anatara yayasan dengan pihak Bank untuk meminjam uang untuk mengembangkan yayasan untuk manfaat dan tujuan sosial. Sebagai jaminan pelunasan hutang dari yayasan adalah hasil usaha dari badan usaha yayasan. Analis yang bertugas melakukan pengikatan atau pemasangan Hak Tanggungan harus cermat dalam melakukan pengikatan Hak Tanggungan agar pemasangan Hak Tanggungan menjadi sempurna. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengikatan atau pemasangan Hak Tanggungan sehingga perlu disampaikan kepada PPAT pada waktu Pemberian Hak Tanggungan yaitu : 95 1. Bahwa Hak Tanggungan bersifat accessoir artinya keberadaan atau eksistensi Hak Tanggungan tergantung dari perjanjian pokoknya. Yang dimaksud perjanjian pokok adalah perjanjian kredit atau perjanjian hutang atau nama lain yang isinya menimbulkan hubungan utang-piutang. Jadi 95 Sutarno, loc.cit, Bandung:CV Alfabeta,2003 hlm. 200 Universitas Sumatera Utara sebelum pemasangan Hak Tanggungan maka perjanjian kredit harus lahir terlebih dahulu yaitu ditandatangani antara Kreditur Bank dan Debitur yayasan dan jika perjanjian kredit, misal karena hutang telah dilunasi maka Hak Tanggungan menjadi hapus juga. 2. Perjanjian kredit atau perjanjian utang atau nama lainnya yang isinya menimbulkan utang-piutang bentuk aktanya bebas artinya dapat dibuat dengan akta bawah tangan atau dengan akta otentik akta notaris. Perjanjian kredit atau perjanjian utang mengatur tentang syarat dan ketentuan pemberian utang dan cara mengembalikan. Dalam perjanjian kredit juga harus ditegaskan bahwa utang tersebut dijamin dengan Hak Tanggungan sebagai jaminan perlunasan utang. 3. Dalam membuat APHT Akta Pemberian Hak Tanggungan perlu diperjanjikan secara tegas bahwa asas tidak dapat dibagi-bagi dapat disimpangi artinya dalam APHT perlu dicantumkan penegasan atau menganut asas dibagi-bagi. Dengan adanya asas dapat dibagi-bagi yang dicantumkan dalam APHT maka kreditur melakukan roya parsial 96 jika kemudian hari memang diperlukan. Bagi kreditur yang memberikan kredit konstruksi untuk pembangunan perumahan maka penegasan asas dapat dibagi-bagi dalam APHT mutlak diperlukan. Dengan adanya asas dapat 96 Roya atau pencoretan parsial atau roya sebagian adalah roya yang dilakukan terhadap sebagian tanah dari seluruh tanah yang dibebankan Hak Tanggungan. Roya terhadap sebagian tanah, tidak menyebabkan sisa tanah lain yang menjadi beban Hak Tanggungan menjadi hapus. Sisa tanah lainnya tetap menjadi beban Hak Tanggungan. Sedangkan Roya menyeluruh tidak dibagi-bagi adalah roya terhadap sebagian Hak Tanggungan mengakibatkan Hak Tanggungan seluruhnya menjadi hapus. Universitas Sumatera Utara dibagi-bagi maka Kreditur dapat mengajukan roya parsial untuk bagian- bagian tanah yang telah dijual berupa kavling atau tanah yang diatasnya dibangun rumah dengan fasilitas kredit pemilikan rumah dari Bank atau penjualan tunai. 4. Dalam APHT harus mencantumkan janji Hak Tanggungan yang memberikan kuasa untuk menjual atas kekuasaan sendiri akan memberikan hak kepada kreditur untuk mengeksekusi obyek Hak Tanggungan secara langsung dengan bantuan Kantor Lelang tanpa memerlukan fiat Pengadilan. Dalam praktek di lapangan Kantor Lelang tidak bersedia mengeksekusi jika janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri tidak tercantum dalam APHT. 5. Pada asasnya obyek Hak Tanggungan hanya menyangkut tanahnya saja tidak termasuk benda-benda diatasnya. Agar obyek Hak Tanggungan meliputi tanah berikut benda-benda diatasnya maka harus dijanjikan secara tegas bahwa obyek Hak Tanggungan meliputi tanah berikut benda-benda yang ada diatasnya maka harus dijanjikan secara tegas bahwa obyek Hak Tanggungan meliputi tanah berikut benda-benda yang ada diatas tanah tersebut baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari. Penegasan ini harus tercantum dalam APHT. 6. Setelah dilakukan pengikatan Hak Tanggungan, sertifikat hak tanah harus dikembalikan kepada pemberi Hak Tanggungan. Namun sangat berbahaya jika sertifikat diberikan kembali kepada pemilikpemberi Hak Tanggungan Universitas Sumatera Utara karena dalam prakteknya eksekusi tidak dapat dilakukan jika sertifikat tidak dilampirkan dalam permohonan eksekusi. Oleh karena itu sertifikat harus disimpan di kantor kreditur. Agar sertifikat tetap berada dalam kekuasaan Kreditur maka harus ada penegasan dalam APHT bahwa sertifikat tanah dan dokumen lainnya tetap dalam kekuasaan Kreditur. 