Analisis Perolehan Kredit Oleh Yayasan.

Pembina dan atau Pengawas, misalnya untuk menjaminkan kekayaan yayasan guna membangun sekolah atau rumah sakit. Secara hukum, yayasan dapat diberikan kredit karena bentuk yayasan sebagai badan hukum. Seperti diketahui kredit diberikan kepada perorangan ataupun kepada badan hukum. Karena sejak adanya Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan telah menjadi badan hukum sendiri. Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Dengan bentuk badan hukum yang dimiliki oleh yayasan, yayasan diwakili oleh para organ yayasan untuk melakukan perbuatan hukum kepada pihak lain, termasuk diantaranya melakukan perjanjian kredit kepada pihak bank.

D. Analisis Perolehan Kredit Oleh Yayasan.

Yayasan adalah lembaga nonprofit yang memang dibuat untuk mendukung atau melayani kepentingan publik tanpa memikirkan keuntungan komersial . Biasanya dapat bergerak di bidang seni, pendidikan, politik, agamarohani, riset ilmiah, olahraga, kesehatan, dan sebagainya. Yayasan nirlaba umumnya didirikan melalui donasi biasanya bebas pajak dari sektor publik atau swasta, semisal dari pengusaha, pejabat teras, peneliti, Universitas Sumatera Utara olahragawan, atau bisa juga didirikan oleh instansi tertentu. Namun yang pasti, yayasan umumnya memiliki ciri-ciri antara lain: a Kegiatannya tidak bertujuan untuk memperoleh labamateri , b Dilakukan untuk kepentingan umum, bukan hanya kepentingan anggota saja, dan c Biasanya tidak bisa dikategorikan sebagai pemerintah atau negara. Tidak terlalu beda dengan organisasi profit, yayasan juga memikirkan aspek investasi , marketing , dan bahkan etika dalam menjalankan operasionalnya. Seperti diketahui yayasan didirikan dengan maksud dan tujuan yang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Tetapi pergeseran maksud dan tujuan yayasan tersebut, ke arah profit motif kadang kala harus dilakukan, hal ini karena untuk menjalankan kegiatannya, yayasan memberlakukan sejumlah modal agar kelangsungan kegiatan yayasan dapat berjalan. Tanpa adanya modal yang memadai tentu saja yayasan tidak dapat berkembang dan mengembangkan diri. Yayasan tidak mungkin selamanya mengharapkan sejumlah modal dari donaturnya saja. Para donatur yayasan mulai kritis terhadap sumbangan yang diberikannya. Sumbangan yang diberikan haruslah jelas penggunaannya dan manfaat apa yang diterimanya dari sumbangan itu. Take and give yaitu memberi dan menerima sudah merupakan hal yang biasa sekarang ini. 65 Hal ini disebabkan karena sering terjadi penyalahgunaan dana yang 65 Abdul Muis, Undang-Undang No.16 Tahun 2001 Membuka Peluang Yayasan Berkarakter Komersial, Makalah Pada Seminar Sehari Sosialisasi Undang-Undang No.16 Tahun 2001 Tentang Yayasan diselenggarakan oleh kerja sama Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan Paguyuban Marga Tioghoa Sumatera Utara di Polonia Hotel tanggal 22 Juni 2002, hlm.1 Universitas Sumatera Utara disumbangkan. Ini dibuktikan dari kegiatan yayasan yang telah jauh dari maksud dan tujuannya dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Yayasan dalam kegiatannya sangat kental bernuansa bisnis dan tidak lagi dirasakan manfaat sosialnya bagi masyarakat. 66 Agar yayasan tetap bertahan, yayasan harus melakukan terobosan baru untk mendapatkan modal guna mencapai maksud dan tujuannya. Yayasan harus pro aktif dalam menciptakan nilai tambah added value bagi masyakat dan dunia usaha sehingga kegiatan tersebut dapat menjadi tulang punggung dalam sumber pendanaan yayasan yang tidak lagi hanya semata-mata tergantung dari belas kasihan para donatur sesaat. 