Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Siti Aisah, 2014 Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian siswa penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas viii smpn 34 kota bandung kelas viii tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kadang untuk menegakkan kemandiriannya remaja bersikap melawan, berdebat, memberi perlawanan dan mengkritik sikap dan kebijakan orang tua. Tetapi upaya pencapaian kemandirian yang optimal remaja tetap harus dilaksanakan. Mandiri merupakan kemampuan seseorang untuk mampu melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain serta bertanggungjawab atas yang dilakukannya. Sebagai contoh di saat remaja memasuki dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru atau memiliki masalah dengan teman atau kelompoknya. Individu memerlukan kemandirian yang bisa membantunya untuk siap menghadapi segala situasi dan masalah yang ada. Menurut Chaplin 2002, mandiri atau otonomi adalah kebebasan individu untuk memilih, menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Hoffnung 1994 mendefinisikan otonomi atau kemandirian sebagai “ the ability to govern and regulate one’s own thoughts, feelings, and actions frelly and responsibilty while overcoming feelings of shame and doubt.” Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan.Tidak sedikit remaja yang berupaya menentukan pilihan- pilihan kegiatannya atas dasar pertimbangan yang rasional, baik dari segi kompetensi pribadi dan minatnya terhadap pilihan tersebut.Contohnya bila di Siti Aisah, 2014 Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian siswa penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas viii smpn 34 kota bandung kelas viii tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sekolah terdapat bermacam-macam program ekstra kurikuler, remaja berupaya memilih salah satu ekstra kurikuler yang diminatinya. Fenomena kemandirian menarik untuk diteliti, sebab perilaku remaja bila ditinjau dari perspektif psikologis merupakan upaya melepaskan diri dari keterikatan-keterikatan orang tua yang dirasa remaja membelenggu, remaja berusaha mandiri secara emosi, dan tidak lagi menjadikan orang tua sebagai satu- satunya sandaran dalam mengambil keputusan. Erickson Desmita, 2009;185, menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi saat peserta didik secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Menurut Gilang Cempaka Putri 2008:29 kemandirian emosional remaja ditunjukkan dengan menyadari dirinya bukan anak kecil lagi yang bergantung pada orang tua dan remaja mulai belajar untuk terlepas dari orang tua dengan berusaha menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dan mulai menjalin ikatan Siti Aisah, 2014 Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian siswa penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas viii smpn 34 kota bandung kelas viii tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan teman sebayanya. Kemandirian bertindak remaja ditunjukkan dengan kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan mengambil keputusan serta alternative-alternatif dalam setiap tindakan yang dilakukan. Kemandirian nilai remaja ditunjukkan mampu menilai dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dimilikinya tanpa berusaha melanggar atau menghindari aturan-aturan masyarakat. Berkaitan dengan makna kemandirian, Kartadinata 1988:78, mengartikan sebagai kekuatan motivasional dari dalam diri individu yang merupakan kemampuan individu untuk berdiri sendiri dan menggali potensi-potensi yang ada pada dirinya untuk mengambil keputusan dan menerima tanggung jawab atas konsekuensi. Selain itu kemandirian memiliki empat aspek yang perlu dicapai oleh remaja yaitu: 1 kemampuan mengontrol emosi dan tidak bergantung kepada orang tua dalam pemenuhan emosi; 2 kemampuan mengatur dan tidak bergantung kepada orang tua dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi; 3 kemampuan mengatasi masalah tanpa bantuan orang tua dan; 4 kemampuan berinteraksi dengan orang lain secara aktif, tidak bergantung atau pasif menunggu orang lain memulai. Steinberg 1995:225 menyatakan bagi remaja, menegakkan kemandirian sama pentingnya dengan usaha untuk menegakkan identitas. Menjadi pribadi yang mandiri, yakni pribadi yang menguasai dan mengatur diri, merupakan salah satu tugas perkembangan yang paling mendasar dalam tahun-tahun masa remaja. Siti Aisah, 2014 Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian siswa penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas viii smpn 34 kota bandung kelas viii tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Menurut Havigurst 1972 dan Kartadinata 1988:78, tanpa kemandirian remaja akan hidup