4.1.2. Visi, Misi, Falsafah dan Motto Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar a.
Visi
Visi Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar adalah menjadi rumah sakit yang disenangi masyarakat tahun 2014
b. Misi
Misi Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar adalah: i.
Menciptakan budaya senyum bagi seluruh pegawai Rumah Sakit Vita Insani ii.
Menyediakan peralatan modern dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat
iii. Meningkatkan mutu pelayanan dan manajemen Rumah Sakit Vita Insani.
iv. Meningkatkan peran Rumah Sakit Vita Insani dalam memberikan pelayanan
yang cepat dan akurat v.
Mengembangkan sistem pembayaran pelayanan kesehatan dalam bentuk tarif yang terjangkau untuk masing-masing jenis pelayanan.
vi. Menciptakan lingkungan rumah sakit yang bersih, indah dan asri.
c. Falsafah
Falsafah Rumah Sakit Vita Insani adalah meringankan penderitaan pasien dengan memberikan pelayanan yang terbaik, murah dan terjangkau.
d. Motto
Motto Rumah Sakit Vita Insani adalah “Kami Peduli Anda”.
4.1.3. Fasilitas Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar
Rumah Sakit Vita Insani memiliki fasilitas yang memadai antara lain Laboratorium, Radiologi, Apotik, Instalasi Farmasi, Fisiotherapi, dan lainnya. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
fasilitas tempat tidur Rumah Sakit Vita Insani sebanyak 128 buah meliputi 12 buah pada kelas super VIP dan VIP, 15 buah pada kelas I, 28 buah pada kelas II, 57 buah
pada kelas III, 6 buah pada ruang ICU, dan 10 buah pada kamar bayi. Fasilitas pendukung rumah sakit berupa sarana air bersih yang didapatkan dari
dua sumber yaitu dari sumur bor dan PDAM. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Rumah Sakit Vita Insani menggunakan PLN dan apabila PLN padam, telah
disediakan genset dengan kapasitas 350 KVA sebanyak 1 unit.
4.1.4. Tenaga Kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar
Jumlah tenaga kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar adalah sebanyak 372 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Tenaga Kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Kategori Tenaga Kerja
f
Dokter umum 10
2,69 Dokter gigi
3 0,81
Dokter spesialis 31
8,33 Tenaga medis dan paramedis
251 67,47
Tenaga administrasi dan keuangan 77
20,70
Total 372
100
Universitas Sumatera Utara
4.2. Analisa Deskriptif
4.2.1. Balita Penderita
TB Paru
yang Dirawat
Inap Berdasarkan
Sosiodemografi
Distribusi proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan sosiodemografi yang
meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama dan tampat tinggal dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama dan Tempat
Tinggal di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010- 2012
Sosiodemografi f
Umur bulan
0-12 53
50,0 12-36
47 44,3
36-60 6
5,7
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
62 44
58,5 41,5
Suku
Batak 72
67,9 Jawa
31 29,2
Melayu 1
0,9 Lain-lain
2 2,0
Agama
Islam 43
40,6 Kristen Protestan
58 54,7
Kristen Katholik 5
4,7
Tempat Tinggal
Kota Pematangsiantar Luar Kota Pematangsiantar
26 80
24,5 75,5
Jumlah 106
100,0
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012
berdasarkan kelompok umur yang tertinggi adalah pada kelompok umur 0-12 bulan
Universitas Sumatera Utara
yaitu 53 orang 50,0, sedangkan yang terendah pada kelompok umur 36-60 bulan yaitu 6 orang 5,7.
Berdasarkan jenis kelamin dapat diperoleh proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012
tertinggi pada laki-laki yaitu 62 orang 58,5, sedangkan perempuan 44 orang 41,5.