67 Sumbangan donatur kepada yayasan tidak selamanya dapat diharapkan menjadi modal utama dalam yayasan. Pada masa pemerintahan Orde Baru banyak yayasan yang didirikan oleh pejabat pemerintahan atau disponsori oleh pemerintah antara lain Yayasan Supersemar, Yayasan Darmais dan Yayasan Dakab. Pemerintahan Orde Baru telah membuat beberapa kebijakan tentang sumber-sumber dana Yayasan Darmais yang telah mendapatkan sumbangan sebesar 5 dari keuntungan bank-bank pemerintah dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara. 66 Umumnya yayasan-yayasan menyelenggarakan jasa layanan umum kepada masyarakat seperti jasa pendidikan dan kesehatan. 67 HP.Panggabean, Praktik Peradilan Menangani Kasus Aset Yayasan termasuk Aset Lembaga Keagamaan dan Upaya Penanganan Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa Edisi Revisi,Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,2002 hlm.163 Universitas Sumatera Utara Setelah Pemerintahan Orde Baru berakhir, dibuatlah kebijakan berdasarkan Instruksi Presiden INPRES No. 20 Tahun 1998 tentang penertiban sumber-sumber dana yayasan. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 1 menyatakan: ”Mencabut semua ketentuan-ketentuan Menteri, Kepala Lembaga Pemerintahan non Departemen, Gubernur, BupatiWalikota, Kepala Daerah Tingkat II dan atau jajaran dibawahnya, yang menjadi perolehan dana bagi yayasan” Selain dari keadaan sebagaiman yang diuraikan diatas, suatu yayasan dalam kegiatannya yang bersifat profit motif juga didukung oleh Peraturan Perundang- undangan. Di dalam dunia pers, setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia. 68 . Yang berarti setiap warga negara Indonesia dan negara yang mendirikan perusahaan pers, dapat berbentuk perseroan terbatas maupun yayasan. Dalam bidang pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengharuskan pendirian lembaga pendidikan oleh swasta dengan Yayasan sebagai pemiliknya. Walau tak dapat disangkal bahwa beberapa perguruan tinggi swasta yang berindikasi komersial. 69 Adapun anggapan dalam masyarakat bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang baik seseorang harus mampu membayar mahal. Dalam hal ini pelaksanaan kegiatan yayasan yang bersangkutan lebih mengarah kepada pengutamaan keuntungan profit. Dalam bidang kesehatan, Departemen Kesehatan mengharuskan pemilikan rumah sakit dimiliki oleh Pemerintah dan Swasta. Swasta yang dimaksud adalah 68 Pasal 9 ayat 2 Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers. 69 M.Adnan Amal, Yayasasn Sebagai Badan Hukum Sebuah Fenomena dalam Varia Peradilan, Tahun IV No. Juni 1989, hlm.39. Universitas Sumatera Utara orang perorangan dan badan hukum. Badan hukum yang dimaksud adalah yayasan dan badan hukum yang berbentuk sosial. Dari tujuan tertentu yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, maka lapangan gerak yayasan dapat ditemukan dalam bidang-bidang kesehjateraan sosial, pendidikan, kebudayaan, kesehatan dan bidang lain yang tidak bertentangan dengan tujuan sosialnya. Untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan dapat melakukan kegiatan usaha. Kegiatan usaha dapat dilakukan dengan ketentuan tercantum dalam pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No.28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang No.16 Tahun 2001 tentang Yayasan menyebutkan bahwa Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha danatau ikut serta dalam badan usaha. Dari pengertian ini, menegaskan bahwa yayasan dapat menjalankan badan usaha yang mendatangkan keuntungan profit motif sebagaimana layaknya perusahaan. Perusahaan yang dimaksud disini tidaklah identik dengan pengertian laba. Ada perusahaan yang tidak semata-mata ditujukan untuk memperoleh laba, seperti yayasan yang megusahakan poliklinik atau rumah sakit. Karena itu yayasan sebaiknya tidak dikaitkan dengan adanya perusahaan, tetapi ada maksud yang tidak bertujuan laba. Disini perusahaan didefinisikan sebagai ”melakukan kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, secara terus menerus dengan maksud mencari keuntungan”. Teratur artinya bahwa mendapatkan laba itu ada suatu organisasi