ii. Uji kulit tuberkulin menunjukkan reaksi positif iii. Kelainan ini dijumpai pada 18,5 kasus
c. Infeksi TB paru primer dengan kelainan radiologis lain primary infection tuberculosis
i. Kelainan radiologis terdapat pada parenkim paru dan pleura ii. Uji kulit tuberkulin menunjukkan reaksi positif
iii. Kelainan ini dijumpai pada 37,5 kasus Pada umumnya TB paru primer sembuh sendiri, tetapi ada kemungkinan di
kemudian hari mengalami kekambuhan yang prosesnya lebih cepat pada organ lain yang sumbernya berasal dari TB paru primer tersebut.
10
2.5.2. Tuberkulosis Paru Post Primer
Banyak istilah yang digunakan untuk TB paru post primer seperti : post primary tuberculosis, progressive tuberculosis, adult type tuberculosis, phthysis
dan lain-lain.
10
Infeksi TB paru post primer dapat berasal dari :
10
a. Dari luar eksogen : infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis
b. Dari dalam endogen : infeksi berasal dari basil yang sudah berada dalam tubuh, merupakan proses lama yang pada mulanya tenang dan oleh suatu
keadaan menjadi aktif kembali
Jenis kerusakan jaringan dan komplikasi yang dihubungkan dengan TB paru post primer adalah :
18,24
a. Kavitas TB, diameter bervariasi biasanya 3-10 mm dan berada di puncak lobus atas paru. Kavitas berisi suatu materi yang banyak mengandung basil tahan asam.
Universitas Sumatera Utara
b. TB milier, menggambarkan pembentukan granuloma TB berukuran kecil dan multipel yang tersebar di seluruh paru dan organ lain. Terjadi sebagai hasil
penyebaran Mycobacterium tuberculosis secara hematogen ke dalam peredaran darah arteri.
c. Hemoptisis, terjadi akibat erosi arteri pulmonal kecil pada dinding kavitas yang menghasilkan pendarahan sehingga menyebabkan terjadinya batuk darah.
d. Fistula bronkopleura, terjadi apabila kavitas pada subpleura pecah ke dalam rongga pleura.
e. TB usus, terjadi mengikuti masuknya bakteri TB ke dalam usus.
2.6. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis 2.6.1. Tuberkulosis Paru
17
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim paru tidak termasuk pleura selaput paru dan kelenjar pada hilus.
2.6.2. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh di luar paru, termasuk pleura yakni yang menyelimuti paru, serta organ lain seperti
selaput otak, selaput jantung perikarditis, kelenjar limpa, kulit, persendian, ginjal saluran kencing, dan lain-lain.
20
Berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, TB ekstra paru dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
16
a. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang kecuali tulang belakang, sendi dan kelenjar adrenal.
Universitas Sumatera Utara
b. TB ekstra paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
2.7. Gejala Klinis
Gejala yang dirasakan penderita tuberkulosis paru dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali.
18
Gejala klinis TB Paru secara umum dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
2.7.1. Gejala Umum
25
Menurut Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2002, gejala umum TB pada anak-anak adalah sebagai berikut:
a. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
b. Nafsu makan tidak ada dan berat badan tidak naik dengan adekuat. c. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut dan dapat juga disertai dengan keringat malam d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit biasanya multipel dan
paling sering terdapat pada daerah leher, ketiak dan lipatan paha. e. Gejala-gejala dari saluran nafas misalnya batuk lama lebih dari 30 hari dan nyeri
dada. f. Gejala-gejala dari saluran cerna misalnya diare berulang yang tidak sembuh
dengan pengobatan diare, benjolan di bagian abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Gejala Khusus
19
Gejala khusus yaitu: a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, apabila terjadi penyumbatan pada
sebagian bronkus saluran yang menuju ke paru-paru akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara ‘mengi’, suara nafas
melemah disertai dengan sesak. b. Apabila terdapat cairan di rongga pleura pembungkus paru-paru, dapat disertai
dengan keluhan sakit dada. c. Apabila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak lapisan pembungkus otak dan disebut sebagai meningitis radang selaput otak, gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
2.8. Epidemiologi Tuberkulosis 2.8.1. Distribusi Frekuensi TB Paru pada Anak Menurut Orang
Penderita TB anak jarang menularkan bakteri TB kepada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena bakteri TB sangat jarang ditemukan
dalam sekret endobrokial dan jarang terdapat batuk. Anak usia ≤5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB dikarenakan imunitas
selulernya belum berkembang sempurna. Pada bayi 1 tahun yang terinfeksi TB,
Universitas Sumatera Utara
yang menjadi sakit TB ada sekitar 43, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun yang terinfeksi TB, yang menjadi sakit ada sekitar 24.
26
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, jumlah penderita TB paru usia 0-14 tahun yaitu 1.703 orang 0,84. Pada kelompok umur yang sama, apabila
dilihat dari jenis kelamin, jumlah penderita TB paru pada jenis kelamin perempuan lebih tinggi yaitu 879 orang 51,61 dibandingkan pada jenis kelamin laki-laki yaitu
824 orang 48,39.
