5.2. Status Gizi
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan status gizi dapat dilihat pada
gambar 5.6 dibawah ini.
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Status Gizi di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan status gizi adalah gizi baik 66,0,
kemudian gizi kurang 24,5 dan gizi buruk 9,5. Anak-anak yang mempunyai status gizi kurang cenderung mudah terinfeksi
bakteri TB. Status gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh anak sehingga anak tidak mudah menderita penyakit TB, tetapi tidak dapat
mencegah seorang anak agar tidak menderita penyakit TB. Anak dengan status gizi
66.0 24.5
9,5
Status Gizi
Gizi baik Gizi kurang
Gizi buruk
Universitas Sumatera Utara
yang baik apabila terinfeksi dengan bakteri TB cenderung menderita TB ringan dibandingkan dengan yang mempunyai status gizi buruk.
31
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zulkifli Abdullah pada tahun 2013 pada periode waktu tahun 2007 sampai dengan triwulan II tahun 2009 di
Puskesmas Namlea Kabupaten Buru Maluku Provinsi Maluku bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru berdasarkan status gizi adalah status gizi baik 70,6.
37
5.3. Status Imunisasi BCG
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar berdasarkan status imunisasi BCG dapat dilihat pada gambar
5.7 dibawah ini.
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Status Imunisasi BCG di Rumah Sakit
Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan status imunisasi BCG adalah sudah
81.1 18.9
Status Imunisasi BCG
Sudah mendapat imunisasi BCG
Belum mendapat imunisasi BCG
Universitas Sumatera Utara
mendapat imunisasi BCG 81,1 dibandingkan dengan belum mendapat imunisasi BCG 18,9.
Vaksinasi BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TB. Vaksinasi BCG tidak dapat mencegah infeksi TB tetapi dapat mengurangi risiko
TB berat seperti TB meningitis dan TB milier. Efek proteksi bervariasi antara 0-80 dan timbul dalam jangka waktu 8-12 minggu setelah penyuntikan, hal ini mungkin
disebabkan oleh vaksin yang dipakai atau faktor pejamu umur, keadaan gizi, dan lain-lain.
19,26
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Erni Murniasih pada tahun 2007 di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Ambarawa bahwa proporsi tertinggi balita
penderita TB Paru berdasarkan status imunisasi BCG adalah sudah mendapat imunisasi BCG 96,0.
40
5.4. Diagnosa Penyakit