yang tersusun ada Universitas Sumatera Utara modal, kantor, pabrik, pegawai, gedung, manajemen dan sebagainya. Dalam hal badan sosial melakukan ”Perusahaan” tujuannya bukan untuk mencari keuntungan melainkan melaksanakan sesuatu yang bersifat idealistis atau filantropis atau amal, walau ada kemungkinan yayasan itu memperoleh laba agar dalam perkembangannya tidak tergantung selamanya dari bantuan atau sumbangan dari pihak lain. Filosofi modern dari yayasan menekan bahwa dana yang dimilikinya merupakan modal ventura dari filantropi, terbaik bila ditanamkan dalam perusahaan yang menghasilkan keuntungan dan sebaiknya tidak lagi hidup dari sokongan pemerintah atau sumbangan masyarakat. 70 Untuk mendapatkan keuntungan profit motif yayasan dapat melakukan dengan cara: 1. Yayasan dapat mendirikan danatau turut serta dalam badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yakni bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. 2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha dengan menanamkan modalnya pada badan usaha yang lain, baik dalam bentuk Perseroan Terbatas, dengan ketentuan usaha tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan danatau peraturan perundang- undangan yang berlaku. Penyertaan modal yayasan yang bersifat prospektif alam suatu badan usaha jumlahnya tidak boleh melebihi 25 dari seluruh nilai kekayaan yayasan. 70 Chattamarasjid Ais, Op.Cit. hlm 156 Universitas Sumatera Utara Lebih dijelaskan lagi dalam penjelasan Pasal 3 ayat 1 pada Undang-Undang Yayasan menyatakan bahwa yayasan tidak dibenarkan sebagai wadah usaha dan yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara langsung tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana yayasan menyertakan kekayaannya. Dalam bidang kesehatan, yayasan dalam melaksanakan kegiatannya akan mendirikan badan usaha berupa rumah sakit. Rumah sakit dapat didirikan oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta 71 . Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. 72 71 Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 72 Pasal 2 Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampumiskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan. 73 Berdasarkan pengelolaannya, pada Pasal 20 Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat. Rumah Sakit publik selain dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dapat dikelola oleh badan hukum yang bersifat nirlaba seperti yayasan. Penyelenggara rumah sakit membutuhkan sejumlah modal yang cukup besar. Hal ini disebabkan dengan banyaknya teknologi baru yang harus disediakan, tenaga yang profesional baik tenaga-tenaga medis, ditambah lagi adanya kebutuhan masyarakat pemakai jasa rumah sakit berupa kenyaman dan kemudahan dalam pelayanan kesehatan. Modal ini mungkin saja diperoleh dari sumbangan donatur atau pun pinjaman dari lembaga keuangan seperti bank. Di bidang pendidikan, Yayasan, perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis yang telah menyelenggarakan satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah, danatau pendidikan tinggi, diakui sebagai Badan Hukum Pendidikan Penyelenggara 74 . Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.9 Tahun 2009 tentang 73 Pasal 29 huruf f Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 74 Pasal 8 Undang-Undang No.9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. Universitas Sumatera Utara Badan Hukum Pendidikan, maka yayasan perkumpulan atau badan hukum lain sejenis yang telah menyelenggarakan pendidikan formal harus menyesuaikan tata kelolanya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut 75 . Badan hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dapat melakukan investasi dengan mendirikan badan usaha berbadan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk memenuhi pendanaan pendidikan 76 . Badan usaha berbadan hukum dapat berupa perseroan terbatas, kerja sama dengan perusahaan daerah, dan koperasi Pengelolaan yayasan harus dilakukan secara profesional agar maksud dan tujuan dapat tercapai. Dalam praktek beberapa yayasan di Indonesia telah mampu berkembang pesat dan sukses mencapai misinya serta berhasil memiliki sejumlah perusahaan seperti Yayasan Adi Upaya yang dimiliki TNI-AU, yayasan ini di bidang bisnis murni memiliki 17 perusahaan yang bergerak di bidang kontainer, lapangan golf, perbankan, HPH, perhotelan, penerbangan, pemotretan melalui udara dan pendidikan. 