7. Undang-Undang Hak Tanggungan memperluas obyek Hak Tanggungan yang meliputi hak atas tanah dengan bukti Hak Milik HM, Hak Guna Bangunan HGB, Hak Guna Usaha HGU, Hak Pakai yang dapat dipindahkan dan Tanah dengan bukti girik atau petuk. 8. Untuk menjamin kepastian hukum mengenai kedudukan yang diutamakan bagi kreditur maka pemasangan Hak Tanggungan harus dilakukan dalam waktu tertentu yaitu: a Jika tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan telah terdaftar bersertifikat maka dalam waktu selambat-lambatnya 1 bulan sejak penandatanganan SKMHT Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan 97 yang biasanya dilakukan bersamaan dengan penandatanganan perjanjian kredit harus segera dilakukan. b Jika tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan belum terdaftar belum bersertifikat maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 bulan sejak 97 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT adalah surat kuasa yang diberikan pemberi Hak Tanggungan pemilik benda jaminan kepada Kreditur sebagai penerima Hak Tanggungan untuk membebankan Hak Tanggungan atas obyek Hak Tanggungan. SKMHT merupakan surat kuasa khusus yang memberikan kuasa kepada kreditur khusus untuk membebankan Hak Tanggungan saja. Universitas Sumatera Utara penandatanganan SKMHT yang biasanya dilakukan bersamaan dengan penandatanganan perjanjian kredit harus segera dilakukan. c Selambat-lambatnya dalam waktu tujuh hari kerja sejak penandatanganan APHT maka akta tersebut berikut surat-suratwarkah lainnya harus segera dikirimkan ke Kantor Pertanahan untuk didaftar. d Lahirnya Hak Tanggungan ditandai pada hari tanggal buku tanah Hak Tangungan yaitu ditentukan pada hari ketujuh setelah Kantor Pertanahan menerima secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftarannya. Jika hari ke tujuh jatuh pada hari libur maka ditentukan hari kerja berikutnya. 9. Apabila dalam memasang Hak Tanggungan didahului dengan SKMHT maka pelaksanaan SKMHT tersebut ditetapkan batas waktunya yaitu 1 bulan untuk hak atas tanah yang sudah terdaftar bersertifikat dan 3 tiga bulan untuk hak atas tanah yang belum terdaftar. Jika dalam batas waktu tersebut SKMHT tidak dilaksanakan untuk meningkatkan pemasangan Hak Tanggungan maka SKMHT dinyatakan batal demi hukumgugur. Dengan gugurnya SKMHT masih dimungkinkan untuk membuat SKMHT yang baru sepanjang pemberi Hak Tanggungan bersedia menandatangani SKMHT tersebut. 10. Untuk membebankan Hak Tanggungan pemberi Hak Tanggungan wajib hadir sendiri di depan PPAT untuk menandatangani SKMHT atau APHT Universitas Sumatera Utara tidak boleh menguasakan kepada pihak lain untuk membebankan Hak Tanggungan. 11. Dalam membebankan Hak Tanggungan perlu menentukan nilai Hak Tanggungan dalam APHT. Nilai Hak Tanggungan akan menentukan Hak preferen yang dimiliki kreditur jika obyek Hak Tanggungan dieksekusi. Nilai Hak Tanggungan harus selalu disesuaikan dengan nilai jaminan. Misalnya pada waktu memasang Hak Tanggungan pertama nilai Hak Tanggungan sebesar Rp 1 milyar kemudian nilai jaminan berkembang menjadi Rp 5 milyar maka nilai Hak Tanggungan harus ditingkatkan menjadi Rp 5 milyar dengan membebankan Hak Tanggungan Hak Tanggungan kedua senilai Rp 4 milyar. Dengan kemudian Kreditur memiliki Hak Tanggungan senilai Rp 5 milyar yang terdiri dari Hak Tanggungan pertama Rp 1 milyar dan Hak Tanggungan ke dua Rp 4 milyar. 12. Jika debitur atau pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit maka Kreditur sebagai pemegang Hak Tanggungan tetap memiliki hak peferent seolah-olah tidak terjadi kepailitan sehingga kreditur tetap dapat menggunakan hak eksekusinya. Namun hak eksekusi tertunda selama 90 hari sejak kepailitan terjadi. Dengan adanya kepailitan debitur atau pemberi Hak Tanggungan sebaiknya kreditur dapat memberitahukan kepada Kurator dan Hakim Pengawas tentang hak preferent kreditur. Jika hasil eksekusi Hak Tanggungan tidak mencukupi untuk melunasi hutang maka atas kekurangan Universitas Sumatera Utara hutang tersebut Kreditur dapat meminta kepada kurator dan hakim pengawas hasil penjualan boedel pailit dengan hak konkuren. 