7
2.8.2. Distribusi Frekuensi TB Paru pada Anak Menurut Tempat
TB merupakan penyakit infeksi paling umum di dunia, menginfeksi 8,7 juta kasus baru pada tahun 2000 dengan angka insidensi global yang meningkat sebanyak
0,4 per tahun. Jumlah terbanyak infeksi baru terdapat di Asia Tenggara 3 juta dan Afrika 2 juta.
22
Pada tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat keempat setelah India, China, Afrika Selatan dengan jumlah kasus TB terbanyak.
5
TB berada pada peringkat kedua sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
29
Di negara berkembang, TB pada anak usia 15 tahun adalah 15 dari seluruh kasus TB, sedangkan di negara maju, angkanya lebih rendah yaitu 5-7. Pada tahun
2002, di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan TB pada anak usia 0-4 tahun adalah 19 dan pada usia 5-15 tahun adalah 40. Di Asia Tenggara, selama 10
tahun, diperkirakan bahwa jumlah kasus baru TB paru adalah 35,1 juta kasus.
26
Berdasarkan Profil Ditjen PPPL tahun 2013, pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 proporsi TB anak usia 0-14 tahun diantara semua kasus TB berada dalam
batas normal, namun apabila dilihat pada tingkat provinsi, menunjukkan proporsi yang sangat bervariasi dari 1,6 sampai 15. Pada tahun 2012, provinsi dengan
Universitas Sumatera Utara
proporsi TB anak 15 adalah Papua, sedangkan provinsi dengan proporsi TB anak 5 adalah Sulawesi Tenggara, Aceh, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan,
Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur.
9
2.8.3. Distribusi Frekuensi TB Paru pada Anak Menurut Waktu
TB anak merupakan faktor penting di negara-negara berkembang karena jumlah anak usia dibawah 15 tahun adalah 40-50 dari jumlah seluruh populasi. Pada tahun
2000, jumlah kematian anak karena TB di dunia diperkirakan sebesar 3,5 juta kematian. Jumlah seluruh kasus TB anak dari 7 Rumah Sakit Pusat Pendidikan di
Indonesia selama 5 tahun 1998-2002 adalah 1.086 kasus dengan angka kematian yang bervariasi dari 0-14,1, kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan
42,9.
26
Proporsi TB anak diantara semua kasus TB di Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 berada dalam batas normal, namun apabila dilihat pada
tingkat Provinsi, menunjukkan proporasi yang sangat bervariasi mulai dari 1,6 sampai 15. Proporsi TB anak antara tahun 2011 dengan tahun 2012 tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan kecuali beberapa Provinsi seperti Banten, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan. Provinsi-Provinsi
tersebut menunjukkan penurunan proporsi kasus TB anak yang cukup signifikan.
9
2.8.4. Determinan Tuberkulosis a. Umur
TB paru pada dasarnya dapat terjadi pada semua golongan umur.
30
Anak dengan usia ≤5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit
Universitas Sumatera Utara
TB dikarenakan imunitas selulernya belum berkembang secara sempurna. Namun, risiko sakit TB ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. Pada
bayi usia 1 tahun yang terinfeksi TB, 43 diantaranya akan menjadi sakit TB, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit TB jika terinfeksi TB hanya
24.
26
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erni Murniasih pada tahun 2007 di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Ambarawa, penderita TB paru pada anak balita
sebagian besar ditemukan pada balita berumur ≤3 tahun 68.
40
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, risiko anak yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB hampir tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki-laki maupun perempuan sampai
pada umur pubertas. Pada dasarnya, anak terutama bayi dan balita memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah dimana imunitas selularnya belum terbentuk secara
sempurna.
30
Berdasarkan Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta tahun 2013, angka prevalensi TB paru tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki
yaitu sebesar 50 per 100.000 penduduk dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 36 per 100.000 penduduk.
39
c. Gizi
Gizi merupakan salah satu variabel yang sangat berperan dalam timbulnya kejadian TB. Bakteri TB adalah bakteri yang dapat tidur dormant selama bertahun-
tahun dan apabila bakteri tersebut memiliki kesempatan aktif kembali, salah satu
Universitas Sumatera Utara
yang dapat mencegah agar seseorang tidak menjadi sakit TB adalah status gizi yang baik, baik pada wanita, laki-laki, anak-anak maupun dewasa.
20
Penyakit TB dapat dengan mudah menyerang anak yang mempunyai status gizi kurang. Status gizi pada anak sangat penting, karena status gizi yang baik akan
meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh anak, sehingga anak tidak mudah menderita penyakit TB. Anak dengan status gizi yang baik apabila terinfeksi dengan
bakteri TB cenderung menderita TB ringan dibandingkan dengan yang mempunyai status gizi buruk.
31
Penelitian yang dilakukan oleh Windy Rakhmawati dengan menggunakan desain penelitian case control pada tahun 2008 di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian TB pada anak dimana terdapat perbedaan antara
status gizi kurang dan status gizi baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai OR=7,111 yang artinya anak dengan gizi kurang memunyai risiko 7,111 kali lebih besar untuk
menderita TB paru dibandingkan dengan anak yang bergizi baik.
38
d. Kondisi Sosial Ekonomi