Berdasarkan suku dapat diperoleh proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 tertinggi
pada suku Batak yaitu 72 orang 67,9, sedangkan suku Jawa 31 orang 29,2, suku lainnya meliputi etnik India dan suku Minang yaitu 2 orang 2,0 dan suku
Melayu yaitu 1 orang 0,9. Berdasarkan agama dapat diperoleh proporsi balita penderita TB Paru yang
dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 tertinggi pada agama Kristen Protestan yaitu 58 orang 54,7, sedangkan agama Islam 43
orang 40,6 dan Kristen Katholik 5 orang 4,7. Berdasarkan tempat tinggal dapat diperoleh proporsi balita penderita TB Paru
yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 tertinggi di Luar Kota Pematangsiantar yaitu 80 orang 75,5, sedangkan di Kota
Pematangsiantar 26 orang 24,5.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Status Gizi
Distribusi proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status gizi dapat dilihat
pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan
Status Gizi
di Rumah
Sakit Vita
Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Status Gizi f
Gizi baik 70
66,0 Gizi kurang
26 24,5
Gizi buruk 10
9,5
Jumlah 106
100,0
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012
berdasarkan status gizi yang tertinggi adalah gizi baik yaitu 70 orang 66,0, sedangkan gizi kurang 26 orang 24,5 dan gizi buruk 10 orang 9,5.
4.2.3. Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Status Imunisasi BCG
Distribusi proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status imunisasi BCG
dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Status Imunisasi BCG di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Status Imunisasi BCG f
Sudah mendapat imunisasi BCG Belum mendapat imunisasi BCG
86 20
81,1 18,9
Jumlah 106
100,0
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan status imunisasi BCG yang tertinggi adalah balita penderita TB Paru yang sudah mendapat imunisasi BCG yaitu 86 orang 81,1, sedangkan balita
penderita TB Paru yang belum mendapat imunisasi BCG 20 orang 18,9.
4.2.4. Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Diagnosa Penyakit
P roporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan diagnosa penyakit adalah seluruh balita penderita TB Paru didiagnosa dengan pemeriksaan darah ditambah
dengan foto Rontgen yaitu 106 orang 100,0.
4.2.5. Lama Rawatan Rata-Rata Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap
Lama rawatan rata-rata hari balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 dapat dilihat pada tabel
4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5 Lama Rawatan Rata-Rata hari Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun
2010-2012
Lama Rawatan Rata-Rata hari
Mean Standard deviation
95 CI Min
Max 3,11
1,785 2,77 – 3,46
1
15
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012
adalah 3,11 hari 3 hari dengan Standard Deviasi SD 1,785 hari. Lama rawatan paling singkat adalah 1 hari dan paling lama adalah 15 hari. Berdasarkan 95
Confidence Interval diperoleh bahwa lama rawatan rata-rata selama 2,77 – 3,46 hari.
Universitas Sumatera Utara
4.2.6. Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Distribusi proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang
dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Keadaan Sewaktu Pulang f
Pulang Atas Izin Dokter Pulang Atas Permintaan Sendiri
Meninggal 101
4 1
95,3 3,8
0,9
Jumlah 106
100,0
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012
berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi adalah pulang atas izin dokter PAID yaitu 101 orang 95,3, pulang atas permintaan sendiri PAPS 4 orang
3,8 dan meninggal 1 orang 0,9.
4.2.7. Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya
Distribusi proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat
pada tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Sumber Biaya f
Biaya sendiri Bukan biaya sendiri
99 7
93,4 6,6
Jumlah 106
100,0
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012
berdasarkan sumber biaya yang tertinggi adalah menggunakan biaya sendiri yaitu 99 orang 93,4, sedangkan bukan biaya sendiri 7 orang 6,6.
4.3. Analisa Statistik
4.3.1. Umur Berdasarkan Status Gizi
Distribusi proporsi umur balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status gizi
dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita
TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Status Gizi Umur bulan
Jumlah X
2
p 12
≥ 12
f f
f
Gizi baik 34
48,6 36
51,4 70
100,0 0,168
0,682 Gizi tidak baik
19 52,8
17 47,2
36 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap dengan status gizi baik tertinggi pada kelompok umur ≥12 bulan
yaitu 36 orang 51,4, sedangkan pada kelompok umur 12 bulan yaitu 34 orang 48,6. Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap dengan status gizi tidak
baik tertinggi pada kelompok umur 12 bulan yaitu 19 orang 52,8, sedangkan pada kelompok umur ≥12 bulan yaitu 17 orang 47,2.
Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p0,05, berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi umur berdasarkan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2. Umur Berdasarkan Status Imunisasi BCG
Distribusi proporsi umur balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status
imunisasi BCG dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Imunisasi BCG Balita
Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Status Imunisasi BCG
Umur bulan Jumlah
X
2
p 12
≥ 12
f f
f
Sudah mendapat
imunisasi BCG 40
46,5 46
53,5 86
100,0 2,219
0,136 Belum
mendapat imunisasi BCG
13 65,0
7 35,0
20 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap yang sudah mendapat imunisasi BCG tertinggi pada kelompok
umur ≥12 bulan yaitu 46 orang 53,5, sedangkan pada kelompok umur 12 bulan yaitu 40 orang 46,5. Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap yang
belum mendapat imunisasi BCG tertinggi pada kelompok umur 12 bulan yaitu 13 orang 65,0, sedangkan pada kelompok umur ≥12 bulan yaitu 7 orang 35,0.
Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p0,05, berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi umur berdasarkan status imunisasi BCG.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Gizi
Distribusi proporsi jenis kelamin balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status gizi
dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini.
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Gizi Balita
Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Status Gizi Jenis Kelamin
Jumlah X
2
p Laki-laki
Perempuan f
f f
Gizi baik 41
58,6 29
41,4 70
100,0 0,001
0,981 Gizi tidak baik
21 58,3
15 41,7
36 100,0
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap dengan status gizi baik tertinggi pada laki-laki yaitu 41 orang
58,6, sedangkan pada perempuan 29 orang 41,4. Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap dengan status gizi tidak baik tertinggi pada laki-laki yaitu 21
orang 58,3, sedangkan pada perempuan 15 orang 41,7. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p0,05, berarti bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna proporsi jenis kelamin berdasarkan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Imunisasi BCG
Distribusi proporsi jenis kelamin balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status
imunisasi BCG dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Imunisasi BCG Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Status Imunisasi BCG
Jenis Kelamin Jumlah
X
2
p Laki-laki
Perempuan f
f f
Sudah mendapat
imunisasi BCG 52
60,5 34
39,5 86
100,0 0,732
0,392 Belum
mendapat imunisasi BCG
10 50,0
10 50,0
20 100,0
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap sudah mendapat imunisasi BCG tertinggi pada laki-laki yaitu 52
orang 60,5, sedangkan pada perempuan 34 orang 39,5. Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap belum mendapat imunisasi BCG adalah 10
orang 50,0 pada laki-laki dan 10 orang 50,0 pada perempuan. Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p0,05, berarti bahwa tidak ada perbedaan
yang bermakna proporsi jenis kelamin berdasarkan status imunisasi BCG.
Universitas Sumatera Utara
4.3.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Gizi
Distribusi lama rawatan rata-rata balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status gizi
dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini.
Tabel 4.12 Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata hari Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Status Gizi Lama Rawatan Rata-rata hari
n Mean
SD
Gizi baik 70
3,06 1,350
Gizi kurang 26
2,85 1,223
Gizi buruk 10
4,20 4,185
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa dari seluruh balita penderita TB Paru terdapat 70 orang yang memiliki status gizi baik dengan lama rawatan rata-rata
3,06 hari 3 hari, 26 orang yang memiliki status gizi kurang dengan lama rawatan rata-rata 2,85 hari 3 hari dan 10 orang yang memiliki status gizi buruk dengan lama
rawatan rata-rata 4,20 hari 4 hari. Berdasarkan hasil test of homogenity of variances diperoleh nilai p=0,000
yang berarti memiliki varians yang tidak sama sehingga tidak dapat dianalisa dengan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis
tersebut diperoleh p0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaa bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
4.3.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Distribusi lama rawatan rata-rata balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan keadaan
sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel 4.13 dibawah ini.
Tabel 4.13 Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata hari Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-rata hari
n Mean
SD
Pulang Atas Izin Dokter 101
3,17 1,806
Pulang Atas Permintaan Sendiri 4
2,00 0,816
Meninggal 1
2,00 0,000
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa dari seluruh balita penderita TB Paru terdapat 101 orang yang pulang atas izin dokter PAID dengan lama rawatan
rata-rata 3,17 hari 3 hari, 4 orang yang pulang atas permintaan sendiri PAPS dengan lama rawatan rata-rata 2,00 hari 2 hari dan terdapat 1 orang yang meninggal
dengan lama rawatan rata-rata 2,00 hari 2 hari. Berdasarkan hasil test of homogenity of variances diperoleh nilai p=0,425
yang berarti memiliki varians yang sama sehingga dapat dianalisa dengan uji Anova. Berdasarkan uji Anova tersebut diperoleh p0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
Universitas Sumatera Utara
4.3.7. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya
Distribusi lama rawatan rata-rata balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan sumber
biaya dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini.
