Analisis Kelayakan Pemberian Kredit

5. Kredit pendidikan, yaitu merupakan kredit untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk mahasiswa. 6. Kredit profesi, yaitu kredit yang diberikan kepada para profesional seperti Dosen, Dokter, atau Pengacara. 7. Kredit perumahan yaitu untuk pembiayaan pembangunan atau pembelian perumahan.

C. Analisis Kelayakan Pemberian Kredit

Kredit diberikan oleh bank kepada debitur dengan harapan debitur dapat membayar cicilan pokok dan bunga sesuai dengan yang diperjanjikan. Agar hal tersebut pihak bank harus melakukan analisis terlebih dahulu kepada debitur. Analisis tersebut diantaranya memberikan kredit sesuai dengan kebutuhan debitur dan menganalisis kelayakan debitur tersebut. Memberikan jenis kredit yang sesuai dengan kebutuhan debitur, bertujuan agar kredit tersebut dapat dipergunakan dan disesuaikan dengan kemampuan bayar debitur. Sebagai contoh, jika seorang debitur memerlukan kredit untuk membeli barang sebagai penunjang usahanya, maka bank harus memberikan kredit investasi. Apabila diberikan kredit lain, semisalnya kredit konsumtif maka, debitur akan kesulitan membayar bunga dan pokok karena kredit konsumtif bunganya lebih tinggi dan tujuan kredit konsumtif adalah untuk kebutuhan pribadi, seperti membeli rumah, mobil, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara Dari berbagai hal dan jenis-jenis kredit perbankan, maka yang penting untuk digaris-bawahi adalah ditinjau dari segi tujuan penggunannya. 59 Pertimbangan pentingnya kebenaran tujuan penggunaan suatu fasilitas kredit dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini : 1. Larangan Bank seyogyanya menghindari pemberian kredit yang digunakan untuk membiayai usaha-usaha tertentu, yaitu usaha-usaha yang sesungguhnya dilarang atau bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, misalnya usaha-usaha yang dapat mengganggu ketertiban umum dan kesusilaan. Apalagi kalau menilik pada ketentuan pasal 1337 KUH Perdata yang menegaskan bahwa suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Apabila suatu bank membiayai usaha-usaha seperti ini maka pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian bagi yang bersangkutan. Bukan tidak mungkin pada suatu saat usaha yang dibiayai tersebut ditutup oleh pemerintah, sehingga apabila kreditnya belum lunas, maka kreditur akan sulit melunasinya. Pada akhirnya kredit tersebut akan menjadi kredit bermasalah. Pemberian fasilitas kredit dapat pula dilarang oleh Bank Indonesia, misalnya kredit untuk pembiayaan usaha-usaha yang bersifat spekulasi dan pembiayaan itu dapat mengakibatkan tingginya laju inflasi di negara ini. 59 Hasanudin Rahman, SH, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit,Bandung Citra Aditya Bakti, 1998hlm.98-105. Universitas Sumatera Utara Selebihnya, larangan atas pemberian kredit dari segi tujuan penggunannya adalah dari bank pelaksana sendiri, yang selain mengacu kepada Ketentuan Pemerintah dan aturan Bank Indonesia, juga mengacu kepada aturan intern dan target market bank yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan target market disini adalah sasaran-sasaran atau sektor- sektor usaha yang dapat diberi kredit oleh suatu bank. Biasanya target market antara satu bank dengan bank lainnya dapat berlainan. 2. Ijin-ijin Usaha Penggunaan suatu fasilitas kredit haruslah sesuai dengan ijin usaha yang dimiliki oleh debiturcalon debitur yang besangkutan. Mengenai hal ini lebih banyak berhubungan dengan dengan kredit produktif, kredit investasi maupun kredit modal kerja. Untuk lebih jelasnya, berikut disampaikan contoh sebagai pembanding mengenai pentingnya suatu analisis atas ijin usaha debiturcalon debitur: a Apabila suatu permohonan kredit diajukan kepada bank yang akan digunakan untuk pembangunan pabrik sepatu, maka untuk meyakini benar- benar bahwa kredit tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya, Account Officer haruslah meminta, memeriksa dan meneliti semua ijin usaha yang berhubungan, mulai dari persiapan pembangunan sampai dengan beroperasinya pabrik tersebut. Universitas Sumatera Utara b Apabila suatu permohonan kredit diajukan oleh suatu perusahaan developer kepada bank yang akan digunakan untuk pembangunan perumahan, tentulah ijin-ijin yang diminta oleh Account Officer berbeda dengan ijin usaha dari pembangunan pabrik sepatu tadi karena adanya perbedaan jenis usaha dan tujuan penggunaan kredit yang diterima tersebut. 