dengan sikap konformis, ini akan membuat remaja bertingkah laku secara negatif, jika remaja berada di lingkungan negatif. Remaja yang kurang mandiri akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, dan akan mengalami konflik-konflik yang tidak serlesai dengan baik pada masa pada dewasanya. Masyarakat pada era teknologi maju membutuhkan individu yang mandiri, kompeten dan terampil untuk mengelola teknologi. Ketidakmampuan remaja mengikuti perubahan yang cepat membuat mereka merasa gagal, malu, timbul, perasaan terasing, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional. Siswa sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi on becoming, yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan, siswa memerlukan bimbingan karena masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah dan hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Saat ini ini remaja banyak dipengaruhi oleh orang tua, teman dan media yang ada sehingga tumbuh dengan cepat secara terpaksa dalam waktu yang cepat, tanpa melihat bagaimana harusnya remaja berkembang sesuai dengan usianya Elkind dalam Steinberg 1995:288. Remaja yang tidak mandiri akan mengalami Siti Aisah, 2014 Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian siswa penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas viii smpn 34 kota bandung kelas viii tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kesulitan dalam menjalankan tugas perkembangannya dan mengalami masalah atau konflik yang tidak dapat diselesaikan dengan baik di masa dewasanya. Saat ini remaja mengalami stress yang berlebihan dari perubahan sosial yang cepat dan membuat remaja merasa bingung karena membutuhkan rasa aman dari perubahan tersebut, tetapi di sisi lain ketergantungan remaja secara emosi kepada orang tua masih tinggi walaupun mereka ingin sekali melepaskan diri dari orag tua dan mandiri. Perkembangan kemandirian siswa sangat dipengaruhi oleh lingkungan remaja hidup yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Menurut Blocher Suherman: 2008 people do not growth and develop in a vacuum. Pendapat tersebut menegaskan perkembangan siswa banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan pendidikan di sekolah perlu menyediakan layanan yang membantu siswa untuk mencapai perkembangan optimalnya, salah satunya ialah layanan bimbingan pribadi sosial yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kemandiriannya.. Masalah kemandirian pada siswa diharapkan menjadi perhatian guru bimbingan dan konseling, khususnya di SMPN 34 Bandung. Diketahui siswa yang datang ke ruang bimbingan dan konseling lebih banyak yang dipanggil oleh Guru Bimbingan dan Konseling dibandingkan dengan siswa yang datang sendiri. Selain itu siswa lebih banyak mendengar pendapat orang lain dibandingkan menyelesaikan masalahnya Siti Aisah, 2014 Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian siswa penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas viii smpn 34 kota bandung kelas viii tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kemandirian siswa dapat terlihat dari berkurangnya ketergantungan siswa terhadap guru di sekolah, seperti pada jam pelajaran kosong karena ketidakhadiran guru di kelas, siswa dapat belajar secara mandiri dengan membaca buku atau mengerjakan latihan soal yang dimiliki. Siswa yang mandiri, tidak lagi membutuhkan perintah dari guru atau orang tua untuk belajar ketika berada di sekolah maupun di rumah. Siswa yang mandiri telah memiliki nilai-nilai yang dianutnya sendiri dan menganggap bahwa belajar bukanlah sesuatu yang memberatkan, namun merupakan sesuatu yang yang telah menjadi kebutuhan bagi siswa untuk meningkatkan prestasi di sekolah. Kebutuhan untuk memiliki kemandirian dipercaya sebagai hal yang penting dalam memperkuat motivasi individu. Pada kenyataannya banyak sekali siswa yang terlibat tawuran, masuk anggota gank yang mereka bentuk bersama teman sebayanya, mereka saling mempengaruhi hal hal yang bersifat negatif, tanpa adanya kemampuan untuk menolak dari ajakan teman karena mereka kurang mandiri dan sangat tergantung pada teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini dilaksanakan untuk melihat gambaran program bimbingan pribadi sosial yang dapat memfasilitasi meningkatkan kemandirian siswa. Bimbingan pribadi sosial di sekolah memegang peranan yang sangat penting untuk peserta didik. Melalui bimbingan dan pribadi sosial diharapkan siswa dapat mencapai kemandirian yang seharusnya. Siti Aisah, 2014 Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian siswa penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas viii smpn 34 kota bandung kelas viii tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi Masalah

