commit to user
42
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitan ini akan menguraikan mengenai kasus posisi yang terjadi dan kemudian akan dibahas secara mendalam dalam pembahasan. Pada
hasil penelitian menjelaskan kasus posisi yang terjadi dari awal putusan praperadilan di keluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sampai dengan
peninjauan kembali yang diajukan oleh jaksa atas putusan praperadilan tersebut. Pada pembahasan akan menjelaskan secara mendalam mengenai analisis
argumentasi dasar alasan jaksa mengajukan peninjauan kembali atas putusan praperadilan tersebut, dikeluarkannya putusan atas peninjauan kembali oleh
Mahkamah Agung yang mengakibatkan alasan jaksa dalam mengajukan peninjauan kembali tidak bisa diterima, dan uraian tentang putusan Mahkamah
Agung atas pengajuan peninjauan kembali yang diajukan oleh jaksa.
Paparan Kasus Posisi:
Dua nama pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yaitu Bibit Samad Riyanto dan Chandra Hamzah dituduh melakukan kejahatan dengan
menyalahgunakan kewenangannya. Polri kemudian melakukan penyelidikan dan penyidikan atas kasus tersebut untuk menemukan bukti dugaan bahwa Bibit
Samad Riyanto dan Chandra Hamzah melakukan kejahatan atas penyalahgunaan kewenangannya dalam menangani kasus korupsi pengadaan Sistem Komunikasi
Radio Telekomunikasi SKRT di Departemen Kehutanan Dephut. Polri melakukan pemeriksaan terhadap Bibit Samad Riyanto dan Chandra
Hamzah untuk mengembangkan kasus dan mencari bukti-bukti yang menguatkan dugaan melakukan kejahatan atas penyalahgunaan kewenangannya. Pada
akhirnya, Polri pun menyusun berkas perkara atas kasus tersebut dan selanjutnya menyerahkan berkas perkara kepada Kejaksaan. Kejaksaan menerima berkas
tersebut yang dinyatakan P-21 atau berkas pekara sudah lengkap atau sempurna untuk selanjutnya dilakukan penuntutan. Andi Hamzah menyatakan bahwa jaksa
commit to user 43
penuntut umum mempunyai wewenang salah satu wewenangnya adalah melakukan penuntutan, namun sebelum melakukan penuntutan, seorang jaksa
penuntut umum harus melakukan prapenuntutan yaitu tindakan penuntut umum untuk memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan oleh penyidik
Andi Hamzah,1987:160-161. Banyaknya masyarakat yang mengikuti perkembangan kasus ini
menyebabkan gejolak hukum yang meresahkan dan menganggu kelangsungan hukum di Indonesia. Masyarakat menduga bahwa seakan-akan kasus tersebut
direkayasa untuk menjatuhkan dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK yakni Bibit Samad Riyanto dan Chandra. Isu adanya penggembosan KPK
pun terus bergulir dan menyebabkan keresahan masyarakat akan kejadian tersebut. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui pidatonya menganggapi
perkara yang meresahkan dan mengganggu kelangsungan hukum itu dengan mendesak Jaksa Agung agar menghentikan penuntutan terhadap kasus tersebut.
Pada saat itu, Jaksa Agung yang dijabat oleh Hendarman Supandji menanggapi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan mengeluarkan Surat
Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP atas kasus tersebut padahal Jaksa Agung mempunyai alternatif lain yaitu deponering.
Jaksa Agung memilih mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP sesuai dengan Pasal 140 ayat 2 KUHAP. Alasan yang
mendasari dikeluarkannya Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP bahwa perkara tersebut tidak layak untuk diajukan ke pengadilan karena tidak
cukup bukti. Selain itu, Jaksa Agung mempunyai alasan sosiologis yakni demi kepentingan hukum dan kelangsungan persatuan bangsa Indonesia. Berawal dari
alasan sosiologis yang dinyatakan dalam oleh Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP oleh Jaksa Agung tersebut mulai menuai banyak reaksi dari
berbagai pihak. Di keluarkannya Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP oleh Jaksa Agung dengan menggunakan dasar alasan sosiologis tentu saja tidak
sesuai dengan dasar alasan penghentian penuntutan. “SKPP terhadap perkara Bibit Samad Riyanto dan Chandra Marta Hamzah sebelumnya telah diterbitkan
commit to user 44
Kejari Jaksel pada hari Selasa tanggal 1 Desember 2009, dengan SKPP Nomor : Tap-010.1.14Ft.1122009 tanggal 01 Desember 2009 untuk tersangka Chandra
Hamzah dan SKPP Nomor : Tap-020.1.14Ft.1122009 tanggal 01 Desember 2009 untuk tersangka Bibit Samad Rianto” http:inimu.comberita 20100419
hakim -pn-jaksel-menangkan-anggodo-widjojo [Senin, 20 Desember 2010, pukul 19.45 WIB].
Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP dinilai mempunyai kejanggalan maupun kelemahan yang mengakibatkan cacat hukum dan layak
untuk dibatalkan. Pencantuman alasan sosiologi dalam Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP dianggap tidak tepat dan lebih tepat digunakan
dasar untuk deponering. Jaksa Agung mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP karena desakkan masyarakat dan situasi hukum yang sedang
memanas karena kejadian tersebut. Pada dasarnya Jaksa Agung dianggap telah menyimpangi Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Hal ini didasarkan karena berkas perkara yang sudah diterima oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan sudah
sempurna atau dinyatakan P-21. Akan tetapi, Jaksa Agung menganggap perkara tersebut dianggap tidak memiliki bukti cukup kuat untuk dilakukan penuntutan.
Penggunaan alasan sosiologis yang dinyatakan Jaksa Agung dalam Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP juga tidak sesuai dengan KUHAP.
Berdasarkan alasan sosiologis tersebut, muncul masalah baru yakni ada pihak pihak ketiga yang berkepentingan yaitu Anggodo Widjoyo yang
memperkarakan kembali Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP yang meminta agar SKPP tersebut dibatalkan karena cacat hukum. Kemudian Anggodo
Widjoyo mengajukan Praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas SKPP yang dikeluarkan oleh Jaksa Agung tersebut.
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan praperadilan yang diajukan oleh Anggodo Widjoyo. Jaksa selaku penuntut umum tidak terima atas
putusan praperadilan yang dikeluarkan oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Oleh karena itu, jaksa selaku penuntut umum permohonan banding di
commit to user 45
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menguatkan putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Permasalahan
kembali terjadi pada saat Kejaksaan Agung melakukan peninjauan kembali atas putusan tersebut kepada Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung memutuskan untuk mengeluarkan putusan Mahkamah Agung No. 152 PKPis2010 yang menyatakan bahwa permohonan peninjauan
kembali tidak dapat diterima karena Mahkamah Agung tidak mempunyai kewenangan memeriksa perkara tersebut. Mahkamah Agung menolak alasan yang
menjadi dasar jaksa untuk melakukan peninjuaan kembali atas putusan praperadilan tersebut. Hal ini didasari dengan aturan Pasal 45 A ayat 2 huruf a
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung MA dan juga Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2005.
B. Pembahasan