3. Side Streaming Seorang debitur sudah dapat dianggap wan prestasi apabila ia tidak mempergunakan kreditnya sebagaimana yang telah disepakati dan diperjanjikan sebelumnya side streaming. Pada akhirnya hal tersebut akan mengakibatkan debitur mengalami kesulitan untuk membayar kembali hutangkreditnya;kemampuannya sudah tidak sesuai dengan perhitungan sebelumnya. Disinilah pentingnya bank untuk meyakinkan kegunaan dan penggunaan kredit yang telah diterima oleh debitur yang bersangkutan. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya side streaming tersebut, maka selain hal ijin usaha, masih ada hal-hal lain yang juga penting untuk diperhatikan ketika hendak memberikan kredit, seperti surat-surat penunjang untuk menjalankan usaha bukan ijin usaha yang bahkan sering merupakan faktor terpenting dan utama dalam persyaratan pencairan kredit. Contoh kasus side streaming Universitas Sumatera Utara Contoh 1 : Seorang calon debitur mengajukan kredit investasi yang akan dipergunakan untuk membeli mobil penumpang angkutan umum bus. Untuk menghindari kemungkinan terjadi side streaming atas kredit tersebut, maka bank mensyaratkan adanya Surat Pernyataan Bersama antara dealer bus dengan calon debitur, yang isinya antara lain bahwa apabila kredit tersebut cair maka akan terjadi jual beli kenderaan bus antara dealer sebagai penjual dan calon debiturdebitur sebagai pembeli dan semua faktur-faktur akan diserahkan langsung ke bank oleh dealer. Contoh 2 : Seorang calon debitur mengajukan kredit modal kerja. Setelah kredit itu turuncair ternyata digunakan untuk membeli mesin investasi sehingga kemampuan debitur untuk membayar menjadi tersendat-sendat yang akhirnya menyebabkan kredit menjadi bermasalah. Sebagaimana diketahui bahwa kredit mengandung resiko, namun resiko yang terkumpul dalam suatu tempat akan sangat membahayakan. Oleh karena itu salah satu tindakan manajemen adalah berusaha untuk menyebarkan resiko kredit tersebut. Merupakan suatu tindakan yang salah, apabila kredit hanya diberikan kepada beberapa nasabah saja, sebab bila di kemudian hari terjadi kemacetan di salah satu nasabah saja akan dapat langsung menggoncangkan keadaan bank. Universitas Sumatera Utara Bila dilihat dari besarnya jumlah kredit yang disalurkan bank agar diperoleh jumah pendapatan bunga kredit yang disalurkan bank agar diperoleh jumlah pendapatan bunga kredit yang besar pula merupakan penerapan azas kualitas. Namun bila dilihat dari maksud penyebaran kredit dalam berbagai bentuk atau jenis dimaksudkan untuk menerapkan azas kuantitas. Sebenarnya tidak demikian dalam penerapannya oleh bank, azas kualitas harus dibarengi dengan azas kuantitas, yaitu dalam penyaluran kredit yang dilakukan melalui pemberian kredit ke berbagai sektor dan berbagai nasanah, titik beratnya adalah kualitas dari calon nasabah. Dengan mengkombinasikan azas kualitas untuk maksud penyebaran resiko tadi dengan azas kualitas dengan titik berat pada prospek usaha debitur yang benar-benar meyakinkan, berarti azas yang dipakai adalah azas selektivitas. Azas ini merupakan langkah pelaksanaan dari bisnis perbankan yang benar dimana setiap langkah dan gerak usaha perkreditan diarahkan pada usaha pencapaian profit melalui cara-cara yang efektif, efisien dan aman. Azas selektifitas ini dianut oleh seluruh perbankan karena merupakan cara baik dalam pencapaian tujuan bank. Pedoman azas selektifitas dalam perkreditan sangat penting untuk dilakukan karena bila hanya sekedar kuantitas tanpa disertai dengan kualitas akan membahayakan usaha bank. Sebaliknya bila hanya menitikberatkan kualitas tanpa diimbangi kuantitasnya maka kegiatan perkreditan akan menjadi sempit serta timbul suatu keadaan ketergantungan bank kepada beberapa debitur. Universitas Sumatera Utara Secara teknis sebelum dilakukan pemberian kredit bank terlebih dahulu akan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 60 a Keadaan dalam bank sendiri Posisi likuiditas momentum yang secara minimal didasarkan atas ketentuan Bank Sentral cash ratio terpenuhi. Posisi likuidutas continues yang didasarkan perkiraan untuk menghindari likuiditas yang mungkin timbul karena ketidakseimbangan antara tagihan dan kewajiban membayar di waktu yang akan datang. b Keadaan di luar bank Setelah hasil penilaian keadaan intern tersebut di atas memungkinkan bank untuk memberikan kredit, maka diadakan penilaian atas calon nasabah sesuai dengan yang telah ditetapkan. Tujuan utama dari analisis kredit yaitu : 61 1. Membantu para bankir memutuskan kredit secara benar, dalam arti menciptakan kredit yang sehat untuk bank mereka. 