mendapat imunisasi BCG 81,1 dibandingkan dengan belum mendapat imunisasi BCG 18,9.
Vaksinasi BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TB. Vaksinasi BCG tidak dapat mencegah infeksi TB tetapi dapat mengurangi risiko
TB berat seperti TB meningitis dan TB milier. Efek proteksi bervariasi antara 0-80 dan timbul dalam jangka waktu 8-12 minggu setelah penyuntikan, hal ini mungkin
disebabkan oleh vaksin yang dipakai atau faktor pejamu umur, keadaan gizi, dan lain-lain.
19,26
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Erni Murniasih pada tahun 2007 di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Ambarawa bahwa proporsi tertinggi balita
penderita TB Paru berdasarkan status imunisasi BCG adalah sudah mendapat imunisasi BCG 96,0.
40
5.4. Diagnosa Penyakit
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar berdasarkan diagnosa penyakit adalah seluruh balita penderita
TB Paru yang dirawat inap didiagnosa dengan pemeriksaaan darah + Foto Rontgen 100.
Diagnosis TB pada anak-anak sulit untuk dilakukan, tidak cukup dengan melakukan satu tes untuk dapat mendiagnosis TB pada anak, sehingga diperlukan
melakukan beberapa tes untuk mengetahui anak terinfeksi bakteri tuberkulosis seperti foto rontgen, pemeriksaan darah dan uji tuberkulin. Diagnosis pasti TB anak
dilakukan dengan ditemukannya Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan sputum dahak dan teknik bilasan lambung, akan tetapi terdapat kesulitan dalam
Universitas Sumatera Utara
menegakkan diagnosis pasti tersebut dikarenakan dua hal yaitu sedikitnya jumlah bakteri paucibacillary dan sulitnya pengambilan spesimen sputum.
26
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap anak yang dicurigai menderita TB Paru di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar tidak cukup dengan foto rontgen saja untuk memastikan anak tersebut benar menderita TB Paru, sehingga dilakukan juga pemeriksaan darah.
5.5. Lama Rawatan Rata-Rata
Lama rawatan rata-rata balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 adalah 3,11 hari 3 hari dengan
95 Confidence Interval diperoleh bahwa lama rawatan rata-rata selama 2,77 - 3,46 hari. Lama rawatan paling singkat adalah 1 hari dan paling lama adalah 15 hari
dengan Standard Deviasi SD 1,785 hari. Balita penderita TB Paru dengan lama rawatan selama 15 hari berjumlah 1 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan status
gizi buruk yang membutuhkan perawatan lebih lama sampai kondisi balita tersebut membaik.
Universitas Sumatera Utara
5.6. Keadaaan Sewaktu Pulang
Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat
dilihat pada gambar 5.8 dibawah ini.
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah
Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2012
Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi balita penderita TB Paru yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah
pulang atas izin dokter 95,3, kemudian pulang atas permintaan sendiri 3,8 dan meninggal 0,9. Terdapat 1 orang balita yang meninggal umur 1 bulan 8 hari dan
berasal dari Kabupaten Samosir. Tingginya proporsi balita penderita TB Paru dengan pulang atas izin dokter PAID karena tingginya proporsi penderita yang mempunyai
status gizi baik sehingga kondisi balita cepat membaik dan dapat diizinkan pulang ke rumah oleh dokter.
95.3 3.8
0.9
Keadaan Sewaktu Pulang
Pulang Atas Izin Dokter Pulang Atas Permintaan
Sendiri Meninggal
Universitas Sumatera Utara
Anak dengan status gizi baik apabila terinfeksi oleh bakteri TB cenderung menderita TB ringan dan dapat disembuhkan dibandingkan dengan yang mempunyai
status gizi buruk.
31
5.7. Sumber Biaya