13. Jika telah terjadi pelunasan hutang oleh debitur atau peristiwa lainnya maka Hak Tanggungan menjadi hapus sehingga perlu dilakukan roya atau pencoretan Hak Tanggungan pada buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya oleh Kantor Pertanahan agar tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan bebas dari jaminan. 14. Sertifikat Hak Tanggungan yang membuat irah-irah dengan kata-kata ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” mempunyai kekutan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse akta hipotik sepanjang mengenai tanah. 15. Karena sertifikat Hak Tanggungan oleh undang-undang diberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang tetap, maka apabila debitur cedera janji maka pemegang Hak Tanggungan dapat melakukan eksekusi atas jaminanobyek Hak Tanggungan tanpa harus mengajukan kepada debitur. Bahkan kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama memiliki hak Parate Eksekusi untuk mengajukan eksekusi jaminan secara langsung dengan bantuan Kantor Lelang tanpa fiat Pengadilan atau fiat DJPLNKP2IN asal pengikatan jaminan telah dilakukan secara sempurna. Universitas Sumatera Utara Pembebanan Hak Tanggungan dilaksanakan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT yang berdasarkan Pasal 1 huruf 4, dikatakan sebagai Pejabat Umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak atas tanah, Akta Pembebanan Hak Tanggungan hak atas tanah dan kuasa membebankan Hak Tanggungan, menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu pasal 10, PP No.10 Tahun 1961 jo. Pasal 17 UUHT dimana akta tersebut ditentukan oleh Menteri Negara. Seperti halnya persyaratan atas pembuatan akta autentik maka dalam pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan harus dihadiri oleh Pemberi Hak Tanggungan dan Penerima Hak Tanggungan serta disaksikan oleh 2 dua orang saksi, dengan ketentuan sebagai berikut: 98 a Pemberian Hak Tanggungan dimulai dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan atas pelunasan hutang yang timbul sebagai akibat adanya perjanjian hutang-piutang. Sesuai dengan sifat accessoir dari hak tanggungan maka pemberian hak tanggungan harus merupakan ikutan dari perjanjian pokoknya. b Pemenuhan Asas Publisitas dan Spesialitas Tujuan pendataran tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum dari hak atas tanah sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria. Kepastian hukum tersebut meliputi : 1. kepastian tentang subjek haknya 98 Wiratni Ahmadi, Prosedur Pembebanan Hak Tanggungan, Disampaikan dalam Seminar Nasional Undang-Undang Hak Tanggungan, diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung tanggal 28 Mei 1996 hlm. 162. Universitas Sumatera Utara 2. kepastian tentang objek haknya Agar lalu lintas hukum yang menyangkut hak atas tanah dapat berjalan lancar maka oleh pemerintah diselenggarakan suatu sistem pengumuman hak-hak atas tanah, yaitu : 99 1. Dengan mengadakan pendaftaran hak hak publisitas, yaitu pengumuman mengenai subjek pemegang hak; 2. mengadakan kadaster, yaitu pengumuman mengenai luas, letak serta batas-batas dari bidang tanah spesialitas. Asas publisitas dan spesialitas tersebut dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari hak-hak atas tanah, baik mengenai subjeknya maupun mengenai objeknya. Dalam kaitan Hak Tanggungan maka dalam rangka memenuhi asas publisitas dan spesialitas tersebut, maka dalam APHT wajib dicantumkan : 100 1. Subjek dari Hak Tanggungan adalah orang atau Badan Hukum, yaitu : a Nama dan identitas dari Pemberi dan Penerima Hak Tanggungan setelah Hak Tanggungan lahir dinamakan Pemegang Hak Tanggungan. PPAT wajib meyakini bahwa pemberi Hak Tanggungan sebagai pemegang hak atas tanah, berwenang melakukan perbuatan hukum tersebut. Pada saat pembuatan APHT, pemberi Hak Tanggungan wajib hadir sendiri baik dalam pembuatan APHT maupun pada saat 99 Ibid hlm. 163 100 Ibid hlm. 163 Universitas Sumatera Utara memberikan kuasa