2. Membantu para bankir untuk tidak berbuat salah dalam memutuskan kredit yang tidak sehat untuk bank mereka. Sedangkan, menurut Halle, jika seorang bankir memberikan pinjaman kepada perorangan atau perusahaan, bankir tersebut membutuhkan penilaian kredit dalam bentuk analisis kredit untuk membantu menentukan resiko yang ada atau yang 60 Moch.Anwar,Tindak Pidana di Bidang Perbankan Bandung:Alumni,1996 hlm.36-37. 61 Siswanto Sutojo, Strategi Umum Kredit Bank Umum,Jakarta:PT.Gramedia,2000hlm.51 Universitas Sumatera Utara mungkin terjadi dari pinjaman yang diberikan. Untuk itu analisis kredit amat penting, karena berguna untuk : 62 1. Menentukan berbagai resiko yang akan dihadapi oleh bank dalam memberikan kredit kepada seseorang atau badan usaha. 2. Mengantisipasi kemungkinan pelunasan kredit tersebut karena bank telah mengetahui kemampuan pelunasan melalui analisis cashflow usaha debitur. 3. Mengetahui jenis kredit, jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang dibutuhkan oleh usaha debitur, sehingga bank dapat melakukan penyesuaian dengan struktur dana yang dipersiapkan untuk digunakan. 4. Mengetahui kemampuan dan kemauan debitur untuk melunasi kreditnya, baik dari sumber pelunasan primer maupun sekunder. Untuk memperoleh kepercayaan kepada calon debitur, umumnya perbankan menggunakan instrument analisa kredit sebagai berikut : 63 a. Character karakter. b. Capacity kemampuan. c. Capital modal. d. Collateral jaminan. e. Condition of Economy kondisi ekonomi f. Constraint penjelasan dari ke-enam instrumen tersebut adalah sebagai berikut: 62 R.H.Halle, Credit Analisys A Complete Guide, New York:Jhon Wiley and Sons Inc, 1983 hlm.54 63 http:arsasi.wordpress.com20080921analisa-kredit-6c tanggal 13 Maret 2009 Universitas Sumatera Utara 1. Character Character adalah keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya willingness to pay sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain: a Meneliti riwayat hidup calon nasabah; b Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya; c Meminta bank to bank information; d Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah berada; e Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi; f Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya. 2. Capital Capital adalah jumlah danamodal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tangung jawab nasabah dalam menjalankan usahanya karena ikut menanngung Universitas Sumatera Utara resiko terhadap gagalnya usaha. Dalam praktik, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self-financing, yang sebaiknya jumlahnya lebih besar daripada kredit yang dimintakan kepada bank. 3. Capacity Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan berikut ini: a Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. b Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus c Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank. d Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan. Universitas Sumatera Utara e Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan , administrasi dan keuangan, industrial relation sampai pada kemampuan merebut pasar. 4. Collateral Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan tetapi juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi borgtocht, letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi dan avalis. 