Tabel 4.14 Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata hari Berdasarkan Sumber Biaya Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata hari
n Mean
SD
Biaya sendiri 99
3,07 1,814
Bukan biaya sendiri 7
3,71 1,254
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa dari seluruh balita penderita TB Paru terdapat 99 orang yang menggunakan biaya sendiri dengan lama rawatan rata-
rata 3,07 hari 3 hari dan 7 orang yang menggunakan bukan biaya sendiri dengan lama rawatan rata-rata 3,71 hari 4 hari. Berdasarkan hasil uji kenormalan diperoleh
p=0,000 yang berarti bahwa lama rawatan rata-rata tidak berdistribusi normal sehingga tidak dapat dianalisa dengan menggunakan uji t-test dan dilanjutkan dengan
uji Mann-Whitney. Berdasarkan uji Mann-Whitney tersebut diperoleh p0,05, sehingga secara statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Sosiodemografi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap
5.1.1. Umur
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar
5.1 dibawah ini.
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap tertinggi pada kelompok umur 0-12 bulan 50,0, sedangkan
yang terendah pada kelompok umur 30-60 bulan 5,7. Anak-anak dengan usia ≤5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami
infeksi menjadi sakit TB Paru dikarenakan imunitas selulernya belum berkembang
50.0 44.3
5.7
Umur
0-12 bulan 12-36 bulan
36-60 bulan
Universitas Sumatera Utara
secara sempurna, namun risiko sakit TB ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia.
26
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Erni Murniasih pada tahun 2007 di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Ambarawa bahwa proporsi tertinggi balita
penderita TB Paru berdasarkan umur terdapat pada umur ≤3 tahun 68,0.
40
5.1.2. Jenis Kelamin
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
gambar 5.2 dibawah ini.
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan jenis kelamin adalah jenis kelamin
laki-laki 58,5 dibandingkan jenis kelamin perempuan 41,5.
58.5 41.5
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jenis kelamin, hampir tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki-laki maupun perempuan sampai pada umur pubertas. Anak-anak terutama bayi
dan balita memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah dikarenakan imunitas selularnya belum terbentuk secara sempurna.
30
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Veni Hardianti pada tahun 2012 di RSUD Kota Padangsidimpuan bahwa hampir tidak terdapat perbedaan proporsi TB
Paru anak berdasarkan jenis kelamin laki-laki 53,0 dan jenis kelamin perempuan 47,0.
41
5.1.3. Suku
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan suku dapat dilihat pada gambar
5.3 dibawah ini.
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar Tahun 2010-2012
67.9 29.2
2,0 0.9
Suku
Batak Jawa
Lain-lain Melayu
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan suku adalah suku Batak 67,9,
kemudian suku Jawa 29,2, suku lainnnya meliputi etnik India dan suku Minang 2,0 dan suku Melayu 0,9. Hal ini dikarenakan penduduk yang bertempat
tinggal di Kota Pematangsiantar dan sekitarnya sebagian besar adalah suku Batak sehingga menyebabkan suku Batak lebih banyak datang berobat ke Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ervanny R. Padang pada tahun
2012 di Kabupaten Dairi bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru berdasarkan suku adalah suku Batak 35,5.
42
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Agama
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan agama dapat dilihat pada
gambar 5.4 dibawah ini.
Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan agama adalah agama Kristen
Protestan 54,7, kemudian agama Islam 40,6 dan agama Kristen Katholik 4,7. Hal ini tidak menunjukkan adanya keterkaitan antara agama dengan kejadian
TB Paru pada balita, tetapi menunjukkan bahwa balita penderita TB Paru yang datang berobat ke Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar mayoritas beragama Kristen
Protestan. Hal ini dikarenakan penduduk yang bertempat tinggal di Kota Pematangsiantar dan sekitarnya mayoritas beragama Kristen Protestan.