dengan SKMHT. NotarisPPAT wajib meneliti dokumen-dokumen yang diserahkan antara lain : sertifikat hak atas tanah yang sudah dilakukan pengecekan di Kantor Pertanahan, KTP, Kartu Keluarga, Akta Nikah, Perjanjian Kawin, Kewarganegaraan, Pernyataanpenetapan ganti nama, PBB tahun terakhir, IMB, keterangan ahli waris atau penetapan hak mewaris, akta peralihan haknya, dan sebagainya b Domisili dari pemberi dan pemegang Hak Tanggungan dalam hal salah satu pihak berdomisili di luar Indonesia, maka dapat ditentukan domisili pilihan di Indonesia. Jika domisili pilihan tidak dapat dicantumkan maka domisili PPAT tempat pembuatan APHT tersebut dianggap sebagai domisili yang dipilih. c Menyebutkan secara jelas hutang piutang yang dijamin pelunasannya. d Nilai tanggungan. e Uraian yang jelas mengenai objek Hak Tanggungan, baik mengenai luas, letak serta batas. Dalam APHT dapat dicantumkan janji-janji sepanjang tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku fakultatif dan tidak limitatif. Misalnya dilarang memperjanjikan bahwa benda jaminan menjadi milik kreditur apabila debitur cidera janji. Universitas Sumatera Utara Adapun janji-janji tersebut antara lain adalah : 101 1. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk menyewakan objek Hak Tanggungan. 2. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk mengubah bentuk atau tata susunan objek Hak Tanggungan. 3. Janji kepada pemegang Hak Tanggungan untuk mengelola objek Tanggungan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri, yang daerah hukumnya meliputi letak objek Hak Tanggungan; 4. Janji yang memberi wewenang kepada pemegang objek Hak Tanggungan untuk menyelamatkan objek Hak Tanggungan; 5. Janji kepada pemegang Hak Tanggungan untuk menjual atas kekuasaan sendiri objek Hak Tanggungan, apabila debitur cedera janji. 6. Janji yang diberikan kepada pemegang Hak Tanggungan pertama bahwa objek Hak Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Hak Tanggungan; 7. Janji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan hak atas objek Hak Tanggungan tanpa persetujuan dari pemegang Hak Tanggungan. 8. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan berwenang untuk menyelamatkan objek Hak Tanggungan untuk keperluan eksekusi atau mencegah menjadi hapus atau batalnya hak yang menjadi objek Hak Tanggungan. 9. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruhsebagian ganti rugi yang diterima dari pemberi Hak Tanggungan karena dilepaskan 101 Ibid hlm. 165 Universitas Sumatera Utara haknya oleh Pemberi Hak Tanggungan atau dicabut haknya untuk kepentingan umum; 10. Janji untuk mengosongkan objek Hak Tanggungan pada warta eksekusi; 11. Janji bahwa sertifikat hak atas tanah yang telah dibubuhi catatan pembebanannya disimpan oleh pemegang Hak Tanggungan Kreditur. 12. Janji bahwa bila pemberian Hak Tanggungan pada beberapa hak atas tanah yang pelunasannya dapat dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai dari masing-masing hak atas tanahnya yang merupakan bagian dari objek Hak Tanggungan, maka dengan dibayarnya angsuran untuk membebaskan bidang-bidang tanah tersebut dari Hak Tanggungan klausula roya partial. Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada kantor Pertanahan. Dalam waktu 7 tujuh hari kerja PPAT berkewajiban untuk mendaftarkan Pemberian Hak Tanggungan tersebut dengan mengirimkan APHT dan warkah-warkah yang bersangkutan dan Kantor Pertanahan membuat Buku Tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam Buku Tanah Hak atas Tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan. Tanggal buku tanah Hak Tanggungan adalah hari ke-7 tujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftarannya, jika hari ke-7 tujuh jatuh pada hari libur, buku tanah yang bersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya Pasal 12 ayat 4 UUHT, merupakan tanggal lahirnya Hak Tanggungan. Universitas Sumatera Utara Dengan diberikannya hak tanggungan atas tanah pengurus yayasan tersebut, maka tanah tersebut sebagai jaminan tambahan atas perjanjian kredit antara pihak bank dengan yayasan. Apabila kredit menjadi macet, maka bank mempunyai hak eksekusi atas tanah tersebut.

2. Fidusia