77 Berdasarkan Undang-Undang Yayasan, maka yayasan dapat kegiatannya dapat menghasilkan keuntungan baik berupa deviden atau perolehan dari hasil usaha yayasan. Dengan demikian maka yayasan telah melakukan kegiatan yang bersifat 75 Pasal 67 Undang-Undang No.9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. 76 Pasal 43 Undang-Undang No.9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. 77 Indria Samego, dkk, Bila ABRI Berbisnis Buku Pertama yang Menyingkap Data dan Proses Penyimpangan dalam Praktek Bisnis Kalangan Militer, Bandung : Mizan, 1998 hlm. 85 Universitas Sumatera Utara bisnis. Ada beberapa definisi tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan bisnis : 78 1. Menurut Raymon Egloss mengemukakan pendapatnya mengenai bisnis sebagai berikut: ”business is defined as the some people engaged in commerce and industry provide the good and service needed to maintain and improve the standard of living and quality to which each of us may aspire. Jadi bisnis didefinisikan sebagai jumlah upaya yang teratur yang melibatkan orang-orang dalam kegiatan perdagangan dan industri untuk memelihara dan memperbaiki kualitas kehidupan. 2. Menurut Irving Smith Kooger, mendefinisikan bisnis sebagai “business is any gainful occupation in which profit is the goal and in which there is of loss”. Menurutnya bisnis adalah seperti kegiatan untuk menghasilkan laba sebagai sasaran dan yang di dalamnya terdapat sebagai resiko. 3. Menurut Elbert dan Griffin, mendefinisikan bisnis “as an organization that provider goods on service to learn profit” jadi bisnis didefinisikan sebagai suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa. Yayasan harus dapat melakukan bisnis, agar tidak selalu mengandalkan pendanaan dari sumbangan dari para donator tanpa berusaha mencari sumber-sumber yang lebih kreatif. Apalagi pendanaan diharapkan dari sumbangan orang yang sama secara terus menerus setiap tahunnya. 78 Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi, Bandung: Alfabeta, 2004 hlm. 21-22 Universitas Sumatera Utara Menurut H.P Panggabean pengertian nirlaba not for profit sering disalah artikan bahwa yayasan tidak boleh mencari keuntungan, tidak boleh menjalankan usaha dan tidak boleh bersifat komersial. Makna sebenarnya dari nirlaba adalah bahwa yayasan tidak boleh membagikan laba atau keuntungan yang diperolehnya baik dalam bentuk deviden, bagian laba dan sejenisnya, karena yayasan tidak mempunyai pemilik maupun anggota. 79 Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Dengan demikian, apabila dalam kegiatan yayasan menghasilkan keuntungan karena pendapatan dari suatu kegiatan melebihi pengeluaranbiaya, maka keuntungan tersebut akan menambah kekayaan yayasan yang selanjutnya akan digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan, dan sama sekali bukan dibagikan kepada pendiri, pengurus maupun yayasan. Kekayaan yayasan yang diperoleh dari hasil usaha yayasan maupun melalui penyertaan saham yayasan pada suatu badan usaha dalam bentuk deviden, dapat dijadikan sumber pengembalian hutang kredit kepada pihak bank. 79 HP.Panggabean, op.cit hlm 164. Universitas Sumatera Utara BAB III BENTUK LEMBAGA JAMINAN DALAM PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK KEPADA YAYASAN

A. Kedudukan dan Bentuk Jaminan Kredit Perbankan