Pihak yang dapat Mengajukan Permintaan Peninjauan Kembali Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali

commit to user 22 3 Kecuali terhadap putusan bebas dan lepas dari segala tuntutan hukum. Pengecualian itu dijelaskan sendiri dalam Pasal 263 ayat 1 KUHAP yakni terhadap putusan bebas vrijspraak dan putusan lepas dari segala tuntutan hukum onslag rechts vervolging. Kedua jenis putusan tersebut tidak dapat dimintakan peninjauan kembali, hal ini dimaksudkan sebagai upaya memberikan kesempatan kepada terpidana untuk membela kepentingannya agar dia terlepas dari kekeliruan pemidanaan yang dijatuhkan kepadanya.

c. Pihak yang dapat Mengajukan Permintaan Peninjauan Kembali

Pasal 263 ayat 1 KUHAP menyebutkan bahwa yang berhak mengajukan peninjauan kembali yaitu terpidana atau ahli warisnya. Oleh karena itu, sekalipun ada pihak yang merasa dirugikan dalam putusuan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, tidak dibenarkan untuk mengajukan permintaan peninjauan kembali. Sudah dijelaskan, baik terpidana maupun ahli waris sama-sama mempunyai hak mengajukan permintaan peninjauan kembali tanpa mempersoalkan apakah terpidana masih hidup atau tidak. Akan tetapi, jika yang mengajukan pemintaan peninjauan kembali itu terpidana kemudian sebelum peninjauan kembali itu diputus oleh Mahkamah Agung terpidana meninggal dunia, maka dalam Pasal 268 ayat 2 KUHAP telah mengatur bahwa hak untuk meneruskan permintaan peninjauan kembali diteruskan oleh ahli warisnya. Dalam peristiwa yang seperti inilah kedudukan ahli waris menduduki “hak substitusi” dari terpidana M. Yahya Harahap,2006:617.

d. Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali

1 Apabila terdapat keadaan baru Landasan yang mendasari permintaan peninjauan kembali adalah “keadaan baru” atau “novum”. Keadaan baru yang dapat dijadikan commit to user 23 landasan untuk mendasari permintaan peninjauan kembali adalah keadaan baru yang mempunyai sifat dan kualitas menimbulkan dugaan kuat : a jika keadaan baru itu ditemukan atau diketahui dan dikemukakan pada waktu sidang berlangsung, dapat menjadi faktor dan alasan untuk menjatuhkan putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum; b jika ditemukan dan diketahui pada waktu sidang berlangsung, dapat menjadi alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan yang menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima; c dapat dijadikan alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan; Agar permintaan peninjauan kembali diterima dan dibenarkan Mahkamah Agung, maka keadaan baru tersebut harus memenuhi 4 empat syarat alternatif, yaitu Adami Chazawi,2010:68: a syarat-syarat untuk menjatuhkan putusan pembebasan; b syarat-syarat untuk menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum; c syarat-syarat untuk menjatuhkan putusan tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima, dan d syarat-syarat untuk dapat diterapkannya ketentuan pidana yang lebih ringan. 2 Apabila dalam pelbagai putusan saling ada pertentangan Alasan ini digunakan sebagai dasar permintaan peninjauan kembali yakni apabila dalam pelbagai putusan terdapat : a pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti; commit to user 24 b kemudian tentang pernyataan terbuktinya hal atau keadaan itu dijadikan sebagai dasar dan alasan putusan dalam suatu perkara; c akan tetapi dalam putusan perkara lain hal atau keadaan yang dinyatakan terbukti itu saling bertentangan antara putusan yang satu dengan yang lainnya. 3 Apabila terdapat kekhilafan yang nyata dalam putusan Alasan ini dijadikan dasar untuk mengajukan permintaan peninjauan kembali, apabila putusan terdapat dengan jelas atau pun terlihat dengan nyata yakni : kekhilafan hakim, atau kekeliruan hakim. Hakim sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan dan kekeliruan. Kekhilafan dan kekeliruan bisa terjadi dalam semua tingkat pengadilan. Pengadilan Negeri sebagai peradilan tingkat pertama, bisa berlanjut pada tingkat banding, dan kekhilafan tingkat pertama dan tingkat banding itu tidak tampak dalam tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung. Padahal tujuan dari tingkat banding maupun kasasi untuk meluruskan dan memperbaiki serta membenarkan kembali kekeliruan yang diperbuat pengadilan yang lebih rendah.

e. Tata Cara Mengajukan Peninjauan Kembali