6. Rumah Sakit Klinik Pengobatan
Yayasan maupun perusahaan masing-masing mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka pengelolaan yayasan harus dilakukan secara professional
agar maksud dan tujuan tersebut dapat tercapai. Walaupun Yayasan sebagai organisasi nirlaba, diharapkan Yayasan dapat
mencari keuntungan, agar yayasan tersebut tidak “lesu darah” karena dalam upaya pendanaan hanya mengandalkan sumbangan dari para donatur tanpa berusaha
mencari sumber lain yang lebih kreatif. Donatur yang diharapkan adalah orang-orang atau badan yang sama dari tahun ke tahun yang dimintakan belas kasihannya.
B. Penggolongan Jenis Kredit Perbankan
Dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan yang menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa fungsi bank berfungsi sebagai Financial
Intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lintas pembayaran. Dua fungsi ini tidak
dapat dipisahkan. Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan danatau bentuk lainnya
Universitas Sumatera Utara
yang dipersamakan dengan itu
55
, dan kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit.
Kredit yang diberikan suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan kepercayaan. Ini berarti
bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai
dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan
masyarakat yang diterimanya.
56
Undang-Undang Perbankan menggunakan dua istilah yang berbeda yaitu “kredit” dan “pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”. Penggunaan kedua istilah itu
disesuaikan dengan dinamika perkembangan perbankan saat ini dimana selain bank- bank yang menjalankan usaha secara konvensional berkembang juga bank-bank
berdasarkan prinsip syariah. Bank yang menjalankan usahanya secara konvensional menyebutnya sebagai “kredit”, sedangkan bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah menggunakan istilah “pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”.
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan memberikan definisi tentang kredit :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
55
Lihat pasal 6 huruf a Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
56
Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2003 hlm.11.
Universitas Sumatera Utara
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Sedangkan tentang pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dirumuskan dalam
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Perbankan, sebagai berikut : “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”
Berdasarkan rumusan pengertian kedua istilah tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontra prestasi yang akan diberikan oleh nasabah peminjam debitur
kepada pihak bank selaku kreditur atas pemberian kredit atau pembiayaan dimaksud. Pada bank dengan prinsip konvensional kontra prestasi yang diberikan debitur
adalah berupa “bunga”, sedangkan pada bank dengan prinsip syariah kontra prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama.
Dengan demikian, kredit dan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang yang dilakukan antara bank dengan
pihak lain dalam hal ini nasabah peminjam dana. Perjanjian mana dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu tertentu akan melunasi atau
mengembalikan uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, dengan penggolongan sebagai berikut:
57
57
Mohammad Djumhana, ,,op.cit, hlm.232.
Universitas Sumatera Utara
Dari segi lembaga pemberi-penerima kredit yang menyangkut struktur pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi sebagai
berikut: 1.
Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta
kepada dunia usaha guna membiayai sebagian kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian
kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa. 2.
Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank-bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan
sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya. Kredit ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia dalam rangka melaksanakan tugasnya
sesuai ketentuan pasal 29 UU No. 13 Tahun 1986 tentang Bank Sentral, yaitu memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai
pengawas atas urusan kredit tersebut. Dengan demikian Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk menetapkan batas-batas kuantitatif dan
kualitatif di bidang perkreditan bagi perbankan yang ada. 3.
Kredit langsung. Kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah, atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan
kredit langsung kepada Bulog dalam rangka pelaksanaan program
Universitas Sumatera Utara
pengadaan pangan, atau pemberian kredit langsung kepada Pertamina, atau pihak ketiga lainnya.
Dari segi tujuan penggunaannya, kredit dikelompokkan menjadi 1.
Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi
sehari-hari. 2.
Kredit produktif, baik kredit investasi maupun kredit eksploitasi. Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiayaan modal tetap, yaitu
peralatan produksi, gedung dan mesin-mesin, atau untuk membiayai rehabilitasi dan ekspansi.
3. Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif semi konsumtif dan
semi produktif. Dari segi dokumen, kredit sangat terikat dengan dokumen-dokumen berharga
yang memiliki substitusi nilai sejumlah uang, dan dokumen tersebut merupakan jaminan pokok pemberian kredit. Kredit ini banyak digunakan oleh orang yang
mengadakan transaksi dagang jarak jauh. Jenis kredit ini terdiri dari: 1.
Kredit Ekspor, yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor. Bisa dalam bentuk kredit langsung maupun tidak langsung,
seperti pembiayaan kredit modal kerja jangka pendek maupun kredit investasi untuk jenis industri yang berorientasi ekspor.
2. Kredit Impor
Universitas Sumatera Utara
Dari segi besar-kecilnya aktivitas perputaran usaha, yaitu melihat dinamika, sektor yang digeluti, aset yang dimiliki, dan sebagainya, maka jenis kredit
dikelompokkan menjadi: 1.
Kredit Kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil.
2. Kredit Menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang
asetnya lebih besar daripada pengusaha kecil. 3.
Kredit Besar. Dari segi waktunya, kredit dikelompokkan menjadi:
1. Kredit jangka pendek short term loan, yaitu kredit yang berjangka waktu
maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembeli, dan kredit wesel.
2. Kredit jangka menengah medium term loan,yaitu kredit berjangka waktu
antara 1 tahun sampai 3 tahun. 3.
Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang
bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka rehabilitasi, ekspansi perluasan, dan pendirian proyek baru.
Dari segi jaminannya, kredit dapat dibedakan menjadi: 1.
Kredit tanpa jaminan. Adapun yang dimaksud dengan kredit tanpa jaminan ini yaitu pemberian kredit tanpa jaminan materiil.
Universitas Sumatera Utara
2. Kredit dengan jaminan. Kredit model ini diberikan kepada debitur selain
didasarkan kepada adanya agunan atau jaminan yang berupa fisik collateral sebagai jaminan tambahan ini dimaksudkan untuk memudahkan
kreditur apabila debitur wan prestasi, bank segera dapat menerima pelunasan hutangnya melalui cara pelelangan atas agunan tersebut. Hal
demikian dilakukan guna menekan seminimal mungkin resiko, apabila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kredit yang diberikan kepada
nasabahnya. Dilihat dari segi sektor usaha, terdapat beberapa jenis:
58
1. Kredit pertanian, yaitu merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek dan jangka panjang.
2. Kredit peternakan yaitu kredit jangka panjang untuk peternakan ayam,
kambing dan sebagainya. 3.
Kredit industri, yaitu kredit untuk pembiayaan industri kecil, menengah dan besar.
4. Kredit pertambangan yaitu kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya
dalam bentuk kredit jangka panjang seperti tambang emas, minyak dan timah.
58
Johannes Ibrahim, Mengupas Tuntas Kredit Komersil dan Konsumtif dalam Perjanjian Kredit Bank Perspektif Hukum dan Ekonomi, Bandung:CV.Mandar Maju,2004 hlm.97
Universitas Sumatera Utara
5. Kredit pendidikan, yaitu merupakan kredit untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk mahasiswa. 6.
Kredit profesi, yaitu kredit yang diberikan kepada para profesional seperti Dosen, Dokter, atau Pengacara.
7. Kredit perumahan yaitu untuk pembiayaan pembangunan atau pembelian
perumahan.
C. Analisis Kelayakan Pemberian Kredit