5. Condition of Economy Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai hal- hal antara lain: a Keadaan konjungtur b Peraturan-peraturan pemerintah c Situasi, politik dan perekonomian dunia Universitas Sumatera Utara d Keadaan lain yang memengaruhi pemasaran 6. Constraint Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bata. Dari keenam prinsip diatas, yang paling perlu mendapatkan perhatian account officer adalah character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi, prinsip lainnya tidak berarti. Untuk mempertajam analisa, terutama terhadap permohonan kredit dalam jumlah besar, maka perlu ditambahkan dengan kriteria “5 P Principles”, sebagai berikut : 64 a. Purpose Ini merupakan penilaian terhadap maksud permohonan kredit dari calon debitur agar penggunaan jumlah atau jenis kredit tersebut terarah, aman dan produktif serta membawa manfaat bagi pengusaha, masyarakat, bank dan otorita moneter. b. People Adalah penilaian yang dilakukan terhadap calon debitur tentang siapa mitra usahanya, orang atau lembaga yang mem-backup debitur, customer dan 64 J.W Henderson dan T.S Maness, The Financial Analisys Desk Book : A Cash Flow Approach to Liquidity, New York:Van Nostrand Reinhold,1989, hlm.79 Universitas Sumatera Utara supplier, yang kesemuanya sangat penting dalam menunjang kegiatan usaha calon debitur. c. Protection Bilamana usaha debitur mengalami kegagalan, bank sudah harus terlindungi dengan baik dari kesulitan penyelesaian kreditnya, dan bank harus mempunyai alternatif penyelesaian dengan agunan yang dikuasai dan pengikatan yuridis sesuai ketentuan yang berlaku. d. Payment Penilaian juga harus dilakukan terhadap sumber-sumber pelunasan primer dan sekunder, sehingga peta pelunasan roadmap repayment dan kemungkinan penyelesaian kredit dapat dilaksanakan tanpa kesulitan. Ini berkaitan dengan casflow perusahaan dan variabel yang mempengaruhinya, sehingga akan lebih jelas bagaimana posisi cash in dan cash out, yang menggambarkan apakah perusahaan mengalami likuiditas usaha yang baik atau tidak. e. Perspective Posisi usaha debitur pada waktu yang akan datang apakah mampu mengikuti kondisi ekonomi, keuangan dan fiskal. Ini berarti merupakan proyeksi perbandingan resiko dan cashflow perusahaan. Perspektif ini dinilai dengan menggunakan kriteria : 1 Return, yaitu hasil usaha yang akan dicapai dari kegiatan yang mendapatkan pembiayaan tersebut; Universitas Sumatera Utara 2 Repayment, yaitu perhitungan pengembalian dana dari kegiatan yang mendapatkan pembiayaan kredit; 3 Risk Bearing Ability, yaitu perhitungan besarnya kemampuan debitur dalam menghadapi resiko yang tidak terduga. Dalam hal pemberian kredit kepada yayasan, analis kredit juga mengacu kepada hal-hal yang disebutkan diatas. Sebagaimana telah disebutkan, bahwa dalam memberikan kredit yang terpenting adalah character dari debitur, dalam hal ini yayasan diwakili oleh organ yayasan. Organ yayasan yang terdiri dari pengurus, pengawas dan pembina ini harus diyakini oleh analis adalah orang-orang yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengembalikan hutang yayasan dan mempergunakan kredit yang diberikan untuk pencapaian maksud dan tujuan yayasan. Pasal 37 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan menyebutkan : 1. Pengurus tidak berwenang : a Mengikat yayasan sebagai penjamin utang b Mengalihkan kekayaan yayasan kecuali dengan persetujuan Pembina; dan c Membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain. 2. Anggaran dasar dapat membatasi kewenangan Pengurus dalam melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama yayasan. Berdasarkan penjelasan pasal 37 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan tersebut, jika Pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama yayasan, anggaran dasar dapat membatasi kewenangan tersebut, dengan menentukan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Universitas Sumatera Utara Pembina dan atau Pengawas, misalnya untuk menjaminkan kekayaan yayasan guna membangun sekolah atau rumah sakit. Secara hukum, yayasan dapat diberikan kredit karena bentuk yayasan sebagai badan hukum. Seperti diketahui kredit diberikan kepada perorangan ataupun kepada badan hukum. Karena sejak adanya Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan telah menjadi badan hukum sendiri. Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Dengan bentuk badan hukum yang dimiliki oleh yayasan, yayasan diwakili oleh para organ yayasan untuk melakukan perbuatan hukum kepada pihak lain, termasuk diantaranya melakukan perjanjian kredit kepada pihak bank.

D. Analisis Perolehan Kredit Oleh Yayasan.