Kecenderungan yang muncul di permukaan dewasa ini, ditunjang oleh laju perkembangan teknologi dan arus gelombang kehidupan global yang sulit atau tidak mungkin dibendung, mengisyaratkan bahwa kehidupan masa mendatang akan menjadi pilihan yang rumit dan semakin didesak ke arah kehidupan yang sangat kompetitif. Situasi kehidupan seperti itu memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika kehidupan remaja, apalagi remaja secara psikologis, berada pada masa topan dan badai serta dalam masa mencari jati diri Hurlock, 1980. Pengaruh kompleksitas kehidupan dewasa ini sudah tampak pada berbagai fenomena remaja yang perlu memperoleh perhatian pendidikan. Fenomena yang tampak akhir-akhir ini, antara lain perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat dan alkohol, reaksi emosional yang berlebihan, dan berbagai perilaku yang mengarah kepada tindakan kriminal. Dalam konteks proses belajar, gejala negatif yang tampak adalah kurang mandiri dalam belajar yang berakibat pada gangguan mental setelah memasuki perguruan tinggi Soewandi, Mohammad Asrori 2009; 107 , kebiasaan belajar yang kurang baik yaitu tidak tahan lama dan baru belajar setelah menjelang ujian Lutfi, Mohammad Asrori, 2009; 107 , membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal ujian Engkoswara, Mohammad Asrori, 2009;107. Problem remaja di atas, merupakan perilaku-perilaku reaktif, semakin meresahkan jika dikaitkan dengan situasi masa depan remaja yang diperkirakan Siti Aisah, 2014 Program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemandirian siswa penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa kelas viii smpn 34 kota bandung kelas viii tahun ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu semakin kompleksitas dan penuh tantangan. Menurut Tilaar Mohammad Asrori, 2009 :107, tantangan kompleksitas masa depan remaja yang diperkirakan akan semakin kompleks dan penuh tantangan. Menurut Tilaar, Mohammad Asrori, 2009:107, tantangan kompleksitas masa depan memberikan dua alternatif, yaitu pasrah kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin. Misi pendidikan yang juga berdimensi masa depan tentunya menjatuhkan pilihannya pada alternatif kedua. Artinya pendidikan mengemban tugas untuk imengemban tugas untuk mempersiapkan remaja bagi peranannya di masa depan agar kelak menjadi manusia berkualitas sebagaimana sosok manusia ideal yang diamanahkan melalui UUSPN. Pentingnya usaha mempersiapkan bagi masa depan remaja, karena sedang mencari jati diri, mereka juga berada pada tahap perkembangan yang sangat potensial. Perkembangan kognitifnya telah mencapai tahap puncak, menurut teori perkembangan kognitif dari Piaget. Perkembangan kognitif adalah masa munculnya kemampuan berpikir sistematis dalam menghadapi persoalan- persoalan abstrak dan hipotesis karena telah mencapai tahap operasional Bybee dan Sund, Mohammad Ali, 2009:108 . Melihat potensi remaja, menjadi penting dan sangat menguntungkan jika usaha mengembangkannya difokuskan pada aspek-aspek positif remaja daripada melihat sisi negatifnya. Sebab, meskipun ada remaja yang menunjukkan perilaku negatif, sebenarnya hanya sebagian kecil kurang 1 dari jumalah remaja

Dokumen yang terkait

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

4 25 69

Analisis Buku Siswa Matematika Kelas VIII Semester 1

0 27 5

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012

0 6 47

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 27 61

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK) TERHADAP KETAATAN SISWA (Studi Pada Kelas VIII SMPN 19 Bandar Lampung)

1 5 71

PENGARUH MEDIA PREZI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen di Kelas VIII SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya, Tahun Ajaran 20182019)

0 0 8

PenerapanModel Pembelajaran Kreatif Produktif dalam Pembelajaran Fisika Materi Gaya di Kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 21

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

0 0 10

Hubungan Kuantitas Tidur dengan Memori Jangka Pendek Siswa Kelas VIII SMPN 2 Galang

0 0 14