54.7 40.6
4.7
Agama
Kristen Protestan Islam
Kristen Katholik
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ervanny R. Padang pada tahun 2012 di Kabupaten Dairi bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru berdasarkan
agama adalah agama Kristen Protestan 46,2.
42
5.1.5. Tempat Tinggal
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat
pada gambar 5.5 dibawah ini.
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan tempat tinggal adalah berasal dari
luar Kota Pematangsiantar 75,5 dibandingkan berasal dari Kota Pematangsiantar 24,5. Balita penderita TB Paru yang berasal dari luar Kota Pematangsiantar antara
lain berasal dari Kabupaten Simalungun Bandar, Tanah Jawa, Sidamanik, Siantar,
75.5 24.5
Tempat Tinggal
Luar Kota Pematangsiantar Kota Pematangsiantar
Universitas Sumatera Utara
Tapian Dolok, Pematang Bandar, Silau Kahean, Panombean Pane, Jawa Maraja Bah Jambi, Raya, Raya Kahean, Bosar Maligas, Gunung Malela, Dolok Batu Nanggar,
Panei, Kabupaten Asahan Bandar Pasir Mandoge, Bandar Pulau, Kisaran Timur Kota, Tanjung Balai, Kabupaten Toba Samosir Ajibata, Balige, Lumban Julu,
Porsea, Tampahan, Kabupaten Tapanuli Utara Muara, Sipoholon, Tarutung, Kabupaten Humbang Hasundutan Paranginan, Kabupaten Batubara Limapuluh,
dan Kabupaten Padang Lawas. Balita penderita TB Paru tertinggi berasal dari luar Kota Pematangsiantar
dikarenakan letak Rumah Sakit Vita Insani yang strategis dan mudah dijangkau yaitu berada di pusat Kota Pematangsiantar dan Rumah Sakit Vita Insani yang merupakan
rumah sakit rujukan menyebabkan tingginya jumlah penderita yang menjalani pengobatan demi mendapatkan fasilitas yang lebih baik dan memadai.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Status Gizi
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status gizi dapat dilihat pada
gambar 5.6 dibawah ini.
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Status Gizi di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan status gizi adalah gizi baik 66,0,
kemudian gizi kurang 24,5 dan gizi buruk 9,5. Anak-anak yang mempunyai status gizi kurang cenderung mudah terinfeksi
bakteri TB. Status gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh anak sehingga anak tidak mudah menderita penyakit TB, tetapi tidak dapat
mencegah seorang anak agar tidak menderita penyakit TB. Anak dengan status gizi
66.0 24.5
9,5
Status Gizi
Gizi baik Gizi kurang
Gizi buruk
Universitas Sumatera Utara
yang baik apabila terinfeksi dengan bakteri TB cenderung menderita TB ringan dibandingkan dengan yang mempunyai status gizi buruk.
31
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zulkifli Abdullah pada tahun 2013 pada periode waktu tahun 2007 sampai dengan triwulan II tahun 2009 di
Puskesmas Namlea Kabupaten Buru Maluku Provinsi Maluku bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru berdasarkan status gizi adalah status gizi baik 70,6.
37
5.3. Status Imunisasi BCG
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar berdasarkan status imunisasi BCG dapat dilihat pada gambar
5.7 dibawah ini.
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Status Imunisasi BCG di Rumah Sakit
Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan status imunisasi BCG adalah sudah
81.1 18.9
Status Imunisasi BCG
Sudah mendapat imunisasi BCG
Belum mendapat imunisasi BCG
Universitas Sumatera Utara
mendapat imunisasi BCG 81,1 dibandingkan dengan belum mendapat imunisasi BCG 18,9.
Vaksinasi BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TB. Vaksinasi BCG tidak dapat mencegah infeksi TB tetapi dapat mengurangi risiko
TB berat seperti TB meningitis dan TB milier. Efek proteksi bervariasi antara 0-80 dan timbul dalam jangka waktu 8-12 minggu setelah penyuntikan, hal ini mungkin
disebabkan oleh vaksin yang dipakai atau faktor pejamu umur, keadaan gizi, dan lain-lain.
19,26
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Erni Murniasih pada tahun 2007 di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Ambarawa bahwa proporsi tertinggi balita
penderita TB Paru berdasarkan status imunisasi BCG adalah sudah mendapat imunisasi BCG 96,0.
40
5.4. Diagnosa Penyakit